Buku Kepemimpinan Kang Yoto Dibedah di Rumah Dinas
Rabu, 29 Juni 2016 07:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Kota-Buku yang mengupas tentang kepemimpinan Bupati Bojonegoro dibedah kemarin, Selasa (28/06) malam di rumah dinas bupati. Buku itu berjudul Resonansi Kepemimpinan Transformatif Kang Yoto terbitan Grahatma Semesta (2016).
Suasana santai dihadirkan dalam acara bedah buku yang dihadiri oleh banyak pihak itu, dari tokoh penting di tingkat lokal maupun nasional. Mereka duduk lesehan pada karpet warna merah dengan suguhan makanan ringan menyimak paparan mengenai buku itu oleh penulisnya.
Penulis buku itu, Cahyo Suryanto, mengatakan dia tidak sendirian dalam menyusun buku. Ada tangan-tangan kreatif yang dilibatkan, mulai dari analis data, editor, desainer, ahli bahasa, dan lain sebagainya. Dan yang menarik dari buku ini adalah bukan melulu tentang kebaikan Kang Yoto saja, melainkan juga banyak kritikan tajam. Dan itulah yang menguatkan Cahyo untuk menulis.
“Pejabat punya kekuasan kalau dikritik rata-rata mengamuk. Salah satu yang membuat saya mengugurkan menulis buku tentang seorang bupati di lain tempat adalah ini (anti kritik). Nah di sini itu aneh, bisa ngetrail bareng, pingpong bareng, pijetan bareng. Buku ini orang lain menulis tentang dirinya (Kang Yoto),” katanya.
Buku ini memang disusun dengan teknik wawancara. Penulis menemui para narasumber dan meminta komentar dari mereka tentang Kang Yoto. Tapi tidak semua yang narasumber yang diwawancarai itu diloloskan. Yang terlalu memuji atau terlalu menyudutkan, digugurkan. Tim mencoba sebaik mungkin menjaga objektivitas. Tim tidak mengambil kesimpulan, pembaca disilakan mengambil penilaian masing-masing.
“Ada 43 narasumber yang kami wawancara. Dari sekian itu ada 3 yang kami gugurkan, yang terlalu memuji dan yang semuanya jelek. Kami juga tidak mengandalkan dari wawancara saja, tapi kami juga kutip dari cara Pak Yoto berkomunikasi, misalnya dari presentasi beliau,” kata Cahyo.
Editor buku ini, Edy Widiyatmadi membenarkan apa yang dikatakan Cahyo. Metode yang dipakai bukan seperti mencari orang satu geng untuk berkomentar tentang Kang Yoto, melainkan dari berbagai kelompok. “Tugas saya adalah mengupayakan agar bahasa tidak meninggalkan apa yang dimaksudkan narasumber. Saya berusaha tidak mengkorupsi bahasa, tetapi sekadar mengambil intisarinya. Jadi orang yang membaca buku ini seperti menghadapi orang yang sedang bercerita. Jadi buku ini tidak berat, anak SD hingga dewasa saya kira bisa memahaminya,” kata Edy.
Sementara Bupati Suyoto mengatakan, acara ini digelar sebab penulis ingin berterimakasih kepada narasumber. Namun yang lebih penting lagi adalah daripada dibedah diluar, lebih baik di rumah sendiri. “Saya memilih menjadi buku terbuka untuk dikoreksi, dibaca, dikritik, diapresiasi, oleh siapaun. Saya yakin kalau rakyat Bojonegoro diwawancarai dia punya pandangan sendiri. Dan itu adalah milik mereka, tidak ada yang salah, karena kebenaran adalah milik masing-masing,” tegas Kang Yoto di tengah tokoh yang hadir.
Beberapa tokoh penting tingkat lokal maupun nasional hadir dalam acara bedah buku ini. Termasuk para tokoh yang digadang-gadang akan maju pada Pilbub 2018 mendatang. (her/moha)