Melihat Pos Pengintai Tinggalan Belanda di Kaliketek
Sabtu, 01 Agustus 2015 00:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh: Nasruli Chusna
Kota - Menelusuri situs penginggalan sejarah di Bojonegoro memang gampang-gampang susah. Sulitnya mencari data dan sumber yang tepat, jadi kendala utama ketika mengamati satu obyek cagar budaya. Di Desa Banjarjo RT 13, Kecamatan Kota Bojonegoro, terdapat dua pos pengintaian peninggalan kolonial Belanda. Bangunan berbentuk silinder setinggi 2 meter, dengan tutup di atasnya tersebut, terletak di pinggir selatan Bengawan Solo di sisi barat dan timur jembatan kaliketek lama yang masing-masing berjarak kurang lebih 50 meter.
Warga setempat, Raji, sedikit bercerita tentang tembok pengintai itu. Dia menerangkan bahwa sejak bangunan dengan ketebalan tempok 30 cm itu sudah ada dari sedia kala. Waktu itu bangunan tersebut berfungsi sebagai pos pengintai tentara Belanda, untuk mengawasi datangnya kereta api, kendaraan roda empat atau penyeberang lain yang melintas.
"Yang saya tahu pos pengintai itu dibangun bersamaan dengan jembatan. Tapi bukan jembatan yang baru, melainkan jembatan kaliketek lama yang dulu menjadi sarana transportasi kereta api dan kendaraan roda empat. Kira-kira ya pada tahun 1913 disurvey, lalu 1914 mulai dibangun. Setelah itu baru pada tahun 1921 jembatan sekaligus pos pengintaiannya difungsikan," ujar pensiunan PT. KAI tersebut.
Data yang dihimpun JFX Hoery, Ketua Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB), pos pengintai itu dibangun pada 23 Desember 1948 jam 02.00. Kata dia, jembatan di tengahnya sempat diledakkan oleh pasukan TGP (Tentara Genie Pelajar) dengan beberapa buah bom yang dipasang di tiang jembatan. Akibat ledakan itu bagian tengah jembatan putus serta beberapa loko dan gerbong tercebur ke dasar sungai.
"Selain itu dalam sejarah perang kemerdekaan RI 1945-1949 jembatan ini menjadi area pertempuran antara pasukan Belanda yang bermarkas di Kepatihan (sekarang Jl Hayam Wuruk, sebelah barat gereja Pantekosta) dan greliyawan tentara RI yang bermarkas di sebelah barat jembatan Kaliketek," tandasnya.
Data lain, lanjut Hoery, pada awal masuknya tentara Jepang di Indonesia pernah terjadi pertempuran sengit di sisi selatan antara pasukan Belanda dan tentara Jepang yang menghadang melintasnya kereta api loko yang berangkat dari Jatirogo. Kemudian berhasil meruntuhkan bagian selatan jembatan, yang mengakibatkan loko dan gerbong jatuh menghujam masuk ke dalam sungai. [rul]