Jalan-Jalan ke Rumah Kalkun di Blora
Hmmm Lembutnya Daging Sate dan Rica-Rica Kalkun
Senin, 25 Juli 2016 08:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Blora – Blora, tanah kelahiran sastrawan legendaris Pramoedya Ananta Toer, memang dikenal memiliki kuliner khas yakni sate ayam. Di beberapa sudut Kota Blora dengan mudah akan dijumpai warung-warung yang menyajikan sate ayam khas Blora. Bau daging ayam yang disate di tungku arang yang menganga mengeluarkan bau yang menyeruak mencocok hidung. Bikin siapa pun ingin icip-icip sate ayam khas Blora ini.
Namun, Blora juga mempunyai kuliner khas yang tidak kalah dahsyat yakni daging kalkun. Kuliner ini boleh dibilang nonmainstream di Blora. Kuliner khas ini disediakan oleh Rumah Kalkun di Jalan Raya Blora-Tunjungan ke arah Waduk Greneng, Blora.
Yud Barotut Taqiyah, 35, warga Jakarta yang mudik di kampung halamannya di Desa/Kecamatan Purwosari misalnya menyempatkan singgah ke Rumah Kalkun ini hanya ingin mencicipi sate kalkun. Ia melihat peternakan kalkun yang berada di kandang di belakang Rumah Kalkun ini. Ia lalu memilih salah satu kalkun yang siap potong untuk diolah. Ada banyak kalkun di kandang itu, ada yang masih muda dan ada beberapa yang siap potong.
“Ini pengalaman yang menyenangkan, baru kali pertama ini saya menikmati menu sate, rica-rica dan stik kalkun,” ujar Yud, sapaannya, Senin (25/07).
Tidak seberapa lama menu serba kalkun pun sudah terhidang di meja. Ada sate kalkun. Dari bentuk dagingnya hampir sama dengan daging ayam. Namun, dagingnya terlihat lebih besar. Daging kalkun rasanya lembut, empuk, dan tidak berbau amis. Kandungan minyaknya juga tidak seperti daging kambing atau daging sapi.
“Rasa daging sate kalkun ini lembut dan empuk. Enak sekali,” ujar Devi, teman Yud yang ikut menyantap daging sate kalkun.
Selain disate, daging kalkun juga diolah menjadi rica-rica dan stik. Daging kalkun lembut dan lunak sehingga mudah dibuat rica-rica dan stik. Pengelola Rumah Kalkun menghidangkan stik kalkun gratis bagi pengunjung sebagai promo olahan kalkun. Harga sate kalkun ini juga cukup terjangkau yakni sepuluh tusuk Rp35.000.
Menurut Pengelola Rumah Kalkun, Keluk Pristiwahana, ia mulai merintis usaha kuliner khas kalkun ini sejak enam bulan lalu. Ia memanfaatkan rumah dan pekarangan yang berada di belakang rumahnya untuk ternak kalkun dan sekaligus warung.
Menurutnya, beternak kalkun sebenarnya cukup mudah dan bahkan lebih menguntungkan dibandingkan beternak ayam. Ia menyebutkan, dalam hitungan tiga bulan kalkun sudah berukuran cukup besar dan sudah siap dipotong. Bila dibandingkan dengan ayam ukurannya sangat jelas berbeda.
Satu ekor kalkun ukuran besar, kata dia, bisa diolah menjadi 325 tusuk sate. Selain itu, bisa diolah menjadi rica-rica dan stik. Selama ini, kata dia, dalam sehari ia bisa memotong 3-4 ekor kalkun yang dihidangkan untuk para pelanggannya.
Menurut Keluk, dalam mengelola usaha Rumah Kalkun ini ia juga bergabung dengan komunitas yang disebut komunitas pecinta kalkun. Apabila ia kehabisan stok kalkun ia biasanya meminta kiriman pasokan kalkun dari teman-teman sesama komunitas pecinta kalkun itu dari Nganjuk, Blora, dan sekitarnya. “Pakan kalkun ini juga sangat mudah didapat yakni kangkung dan bekatul,” ujarnya.
Daging kalkun ini, kata dia, mempunyai banyak khasiat di antaranya menurunkan kolesterol, mencegah stroke, dan jantung. Selain itu, daging kalkun juga mengandung banyak vitamin B dan meningkatkan fungsi otak.
“Kalau ke Blora jangan lupa mampir ke Rumah Kalkun ini. Anda akan menikmati pengalaman baru menyantap sate kalkun,” ujarnya. (her/kik)