Warga Desa Tondomulo, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro
Mengolah Pandan Duri Jadi Tikar Bernilai Ekonomi
Jumat, 12 Agustus 2016 08:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Kedungadem - Siang yang panas oleh terik matahari musim kemarau tidak begitu terasa saat memasuki Desa Tondomulo, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro. Bagaimana tidak, di sisi kanan dan kiri jalan raya penuh dengan pohon penghijauan.
Selain pohon penghijauan jenis mahoni, sengon, dadap, flamboyan juga pandan duri. Sebagai pohon penghijauan, pandan duri ini juga dimanfaatkan untuk usaha ekonomi kreatif. Warga sekitar memanfaatkan pandan duri sebagai tikar yang memiliki nilai jual.
Menurut Tarsih (45) Warga Desa Tondomulo, Kecamatan Kedungadem, warga yang membuat tikar pandan itu rata-rata kaum perempuan. Biasanya membuat tikar pandan untuk memanfaatkan waktu luang. Mereka rata-rata bekerja sebagai buruh tani.
"Seperti sekarang karena tidak ada pekerjaan (tani) sehingga banyak yang membuat tikar," ujar Tarsih saat membuat tikar di depan rumahnya itu.
Selain Tarsih, sebagian besar warga sekitar sangat mahir membuat tikar pandan. Pembuatan tikar pandan itu dilakukan sendiri, mulai dari mengambil daun pandan, memisahkan durinya, sampai proses penyulaman. "Satu tikar ini bisa jadi selama dua hari," ujarnya.
Warga yang membuat tikar pandan itu tidak perlu kawatir tidak ada pembelinya. Sebab, sudah ada pengepul yang mendatagi rumah-rumah warga. Oleh pengepul, tikar pandan itu dihargai sebesar Rp25.000 per lembar. Tikar itu berukuran sekitar 2 meter x 1,5 meter.
Untuk melestarikan tradisi itu, warga kemudian banyak yang menanam pandan duri di depan dan belakang rumah sebagai pagar. Sehingga rumah-rumah warga yang ada di daerah sekitar terasa begitu rindang. Selain itu pandan duri juga banyak dijumpai di tepi sungai dan ladang.
"Biar tidak kehabisan bahan baku maka banyak yang menanam pandan sebagai pagar," ujar wanita yang mengaku sudah membuat tikar pandan sejak kecil itu. (her/kik)