News Ticker
  • Hari Ketujuh, Semburan Api dari Sumur Tua di Bogorejo, Blora Berhasil Dipadamkan
  • IJTI Pantura Raya Gelar Sinau Jurnalistik dan Broadcasting untuk Pelajar Bojonegoro
  • Inilah Penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau
  • Motor Tabrak Truk Boks di Ngasem, Bojonegoro, Seorang Pemotor Anak Meninggal Dunia
  • Diduga Serangan Jantung, Warga Gayam, Bojonegoro Ditemukan Meninggal di Sawah
  • Tahun 2025, Bojonegoro Terima DBH Cukai Hasil Tembakau Rp 119,8 Miliar, Inilah Penggunaannya
  • Perempuan Indonesia Merajut Bojonegoro dan Tuban dapat Kepercayaan dari Luar Negeri
  • Perempuan Indonesia Merajut Bojonegoro dan Tuban dapat Kepercayaan dari Luar Negeri
  • Pemkab Blora Dirikan Dapur Umum bagi Warga Terdampak Kebakaran Sumur Minyak di Bogorejo
  • Gerak Cepat, Bupati Arief Rohman Datangi Lokasi Kebakaran Sumur Minyak di Bogorejo, Blora
  • Dampak Semburan Sumur Rakyat di Bogorejo, BPBD Blora Evakuasi 50 KK ke Tempat Aman
  • Semburan Api Muncul dari Sumur Rakyat di Bogorejo, Blora, 3 Orang Dilaporkan Meninggal Dunia
  • Semangat Kemerdekaan Masyarakat Bojonegoro Bangun Desa Mandiri Ekonomi
  • Ahmad Supriyanto, Calon Tunggal Ketua DPD Partai Golkar Bojonegoro
  • Busambo: Ketika Industri Migas Menjadi Penjaga Budaya di Tengah Gelombang Digital
  • Peringati HUT Ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, 250 WBP Lapas Bojonegoro Terima Remisi
  • Libur Cuti Bersama HUT Kemerdekaan RI, 1.739 Penumpang Gunakan KA di Stasiun Bojonegoro
  • SKK Migas dan BPN Perkuat Kolaborasi Dukung Kelancaran Industri Hulu Migas
  • BPBD Bojonegoro Petakan 86 Desa Berpotensi Kekeringan
  • Wakil Bupati Nurul Azizah Buka MPLS Sekolah Rakyat Menengah Atas 36 Bojonegoro
  • Kandang Ayam di Ngraho, Bojonegoro Terbakar, 17 Ribu Ayam Turut Terbakar, Kerugian Rp 922 Juta
  • Bupati Bojonegoro Kukuhkan 72 Paskibraka untuk HUT ke 80 RI
  • Pemkab Blora Ajukan Ijin 4 Ribu Lebih Titik Sumur Minyak Tua ke Gubernur Jawa Tengah
  • SIG Pabrik Tuban Gelar Pengobatan Gratis untuk Warga 5 Desa Sekitar Perusahaan
Belajar Sejarah Itu Seperti Menjadi Detektif dan Traveller

Olyvia Dian Hapsari, Mahasiswi Pendidikan Sejarah UNESA

Belajar Sejarah Itu Seperti Menjadi Detektif dan Traveller

Oleh Vera Astanti

Jasmerah! Jangan sekali-kali melupakan sejarah, gaung pesan presiden pertama RI, Bung Karno, dalam salah satu pidatonya, itu masih terasa hingga kini.

Namun seringkali sejarah sebagai disiplin ilmu kurang begitu menarik bila dibandingkan dengan ilmu lainnya. Seolah-olah sejarah hanyalah berupa teks yang sekadar untuk dihafal tanggal-tanggal kejadiannya saja dan tidak jelas gunanya, dan sebab itu menjadi alasan orang tidak tertarik.

Tapi itu tidak berlaku bagi gadis manis berkacamata ini, Olyvia Dian Hapsari, mahasiswi jurusan Pendidikan Sejarah di sebuah perguruan tinggi ternama di Surabaya.

Olyvia, sapaan dia, menemukan banyak hal menarik dan penting di sekelilingnya yang sebelumnya dianggap sepele. Dengan melek sejarah, hal-hal yang sepintas sepele itu ternyata penting. Kepada beritabojonegoro.com (BBC), Olyvia menceritakan sepenggal pengalamannya bermesraan dengan sejarah, Minggu (18/09/2016).

Masuk jurusan Pendidikan Sejarah pada Fakultas Ilmu Sosial bagi Olyvia pada mulanya adalah karena terdampar. Yang namanya terdampar ya kecelakaan, tidak dinginkan dan ada kesan sebagai sebuah kesalahan. Yakni kesalahan yang dia lakukan ketika menentukan jurusan kuliah di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu, dua tahun lalu.

Namun ada kalanya terdampar itu mengasyikkan. Meski masuk di jurusan sejarah adalah kesalahan, Olyvia menikmatinya sekarang. Itu tidak lain karena sedari awal dia sudah memiliki ketertarikan terhadap sejarah.

Olyvia mengaku awal mula ketertarikannya terhadap sejarah berawal dari buku-buku sastra yang dibacanya saat masih SMA sekitar lima tahunan lalu.

"Karena awalnya kelas ekstra jurnalistik di SMA diwajibkan membaca buku sastra misal karya Ahmad Tohari, Umar Kayam dan Pramoedya Ananta Toer. Nah, latar kisah di novel tersebut membuat penasaran. Misalnya saja dalam Ronggeng Dukuh Paruk (karya Ahmad Tohari), ada istilah manipol usdek dan pemanfaatan ronggeng untuk alat propaganda politik. Dari sanalah aku mulai mencari di buku sejarah atau tanya ke guru sejarah," ungkap Olyvia.

Gadis yang juga sering menulis cerita pendek ini kerapkali menemui bahwa sejarah selalu menjadi bagian dari sebuah karya sastra. Hingga akhirnya dia menyadari bahwa tanpa adanya sejarah, karya sastra yang diciptakan pengarang bakal hampa tidak bermakna.

Dari sejarah pula, Olyvia juga belajar untuk melihat keadaan lebih luas. Mulai dari segi sosial, adat, kesenian ataupun perilaku di dalam masyarakat. Saat aktif kuliah itulah Olyvia semakin menikmati belajar sejarah.

Dia juga mengungkapkan, karena menarik, orang belajar sejarah itu seperti menjelma jadi detektif atau traveller. Orang bisa menelisik apa yang sudah ditinggalkan masa lalu dengan apa yang sudah ada sekarang. Sekaligus bisa melanglang buana ke mana pun, ke seluruh dunia. “Tanpa perlu terbang ke sana tentunya," canda dia.

Mempelajari sejarah menurut Olyvia tidak harus selalu ke museum, tapi bisa langsung ke alam. Lihat saja Bengawan Solo di Bojonegoro, katanya. Apa saja peran sungai terpanjang di pulau Jawa ini untuk umat manusia? Salah satunya adalah sebagai jalur transportasi perdagangan. Buktinya sudah ditemukan perahu kuno di dasar sungai beberapa tahun yang lalu. Perahu kuno itu diyakini banyak pihak sebagai buatan Tiongkok pada abad ke-16.

"Intinya sejarah gak melulu soal teks. Walaupun diharuskan membaca. Tapi juga wajib travelling ke tempat-tempat bersejarah. Yang bersejarah juga bukan melulu museum. Tapi bisa gunung, sungai, desa, jalan dan kain-lain. Tanpa travelling ya sama saja mengawang-awang alias melamun," terang gadis kelahiran Bojonegoro tahun 1996 ini.

Serunya perjalanan menelusuri tempat-tempat bersejarah juga pernah dilakukan Olyvia saat kuliah, yaitu saat praktek di luar kelas. Dia dan kawan-kawannya mengunjungi Dieng, dataran tinggi di Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah, untuk melihat candi-candi yang ada di sana. "Di daerah Jawa Timur, biasanya candi-candinya bentuknya lebih kurus dibanding Jawa Tengah yang lebih gembul. Namun, candi-candi di Jawa Tengah lebih susah dibedakan mana yang candi Hindu atau Budha," kata dia menjelaskan.

Sebab jejak akulturasi Hindu dan Budha pada candi-candi di Jawa Tengah itu begitu kuat. Misalnya saja terdapat candi yang beratapkan meru, yang menandakan itu Hindu, tetapi ketika dilihat lebih teliti ternyata di dalamnya terdapat patung Budha.

Mengenalkan sejarah daerah juga penting, lanjut dia. Bila dikemas dengan pendekatan sejarah yang cantik, sebuah tempat atau peristiwa di daerah tentunya akan mendatangkan potensi wisata. Misalnya hari ini ada Festival Tahu Ledok. “Itu juga bisa jadi lahan promosi yang bagus. Tentang bagaimana sebagian besar masyarakat di sana memproduksi tahu, dan bagaimana peran tahu terhadap ekonomi mereka,” kata dia serius.

"Kita ini bagian dari sejarah. Tidak ada salahnya untuk mempelajarinya. Selain itu sangat menarik untuk mempelajari sejarah melalui alam," pungkas Olyvia.(ver/moha)

 

Gempur Rokok Ilegal
Berita Terkait

Videotorial

Inilah Penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau

Berita Video

Inilah Penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau

Bojonegoro - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, pada tahun 2025 ini dialokasikan bakal menerima Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH ...

Berita Video

Proses Evakuasi Orang Tercebur di Dalam Sumur di Ngraho, Bojonegoro

Berita Video

Proses Evakuasi Orang Tercebur di Dalam Sumur di Ngraho, Bojonegoro

Bojonegoro - Seorang laki-laki berinisial SNJ bin SPR (51) warga Dusun Tukbetung, Desa Nganti RT 047 RW 013, Kecamatan Ngraho, ...

Teras

Memasukkan Pendidikan Mitigasi Bencana dalam Kurikulum Sekolah di Bojonegoro

Menyoroti Konsep Penanggulangan Bencana di Bojonegoro

Memasukkan Pendidikan Mitigasi Bencana dalam Kurikulum Sekolah di Bojonegoro

"Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. ...

Opini

Program ‘Bojonegoro Klunting’, Sesat Pikir Tata Kelola APBD

Opini

Program ‘Bojonegoro Klunting’, Sesat Pikir Tata Kelola APBD

Bojonegoro - Jika hari ini ada beberapa kelompok menggiring opini bahwa dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bojonegoro ...

Quote

Bagaimana Ucapan Idulfitri yang Benar Sesuai Sunah Rasulullah

Bagaimana Ucapan Idulfitri yang Benar Sesuai Sunah Rasulullah

Saat datangnya Hari Raya Idulfitri, sering kita liha atau dengar ucapan: "Mohon Maaf Lahir dan Batin, seolah-olah saat IdulfFitri hanya ...

Sosok

Pratikno, di Mata Mantan Bupati Bojonegoro, Kang Yoto

Sosok

Pratikno, di Mata Mantan Bupati Bojonegoro, Kang Yoto

Bojonegoro - Salah satu putra terbaik asal Bojonegoro, Prof Dr Pratikno MSoc Sc, pada Minggu malam (20/10/2024) kembali dipilih menjadi ...

Infotorial

Busambo: Ketika Industri Migas Menjadi Penjaga Budaya di Tengah Gelombang Digital

Busambo: Ketika Industri Migas Menjadi Penjaga Budaya di Tengah Gelombang Digital

Bojonegoro Suara gemerincing gamelan dan hentakan kendang mengalun dari sebuah sanggar di Desa Kaliombo, Kecamatan Purwosari, Bojonegoro, Jawa Timur. Di ...

Berita Foto

Foto Evakuasi Serpihan Pesawat T-50i Golden Eagle TNI AU yang Jatuh di Blora

Berita Foto

Foto Evakuasi Serpihan Pesawat T-50i Golden Eagle TNI AU yang Jatuh di Blora

Blora - Petugas gabungan dari TNI, Polri, BPBD dan warga sekitar terus melakukan pencarian terhadap serpihan pesawat tempur T-50i Golden ...

Religi

Pakaian Ihram saat Haji dan Umrah, antara Syariat dan Hakikat

Pakaian Ihram saat Haji dan Umrah, antara Syariat dan Hakikat

Judul itu menjadi tema pembekalan sekaligus pengajian Rabu pagi (24/01/2024) di Masjid Nabawi al Munawaroh, Madinah, kepada jemaah umrah dari ...

Wisata

Bojonegoro Bakal Gelar Festival Geopark 2025

Bojonegoro Bakal Gelar Festival Geopark 2025

Bojonegoro - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) bakal menggelar Festival Geopark 2025. Festival Geopark 2025 ...

Hiburan

Jambore dan Gelar Seni Taruna Budaya Meriahkan Festival Geopark Bojonegoro 2025

Festival Geopark Bojonegoro 2025

Jambore dan Gelar Seni Taruna Budaya Meriahkan Festival Geopark Bojonegoro 2025

Bojonegoro - Sejumlah acara, meriahkan hari ketiga Festival Geopark Bojonegoro 2025. Sabtu (28/06/2025). Di pagi hari, kegiatan diawali dengan Pembukaan ...

1756048733.5771 at start, 1756048733.8467 at end, 0.2695848941803 sec elapsed