Melihat Pawai Budaya di Kecamatan Kapas
Bedol Pusaka Payung Tunggul Naga dari Mojodeso
Senin, 19 September 2016 22:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
SETIAP tahunnya pawai budaya menjadi tontonan yang menyedot perhatian masyarakat. Tidak ketinggalan, Desa Mojodeso Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro juga menggelar pawai budaya sekaligus mengangkat cerita legenda desa tersebut. Pawai ini digelar pada Minggu (18/09/2016) mulai pukul 12.00 WIB. Tema yang diangkat, Bedol Pusaka Payung Tunggul Naga.
Menurut Kabid Pelestarian dan Pengembangan Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, Tini, tradisi tersebut merupakan agenda tahunan masyarakat Desa Mojodeso didukung perangkat desa, PKK, dan karang taruna.
"Bedol Pusaka Payung Tunggul Naga adalah sebuah prosesi budaya Desa Mojodeso. Pusaka itu piandel. Sementara, gambaran dari watak atau sifat seseorang itu Payung Tunggul Naga," tutur Tini.
Payung Tunggul Naga sendiri, lanjutnya, adalah gambaran dari sifat memayungi atau melindungi negeri yang diliputi kemakmuran. "Dalam ungkapan Jawa disebut Memayu Hayuning Bawono," imbuhnya.
Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat Desa Mojodeso, konon pusaka ini dilindungi oleh singa kembar. Lambang dari singa kembar ini menggambarkan watak binatang buas, kejam, tamak, rakus, serakah, serta adigang adigung adiguna. Maka siapa pun yang ingin memperoleh Pusaka Payung Tunggul Naga itu harus mampu mengalahkan kedua singa itu.
"Dengan menundukkan sifat-sifat kebuasan binatang, dengan demikian maka akanlah menjadi orang yang merbawani atau disegani," ungkapnya lagi.
Melalui pawai budaya ini, kata Tini, bisa menjadikan ajang promosi wisata yang menarik. Sebab setiap daerah pasti memiliki cerita rakyatnya sendiri. Sehingga bila dikemas dengan apik, akan menjadi sumber peningkatan perekonomian warga, di sisi lain juga ikut melestarikan budaya yang dimiliki. (ver/tap)