Memoar Seorang Peraih Nobel Sastra 2012
Sabtu, 22 Oktober 2016 08:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Buku ini adalah novel otobiografi, yakni memoar yang ditulis oleh yang bersangkutan sendiri, tentang kenangan-kenangan penulis Cina yang pada 2012 lalu diganjar penghargaan Nobel Sastra. Mujur benar Mo Yan. Dia menerima penghargaan bergengsi dengan nilai hadiah berupa uang sebesar 1,3 juta US dollar atau senilai Rp 14 miliar, ditambah sebuah medali emas. Kebanyakan penerimanya bingung menghabiskan uang sebesar itu.
Dalam buku ini, pembaca akan bertemu dengan kisah-kisah masa kecil dan remaja Mo Yan yang sulit, tetapi tetap menarik dan inspiratif. Bahasa yang dipakai cukup mudah, tak berbelit-belit, mungkin karena kepiawaian penerjemahnya. Kisah cintanya dengan Lu Wenli, si gadis yang diam-diam, juga sangat menyedot prehatian, meski tidak menguras air mata seperti telenovela.
Yang paling menyayat bagi saya adalah cerita tentang truk Gaz 51, sebagaimana yang menjadi ilustrasi sampul. Kendaraan itu adalah sebuah truk militer buatan Soviet, yang dipakai oleh tentara Cina semasa perang. Cerita truk Gaz 51 bahkan menjadi urat nadi cerita dari awal hingga akhir. Di sampul itu, sosok anak lelaki duduk di atas kap truk dengan melambaikan bendera merah yang bisa diasumsikan sebagai sosok Mo Yan. Bendera merah saat itu identik dengan pendukung Revolusi Kebudayaan. Para Pengawal Merah, unit paramiliter yang mayoritas anggotanya adalah mahasiswa-mahasiswa yang mendukung Mao serta ajaran-ajarannya menggunakan bendera merah di lengannya. Kisah dalam buku ini memang penuh dengan uraian mengenai kehidupan dalam situasi Revolusi Kebudayaan, kehidupan dimana merupakan simbol penguasa.
Novel ini tak tebal. Tapi saya belum tuntas membacanya. Namun sudah ingin merekomendasikan buku ini pada orang lain. Mohon dimaklumi.