Menelusuri Jejak Dr Sosodoro Djatikoesoemo
Mengenang Eyang Sos dan Perjuangannya Melawan Penyakit Cacar
Sabtu, 05 November 2016 16:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
BAGI masyarakat Bojonegoro, nama Dr Sosodoro Djatikoesomo sangatlah tidak asing. Nama tersebut diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bojonegoro. Lalu siapakah sosok tersebut, dan bagaimana kiprahnya hingga terkenang hingga sekarang?
Pada Sabtu (5/11/2016) siang, beritabojonegoro.com berkesempatan mengunjungi kediamannya melewati masa kecil bersama kedua orang tuanya. Kini rumah tersebut ditempati oleh adik iparnya, Sriwarti (67). Serta cucu dari saudaranya, Gaguk Widodo (63).
"Yang bisa bercerita tentang Eyang Sos, semestinya almarhum suami saya. Suami saya merupakan adik ruju dari saudara-saudara Eyang Sos," papar Sriwarti sembari tersenyum ramah.
Dia menuturkan Eyang Sos merupakan putra ke-9 dari 10 bersaudara. Sedangkan jumlah putranya ada 13, dan 4 di antaranya sudah meninggal. Saat ini putra-putranya tinggal di Surabaya dan Malang.
Dikenangnya, selain bertugas di Bojonegoro, Eyang Sos pernah bertugas di Kediri dan Malang. Pernah juga dikirim ke Kalimantan untuk bertugas selama beberapa waktu.
"Sepengetahuan saya beberapa kali berjumpa, Eyang Sos merupakan pribadi yang pendiam. Saat ini putranya yang masih bisa ditemui ada di Surabaya," imbuh Sriwarti mengenang.
Di samping Sriwarti, Gaguk mengatakan, banyak mahasiswa datang untuk menapaki jejak Eyang Sos. Yang terakhir, lanjut dia, ada mahasiswa dari Malang dan Surabaya. Sebab itu dia mengaku, selalu menyimpan buku pengukuhan nama Dr Sosodoro Djatikoesomo sebagai nama rumah sakit.
Pada buku yang dicetak tahun 1990 tersebut dijelaskan bahwa Eyang Sos pernah menjabat sebagai Kepala RSUD Bojonegoro tahun 1949-1966. Dijelaskan pada saat itu merupakan masa-masa sulit. Hal ini tak lepas dari upaya mempertahankan kemerdekaan RI dari tangan Belanda.
Sebelumnya Eyang Sos merupakan satu-satunya dokter yang mengabdi di sana. Semangat dan perjuangannya patut dijadikan teladan, termasuk ketika menghadapi wabah penyakit cacar. Penyakit yang memunculkan bintik-bintik merah pada tubuh itu sedang mewabah di mana-mana. Sehingga Eyang Sos harus membuat barak-barak bagi pasiennya.
Dituliskan, hal ini sangat efektif, mengantisipasi agar penyakit itu tidak menyebar. Jasa lain yang ditinggalkan Eyang Sos adalah membuat monumen kolam di tengah rumah sakit, papan nama, dan papan penunjuk arah agar memudahkan pengunjung menjumpai keluarganya yang sakit. (rul/tap)