Candi Prambanan dan Legenda yang Melingkupinya
Minggu, 25 Desember 2016 08:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
CANDI Prambanan atau Roro Jonggrang. Salah satu candi terbesar di Indonesia ini masih kokoh, indah, cantik dan penuh pukau. Beruntung awak beritabojonegoro.com (BBC) bisa mengunjunginya, kemarin, Sabtu (24/12/2016) saat sedang ramai-ramainya bertepatan dengan momen liburan panjang.
Para wisatawan bukan hanya dari lokal, melainkan juga manca. Nampak orang berkulit putih dan berambut pirang berseliweran menikmati keindahan candi ini. Wajah mereka nampak sumringah.
Candi ini memang memilik magnet yang kuat, selain keindahan dan kekhasan arsitektur bangunannya. Yakni berkaitan dengan legenda yang melingkupinya. Legenda ini begitu kuat tertanam dalam kepala masyarakat dari generasi ke generasi.
Berbagai literatur menyebutkan, candi ini menyimpan kisah heroik sekaligus romantik berbaur magis di zaman kejayaan kerajaan Hindu nusantara di abad ke-8 lalu. Yaitu tentang sosok Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang, nama yang kemudian menjadi abadi bersama candi ini.
Legenda itu menyebutkan, zaman dulu di Jawa di daerah Prambanan berdiri dua kerajaan Hindu. yaitu Pengging dan Baka. Kerajaan Pengging subur makmur dipimpin Prabu Damarmaya dan punya putra bernama Bandung Bondowoso. Sementara Kerajaan Baka dipimpin raksasa kejam bernama Prabu Baka dan Patih Gupala.
Pada suatu waktu, Kerajaan Baka menyerang Pengging. Serangan itu menyebabkan banyak berjatuhan korban dan rakyat kelaparan.
Raja Pengging, Prabu Damarmaya lalu memerintahkan putranya, Bandung Bondowoso, bertempur melawan Raja Boko. Berkat bekal kecerdasan dan ilmu kanuragan yang dimiliki Bandung, Raja Baka dan bala tentaranya berhasil ditumpas.
Patih kerajaan Baka, Patih Gupala, melarikan diri. Bandung Bondowoso mengejar sampai Baka. Sesampainya di Baka, Bandung tercekat melihat sosok perempuan cantik jelita yang tidak lain adalah putri sang Raja. Roro Jonggrang nama putri raja itu.
Keindahan yang terpancar dari diri Roro Jonggrang melenakan Bandung. Lelaki yang terkenal pantang mundur itu pun menjadi luluh. Alih-alih memorak-porandakan Baka, dia banting setir berniat menyunting Roro Jonggrang. Bisa ditebak, Jonggrang menolak. Dia pantang dipersunting musuh tanah airnya.
Namun penolakan sang putri bukan penolakan tanpa embel-embel. Dia menerima, tetapi dengan mengajukan tantangan yang mustahil kepada Bandung, membangun 1000 candi di Prambanan dalam semalam.
Namun meski mustahil, Bandung menerima syarat yang diajukan Jonggrang. Dia yakin usaha sampai. Dibantu raja jin dan bala pasukannya, hingga menjelang penghabisan malam, sebanyak 999 candi berhasil dibangun. Tinggal 1 candi lagi di injury time.
Yang gusar adalah Jonggrang. Kemustahilan yang ditawarkan kepada Bandung seakan menertawakannya. Tak kurang akal, dia kerahkan para gadis di Prambanan untuk membakar jerami dan menumbuk padi di lesung lebih dini.
Alunan merdu bunyi lesung dan asap jerami yang disambut kokok ayam jago di seantero Prambanan membuat raja jin dan bala pasukannya kalang kabut. Mereka bengong, kok sudah pagi. Mereka menjatuhkan bebatuan yang hendak mereka susun jadi bangunan candi terakhir. Seperti mendapati ancaman serius, mereka ngacir meninggalkan Bandung yang juga kelonjotan sendirian. Dia tahu bahwa fajar belum tiba dan sisa waktu yang ada mustahil dia manfaatkan bahkan untuk sekadar membuat sebuah sudut pondasi bangunan candi.
Bandung merah padam. Dia tahu muslihat sang putri. Dan dia merasa dipermainkan. Rekor membangun 1000 candi dalam semalam sudah pasti tidak jadi tercapai. Dan itu artinya, dia gagal mempersunting putri jelita itu.
Dia datangi Roro Jonggrang dengan penuh umpat dan serapah, juga kutukan. "Hai Roro Jonggrang, candi kurang satu. Jadi genapnya 1000, engkaulah orangnya," ujarnya.
Seketika Roro Jonggrang jadi berubah ujud jadi arca batu. Tidak cukup itu, Bandung Bondowoso juga mengutuk para gadis Prambanan menjadi perawan kaseb (telat).
Legenda itu melekat dalam benak para wisatawan, menjadikan bangunan bebatuan ini menjadi hidup dan memiliki kekuatan. (her/moha)