Buku
Agar Melek Literasi, Buruh Migran Harus Baca Buku Bukan BMI Biasa
Jumat, 04 Agustus 2017 19:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Hongkong – Buku bertajuk “Bukan BMI Biasa, Kisah Sukses BMI Hongkong” yang ditulis Yanne Karsodiharjo, Buruh Migran Indonesia (BMI) asal Bojonegoro beberapa hari lalu telah diterbitkan oleh penerbit Formaci dan kini sudah tiba di Hongkong dan terjual laris manis.
Yanne Karsodiharjo bersyukur bisa menulis buku dan dibaca teman-temannya. “Alhamdulillah buku Bukan BMI Biasa Kisah Sukses BMI Hongkong sudah sampai di Hongkong pada Minggu kemarin tanggal 28 Juli 2017. Dan mudah mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi dan juga motivasi bagi teman-teman BMI Hongkong. Agar melek literasi, TKI harus baca buku, mencintai buku,” ujar dia, Kamis (03/08/2017) waktu setempat.
Yanne berharap buku terjual habis dan hasil penjualan akan dia donasikan untuk anak-anak yatim piatu di daerah Bojonegoro. “Ucapan terimakasih kepada crew YFG atau Yanne Fashion Group new generation. Ada beb Wardah, beb Naina, Kc Leony, Koko Singa dan Koko Henry So. Juga ucapan terimakasih untuk kakak ku Daimah Imah, Chery Chan, juga Crew media penerbit dan wartawan terimakasih atas semua dukungan dan support-nya, meskipun sempat ada sandungan sandungan kecil dari orang-orang yang ingin menjatuhkan saya namun alhamdulillah berkat doa serta dukungan crew penerbit saya semangat untuk berkarya,” ujar Yanne.
Salam BMI Hongkong, kata dia, bukan BMI biasa, srikandi-srikandi hebat pahlawan devisa yang luar biasa berjuang jauh dari keluarga. “Yuk kak, inbok FB aku Yanne Karsodiharjo dan dapatkan buku ini hanya $75 Honkong. Kalau di Indonesia hanya Rp60 ribu. Sekian terimakasih atas semua yang mendukung Yanne. I love you all,” pungkas dia.
Selain itu, Pemimpin Redaksi Penerbit Formaci Ahmad Ali Zainul Sofan menegaskan semua TKI wajib baca buku agar melek literasi. “Buku ini wajib dibaca semua TKI di Hongkong dan umumnya di dunia,” beber dia.
Pihaknya mengatakan bahwa bukunya telah kita kirim ke Hongkong, karena memang diterbitkan di Semarang dan bulan kemarin sudah launching dan mendapat respon positif dari berbagai kalangan. “Semoga menjadi langkah awal para BMI untuk berliterasi,” beber Sofan.
Ia menambahkan, bahwa buku tersebut berisi berbagai kisah yang menginspirasi para BMI. “Saya pun baru paham kalau ada istilah yang lebih humanis daripada TKI, yaitu BMI dan PMI. Nah, di buku itu dijelaskan sejumlah kisah inspiratif dan utamanya pengalaman pribadi yang intinya jangan lama-lama menjadi BMI, kalau sudah sukses, penulis mengajak para BMI untuk segera pensiun,” lanjut dia.
Buku ini telah dikoleksei Perpusnas RI di Jakarta dan Perpusda Jateng di Kota Semarang. “Jika mau membacanya gratis bisa ke sana langsung,” beber dia. (her/moha)