Rudi Karisma, Penerjemah Novel, Peserta Diklat PPSDM Migas Cepu Blora
Rabu, 27 Maret 2019 15:00 WIBOleh Priyo SPd Editor Imam Nurcahyo
Blora – Menjadi salah satu peserta pendidikan dan latihan (Diklat) bantuan masyarakat, Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi (PPSDM Migas) Cepu Blora, adalah impian banyak orang. Seperti halnya Rudi Karisma, warga Balun Sawahan Kecamatan Cepu Kabupaten Blora, yang kesehariannya menjadi penerjemah novel. Dirinya menjadi satu di antara 40 orang peserta Diklat di PPSDM Migas Cepu Blora.
Rudi yang lahir 23 tahun lalu itu merasa beruntung bisa mendapatkan kesempatan mengikuti program gratis yang diselenggarakan oleh PPSDM Migas Cepu, sebagai bentuk perhatian lingkungan bidang pendikan. Tidak semua orang bisa memperoleh kesempatan langka tersebut.
Rudi termasuk salah seorang yang beruntung, bisa mengikuti diklat yang dilaksanakan mulai Senin (11/03/2019) hingga Jumat (29/03/2019) itu. Sebagaima diketahui, ratusan peserta harus melalui seleksi pada dinas tenaga kerja di masing-masing kabupaten. Ada tiga kabupaten yang mendapat program gratis tersebut, antara lain Kabupaten Blora Jawa Tengah, Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban di Jawa Timur.
“Saya sangat bangga bisa berkesempatan mengikuti diklat Operator Scaffolding ini,” ujarnya kepada awak media ini, Rabu (27/3/2019).
Dia mengaku, banyak ilmu pengetahuan yang dia peroleh. Terlebih dalam diklat yang dia ikuti tersbut juga diimbangi dengan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
“Waktu di SMK dulu saya pernah mendapat materi K3. Itu pun hanya sekadar materi. Dari materi yang dulu saya dapatkan, akhirnya saya tahu praktiknya,” katanya
Rudi Karisma, salah satu Peserta Diklat PPSDM Migas Cepu Blora, yang punya kesibukan sebagai Penerjemah Novel, saat ditemui awak media ini Rabu (27/03/2019)
Di sangat berterima kasih kepada PPSDM Migas, yang telah menyelenggarakan diklat tersebut. Semoga ilmu yang didapatkan ini mudah-mudahan bisa termanfaatkan.
"Harapannya ya bisa langsung mendapat pekerjaan,setelah dari sini,” katanya
Harapan untuk segera mendapatkan kerja itu, cukup beralasan. Sebab, kedua orang tua kandung Rudi sudah tidak ada. Ayah Rudi, meninggal pada Mei 2017 lalu. Kemudian disusul sang Ibu, meninggal dunia pada Desember 2018.
“Saya sekarang tinggal bersama adik dan abangya. Saya sama adik beda ayah,” katanya.
Kendati demikian, Rudi tak lantas berpangku tangan. Selama setahun terakhir, dirinya mencoba perungtungan dengan menjadi penerjemah novel beberbahasa asing. Namun, usahanya masih belum membuahkan hasil karena harus bersaing dengan grup besar.
“Saya berdiri sendiri, semantara yang grup besar, mereka sudah memiliki tim sendiri. Jadi saya kalah cepat, karena kompetisinya bebasis online. Kalah cepat,” katanya.
Sebenarnya ada beberapa novel yang sudah pernah dia terjemahkan. Dari sejumlah novel itu di antaranya Isekai izakaya Nobu, Tensei Slime dan Green Skin.
"Semua drop karena ada grup yang ambil dan rilisnya lebih cepat,” ujarnya.
Dia sebenarnya ingin menelateni dunia penerjemah. Ia ingin gabung dengan grup besar namun bingung gabungnya di mana.
"Pengenya gabung Semoga kedepan ada kesempatan,” ungkap Rudy.
Disela-sela praktik scaffolding, Rudi menyampaikan, ingin fokus dulu dengan diklat yang dilaksakan saat ini.
“Sementara fokus ini dulu mas. Untuk penerjemahan novel, mungkin nanti setelah pelatihan selesai sambil meninggu kesempatan kerja,” pungkasnya. (teg/imm)