Asyiknya Berkomedi Sambil Beropini
Rabu, 12 Agustus 2015 08:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh: Nasruli Chusna
Menulis opini lalu menerbitkannya pada media cetak maupun online sudah biasa dilakukan banyak orang. Namun tidak banyak orang dapat menyampaikan pendapat dan keresahannya yang dikemas dalam bentuk komedi. Aktifitas ini biasa dilakukan oleh seorang stand up comedian, atau biasa disebut komik.
Di Kota Bojonegoro, komunitas Stand Up Comedy Bojonegoro telah ada sejak Tahun 2012. Yudha Satria Aditama, ketua sekaligus pendiri komedi tunggal itu mengatakan bahwa para komik, tertuntut tidak hanya berkomedi. Namun juga harus menyampaikan pendapat maupun keresahan yang dialaminya.
“Tantangannya memang demikian, kita harus menyampaikan opini dengan kacamata komedi. Semua ada tekniknya dan bisa dipelajari,” kata dia menceritakan.
Pemuda yang kesehariannya menjadi jurnalis di salah satu media cetak itu menambahkan untuk menjadi komik berkualitas tidaklah gampang. Karena komik bisa dikatakan teruji jika apa yang disampaikannya memiliki dampak dan menginspirasi para audiens. Sehingga tiap kali tampil ada kesan dan nilai-nilai yang tersampaikan.
Komunitas Stand Up Comedy Bojonegoro sendiri saat ini beranggotakan sekitar 30 orang. Namun, imbuh Yudha, yang berani tampil hanya sekitar 10 orang. Dia sangat terbuka jika ada yang mau bergabung dan belajar menjadi seorang komik.
Fajar Mukti, seorang komik lulusan Sekolah Kejuruan di Bojonegoro, tiap kali tampil selalu membawakan materi kritik sosial. Seperti kebiasaan remaja, ketidak merataan pembangunan, juga cerita-cerita menarik ketika di sekolah. Bahkan sesekali penampilannya menjadi tempat curhat.
“Bagi saya menjadi komik bukanlah ketidaksengajaan. Tapi ada visi yang ingin tersampaikan. Daripada ngobrol ngalor-ngidul tiada guna, mending saya tulis jadi materi. Kan lumayan, bisa sambil menghibur orang,” kata pemuda asal Kecamatan Ngraho itu.
Bagi Fajar, merupakan kebanggaan tersendiri jika materi yang disampaikan dapat diterima khalayak. Perjalanannya menjadi seorang komik pernah membawanya ke dua stasiun televisi nasional, dan bersaing dengan komik-komik dari seluruh Indonesia. Meski tampil di televisi nasional, dia mengaku tidak malu mengangkat materi Bojonegoroan. Seperti isu migas, pembangunan beberapa mega proyek di Bojonegoro, serta kekeringan yang kerap kali melanda daerahnya. (rul/kik)