Menyusuri Kawasan Sendang Karan, Baureno
Banyak Menyimpan Sisa-Sisa Teknologi Peninggalan Belanda
Minggu, 13 Maret 2016 08:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
BELUM banyak orang tahu tentang tempat ini. Bukit yang sering dipakai latihan para pencinta panjat tebing ini ternyata menyimpan sisa-sisa teknologi peninggalan penjajah Belanda. Sebuah bukit kapur yang terletak di Dusun Kemiri, Desa Gunungsari, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro.
Bukit itu lebih dikenal dengan nama Sendang Karan atau Sendang Gong. Sebab, setiap musim penghujan, seperti saat ini, cekungan di bawah bukit penuh terisi air hujan. Sehingga terbentuklah telaga, atau orang Jawa menyebutnya sendang. Karena berada di wilayah Dusun Karan, maka dinamailah Sendang Karan.
Hanya saat kemarau saja, tempat ini digunakan untuk latihan panjat tebing. Kalau musim hujan, tak bisa, karena di bawahnya ada sendang dengan kedalaman air cukup dalam. Sabtu (12/02) pagi kemarin, dua jurnalis beritabojonegoro.com (BBC) berkesempatan menyusuri kawasan Sendang Karan ini.
Baca berita: Sendang Karan Surganya Para Pemanjat Tebing
Ada dua jalur untuk mencapai puncak bukit Sendang Karan. Jalur pertama lumayan sulit, karena harus jalan menanjak dengan kemiringan hampir 45 derajat. Sementara jalur kedua lebih mudah. Jalur ini sudah biasa dilewati warga.
Jalur pertama lebih menantang dan menarik untuk dilewati. Menyusuri jalan setapak dengan banyak tanjakan berbatu. Rasa lelah bakal terbayar setelah berada di puncak bukit. Pemandangan indah, perpaduan antara hutan, persawahan, dan atap rumah penduduk.
Pada bibir bukit terdapat dua lubang cukup besar. Diameternya mencapai dua meter. Biasanya dari dua lubang inilah para pemanjat tebing melatih adrenalinnya dengan menuruni bukit Sendang Karan. Konon, menurut cerita warga, dulunya dua lubang itu digunakan sebagai cerobong asap masa penjajahan Belanda dan Jepang.
Turun ke bawah melalui batu-batu kapur yang tersusun menyerupai tangga. Di kaki bukit terdapat gua cukup cantik. Menariknya, pintu masuk gua menyerupai bentuk simbol love. Terdapat pula bekas balok cor-coran ukuran besar. Kondisinya patah dan dibiarkan begitu saja. Belum ada yang tahu, buatan siapa dan untuk apa sebenarnya balok cor-coran itu.
Sayangnya, di dinding dalam gua sudah banyak coretan nakal khas anak muda. Cukup mengganggu pemandangan. Belum lagi, sampah-sampah plastik yang juga banyak ditemukan.
Beranjak menuju jalur panjat tebing. Di antara dua rongga besar dan dibatasi tebing bukit para pemanjat tebing kerap berlatih terjun prusik, menuruni bukit dengan tali. Cukup menegangkan, karena di bawahnya ada jurang cukup dalam dan cekungan berisi air.
Di arah yang lain, masuk hutan, terdapat bangunan pondasi seperti bekas tatakan jembatan. Pondasi ini juga diyakini sebagai sisa peninggalan penjajah Belanda lainnya.
Menurut cerita Nurcholis, seorang aktivisis lingkungan asal Baureno, dulunya Sendang karan atau Sendang Gong adalah kawasan air. Tempatnya seperti lembah dan digunakan kolonial Belanda untuk menyimpan air. "Sejak dulu teknologi mereka itu sudah maju, sampai memikirkan bagaimana mengelola air," ujarnya.
Kembali pada puncak bukit. Saat ini sudah dilakukan penanaman beberapa jenis tanaman yang cocok hidup di tanah bukit kapur. Salah satunya tanaman yang dipilih adalah Kemiri Sunan. Pohon Kemiri Sunan memang sengaja ditanam oleh masyarakat setempat bersama pemerintah desa dan kabupaten. Selain untuk upaya konservasi kawasan, juga dapat dipetik hasil buahnya.
Buah Kemiri Sunan ke depan diproyeksikan sebagai sumber energi terbarukan. Minyaknya dapat dijadikan bahan bakar biodesel. Jadi, potensi pasarnya cukup besar dengan harga yang cukup menjanjikan. Karena menjadi kawasan pengembangan pohon Kemiri Sunan, dusun ini kemudian dikenal sebagai Dusun Kemiri.
Sebenarnya bukit kapur dikenal sulit untuk ditanami. Namun dengan upaya yang keras dari warga. Sedikit demi sedikit, bukit itu kembali hijau. "Mungkin ini panggilan hati. Karena saya memang senang bertani. Hidup harmonis bersama alam," ujar Nurcholis, salah seorang pelaku penghijauan bukit tersebut. (ver/tap)
*) Foto seorang pemuda duduk di depan pintu gua