Jejak Belanda di Desa Gunungsari
Gunungsari Dulu Sering Disebut Kota
Senin, 14 Maret 2016 21:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
MASIH menyusuri peninggalan Belanda di Bojonegoro, tepatnya di Desa Gunungsari Kecamatan Baureno. Konon, Desa Gunungsari merupakan distrik industri pada masa kekuasaan Belanda hingga kemudian Jepang.
Banyak berdiri pabrik di Desa Gunungsari. Pabrik-pabrik itu sangat dijaga ketat oleh Belanda saat itu, semua pekerjanya berasal dari luar Bojonegoro. Sedangkan penduduk lokal sendiri hanya menjadi pengaman di luar pagar. Di dalam pagar dijaga ketat oleh pasukan bersenjata. Sehingga kegiatan seperti apapun di dalam pabrik tidak dapat diketahui oleh penduduk sekitar.
Hal itu diceritakan oleh aktivis lingkungan hidup asli warga setempat, Nurcholish. Kepada beritabojonegoro.com (BBC), Nurcholish bercerita tentang desanya yang menyimpan sejarah itu.
Masih menurut Nurcholish, berdasarkan cerita turun temurun, dulunya Gunungsari oleh warga Babat dan Lamongan lebih sering disebut 'kota'.
"Dulunya di sini banyak pabrik-pabrik Belanda, ketika zaman kekuasaan berganti Jepang. Maka pabrik inipun diambil alih oleh mereka," cerita Nurcholis.
Kakek Nurcholis sendiri merupakan broker atau makelar masuknya orang-orang Jepang untuk berdagang ke Bojonegoro khususnya Baureno. Ketika perang pecah antara sekutu dan Jepang, belakangan diketahui bahwa pedagang Jepang itu ternyata merupakan tentara dan memiliki pangkat tinggi.
"Mereka dikenal sebagai pedagang beras, atau kebutuhan pokok lainnya. Kok pas perang ada yang jadi panglima," ujarnya tidak percaya.
Bekas pabrik yang masih bisa dilihat yaitu pondasi Masjid megah bercat biru di Desa Gunungsari. Sebuah ruangan balok berlantai tekel dan batu batanya pun tidak biasa.
Batu bata yang diyakini peninggalan Belanda bisa dijumpai di depan rumah Nurcholis. Yaitu di halaman atau pelataran rumahnya yang berlantai batu bata. Struktur batu bata merah ini lebih keras daripada batu bata biasa. Pada batu bata itu tertulis Calco, cap yang katanya dari Belanda.
"Selain batu bata, pintu rumah saya juga dipercaya merupakan peninggalan. Tinggi pintunya mencapai 3 meter. Tapi saat ini sudah digergaji bawahnya sedikit," pungkas Nurcholis.(ver/moha)