Rumah Ludes Terbakar, Sumini Kini Berharap Uluran Tangan Orang Lain
Sabtu, 16 April 2016 10:00 WIBOleh Betty Aulia
Oleh Betty Aulia
Kota - Manusia tidak akan pernah tahu kapan mengalami musibah dan kapan menjalani kehidupan yang layak. Seperti halnya yang terjadi pada Sumini (65), warga Desa Jetis, Kecamatan/Kabupaten Blora, yang rela menyambung hidup dengan meminta belas kasihan orang lain. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, dia terpaksa demi menyambung hidup bersama seorang keponakannya.
Hari demi hari dia menyusuri jalan raya. Mengenakan pakaian lusuh yang terdiri kerudung hitam, baju kebaya, jarit, serta selembar selendang yang dia gunakan untuk menggendong keponakan yang masih berusia 3 tahun itu. Sumini mengaku, semua pakaian yang dikenakan saat ini merupakan pakaian bekas yang diterima dari seseorang, dan pakaian itu merupakan satu-satunya yang dimiliki.
"Ini pakaian saya dikasih orang waktu saya masih tinggal di Blora," tutur Sumini dengan senyum tipis.
Selain itu, Sumini juga mengungkapkan, dirinya kini hanya tinggal sendiri bersama keponakannya. Kepada beritabojonegoro.com (BBC), Jumat (16/04) kemarin, dia menuturkan, empat tahun silam dirinya tertimpa musibah rumahnya terbakar. Dia harus merelakan seisi rumahnya ludes dilahap sang jago merah. "Rumah saya terbakar beserta keluarga saya, karena tabung elpijinya meledak," tuturnya sedih.
Diiringi hujan rintik-rintik membuat Sumini semakin dalam menceritakan masa lalunya dan kehidupan yang dijalani sekarang ini. Dia mengaku, setelah kejadian kebakaran, dirinya kehilangan tempat tinggal. Dia sempat ditampung pihak berwajib di Kabupaten Blora dan tinggal sementara di pos polisi.
Namun semua itu hanya bertahan beberapa hari. Karena dia tidak mau merepotkan orang lain, maka dia memutuskan pergi merantau bersama keponakannya itu. Dia sempat bekerja di satu warung di Pasar Kota Bojonegoro. "Dulu saya ikut bekerja di salah satu warung kaki lima di daerah Pasar Bojonegoro, namun sekarang sudah tidak lagi, karena kondisi kesehatan yang kurang baik," ungkapnya.
Kadang timbul perasaan bersalah dan sedih, karena merasa tidak bisa memberikan kehidupan layak bagi keponakannya, Megawati. Jangankan untuk memberikan kehidupan layak, untuk mendapatkan makanan saja dia harus menyusuri jalan dengan berharap uluran tangan orang lain.
"Kalau musim hujan begini, Wati setiap malam sering menangis karena kedinginan,” ucapnya lirih.
Sering muncul dalam benaknya ingin memiliki tempat tinggal seperti yang dimilikinya dulu. Tempat tinggal yang bisa dijadikan istana baginya dan keponakannya. Namun semua keinginan itu harus ditepisnya dalam-dalam. Sebab, dia merasa tak yakin semua itu bakal terwujud.
Dalam usianya yang mulai renta, Sumini berusaha lebih mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta, agar selalu diberikan kesehatan dan rezeki. Dari bibir keriputnya, terucap kata-kata permohonan, dia minta jangan mati dulu sebelum Megawati jadi anak yang sukses dan berguna bagi orang lain.
"Setiap malam saya selalu berdoa, agar saya selalu diberikan kesehatan dan umur yang panjang supaya saya bisa melihat Wati menjadi anak yang berguna bagi orang lain," pungkasnya. (ety/kik)