Maisir (34) Perajin Pelepah Pisang di Kecamatan Balen
Berharap Dukungan Lebih dari Pemerintah
Minggu, 15 Mei 2016 08:00 WIBOleh Piping Dian Permadi
Oleh Piping Dian Permadi
Balen - Membuat kerajinan berbahan baku pelepah pisang menjadi barang - barang berguna serta bernilai jual adalah pekerjaan rutin Maisir (34) seorang lelaki warga Desa Balenrejo RT 16 RW 02 Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Hasil kerajinannya cukup bagus, pernah diminta pengusaha di Jakarta, namun karena keterbatasan tenaga belum terwujud. Konsumen dari Bojonegoro sendiri masih sedikit. Dia berharap dukungan lebih dari Pemerintah untuknya dan para perajin lainnya.
Dia dan beberapa ibu rumah tangga di kampungnya mengolah pelepah pisang menjadi aneka kerajinan menarik dan perabot rumah tangga. Misalnya, pelepah pohon pisang itu bisa diubah menjadi topi, tas, tempat air minum, serta tempat tisu yang menarik dan juga ramah lingkungan
Baca Mengolah Pelepah Pohon Pisang Menjadi Aneka Kerajinan Bernilai Tinggi
Saat ini sudah ada sedikitnya 15 jenis produk yang ia hasilkan dari pelepah pisang kering. Selain itu, dia beberapa kali juga memberikan pelatihan kepada para pelajar baik di sekolahan sekitar serta yang datang langsung ke rumahnya.
Maisir mengatakan, untuk bahan baku sendiri menurutnya saat ini tidaklah menjadi masalah. Namun ia berharap ada dukungan lebih dari pemerintah baik tingkat Kabupaten ataupun kecamatan untuk bidang pemasaran atau perkembangan produk.
Dia pernah mengikuti pameran yang diselenggarakan di Pendapa Malowopati Pemkab Bojonegoro. Pada saat itu, produk topi dari pelepah pisang miliknya mendapatkan apresiasi dari istri Kang Yoto, Hj. Mahfudoh. “Waktu itu bahkan topinya sampai di tes, apakah rusak jika terkena air. Ternyata tidak. Setelah itu beliau minta agar desainnya dipercantik lagi,'' ujarnya menceritakan.
Maisir menceritakan pula pernah dijanjikan oleh Pemerintah kecamatan akan dibantu diberikan stand di kantor Kecamatan Balen. Namun hingga saat ini hal tersebut belum terwujud. Dia juga pernah beberapa kali mengikuti pelatihan mengenai kerajinan dari Pemerintah Kabupaten. Selain itu, dia juga beberapa kali diminta malakukan presentasi pada pelatihan - pelatihan tersebut.
Saat ini yang masih menjadi kendala baginya adalah kemampuan produksi serta jaringan konsumen, yang menurutnya perlu dia kembangkan lebih lanjut. ''Konsumen barang - barang ini masih dari wilayah luar kota seperti Tuban. Kalau di Bojonegoro sendiri tidak ada. Dari Jakarta kita pernah diminta memproduksi 100 buah sehari. Jika bisa memenuhi, maka kita sepakat bekerja sama, namun kendalanya tenaga pengrajin masih kurang,'' pungkasnya. (pin/moha)