Kiai Haji Anwar Zahid, Dai Kondang dari Kanor
Dulu Mulai Dakwah dari Kampung ke Kampung, Musala ke Musala
Minggu, 12 Juni 2016 12:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Kanor – Siapa yang tidak mengenal dai kondang satu ini, Kiai Haji Anwar Zahid. Dai kondang asal Desa Simorejo, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, ini sering diundang jadi penceramah di berbagai tempat di Jawa Timur.
Kiai Haji Anwar Zahid mengaku saat ini bisa berceramah dengan gaya khas guyonan tetapi mengandung banyak pesan itu karena belajar dari nol. Nama kiai Anwar Zahid yang juga sering disebut Kiai Qulhu ini baru tersohor sejak enam tahun terakhir.
“Mulai tahun 2011 itu saya mulai mendapatkan banyak undangan. Tahun 2007 sebetulnya sudah mulai ceramah tapi masih di dekat-dekat desa sini, itu pun satu bulan sekali," ujar Kiai Anwar.
Ia belajar ceramah itu dari mengajar santri di tempat mondoknya dahulu. Yakni, di Ponpes Langitan, Tuban dan Taklimul Quran di Bungah, Gresik. Selain itu ia juga belajar dari guru-gurunya. Sebab, dia sering disuruh mengantarkan kiainya untuk ceramah.
Dari situ, ia mulai belajar ceramah. Dahulu, kata dia, ia mulai dakwah dari kampung satu ke kampung lainnya, dari satu musala ke musala lainnya. "Ya intinya belajar lah. Karena hakikatnya hidup itu adalah belajar, ibarat sekolah maka harus naik kelas, begitu juga kehidupan juga harus selalu ada peningkatan," kata Anwar menjawab kesuksesannya itu.
Selain belajar, sambung dia, adalah hidup yang barokah. “Saya terinspirasi dari Alquran, bahwa di manapun kita berada kita memohon agar kehidupan kita barokah. Saya selalu berdoa, Ya Allah tempatkan aku dimana saja dalam keberkahan, seperti itu," jelasnya.
Kiai yang juga jebolan Ponpes Abuya Sayyid Miliki, Al-Hasani, Makkah itu saat ceramah ternyata banyak menyampaikan dalil qauniyah, atau realitas kehidupan, agar dengan mudah dipahami oleh masyarakat. Apalagi sasaran dakwahnya mulai kalangan menengah ke bawah kadar ilmunya. "Tapi tetap ada dalilnya," ungkapnya.
Ia ceramah dengan bahasa yang blak-blakan serta selingan guyonan itu tujuannya agar mereka yang mendengarkan senang mengaji dulu. "Setelah mereka senang mengaji, nanti mereka akan memilih kiai lain yang mengajinya serius," ujarnya.
Yang mengangetkan itu jika ingin mendatangkan kiai lucu tersebut. Sebab, mereka yang mengundang harus antri selama tiga tahun. Itupun kalau masih ada jadwal yang kosong, kalau tidak ada ya harus antre empat tahun, dan seterusnya.
"Sekarang saya batasi. Misalnya buka pendaftaran tahun 2016 ini untuk jadwal ceramah tiga tahun mendatang," jelas kiai yang baru punya satu putra itu.
"Mulai tahun 2010 sampai 2015 jadwal saya penuh, tidak saya batasi. Sehari semalam ceramah tiga sampai empat kali. Tapi sekarang saya batasi, dalam seminggu saya harus dua kali di rumah mengajar dan bertemu keluarga," tandasnya. (her/kik)