Bojonegoro Sebagai Kabupaten Ramah HAM
Kang Yoto Jadi Pembicara World Human Rights City Forum di Gwangju Korsel
Sabtu, 23 Juli 2016 17:00 WIBOleh Rahmad Junaidi *)
*Oleh Rahmad Junaidi
Gwangju Korsel - Sebagai rangkaian keberhasilan Kabupaten Bojonegoro yang dinobatkan Kabupaten Ramah HAM sesuai ketetapan Menkum HAM RI pada peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) se-Dunia tahun 2015 lalu, pada Sabtu (23/07) pagi, waktu setempat, Bupati Bojonegoro, atau lebih akrab dipanggil Kang Yoto, dipercaya untuk memberi masukan kepada pemerhati HAM sedunia di World Human Rights City Forum di Gwangju-Korea Selatan.
Dalam forum ini hadir perwakilan NGO yang bergerak dibidang HAM dari seluruh dunia termasuk Perwakilan Lembaga HAM PBB dan Asia. Selain itu hadir juga perwakilan Pemerintah RI dan perwakilan beberapa pemkab dan pemkot termasuk Pemkab Bojonegoro.
Pada forum ini Kang Yoto menguraikan bagaimana mempraktikkan HAM yang sesungguhnya di Bojonegoro. Pada era lalu, Bojonegoro kurang berpihak pada penegakan HAM, akibat sejarah kemiskinan, penjajahan, dan konflik berkepanjangan. Kurangnya peran pemerintah mengatasi berbagai persoalan dan berbagai perbedaan yang ada, menjadikan tingginya radikalisme, diskriminasi dan tidak ada inovasi dalam pembangunan, yang akhirnya cenderung terjadi pelanggaran nilai-nilai HAM.
Untuk menghadapi semua tantangan tersebut, dimulai pada tahun 2008, mengajak semua elemen untuk berdialog, bertransformasi, dan menegakkan supremasi hukum. Selain itu juga membuat inovasi yang melibatkan stakeholder dan seluruh elemen masyarakat, semua sisi disentuh, baik dari sisi kepemimpinan, birokrasi, program pembangunan, budaya dan membangun jejaring.
Salah satu kebutuhan masyarakat yang ditingkatkan nilainya adalah pendidikan. Karena pendidikan berperan penting untuk pembangunan SDM di Bojonegoro.
Kang Yoto mengungkapkan, inovasi pendidikan yang dilakukan seperti deklarasi kejujuran, beasiswa pendidikan, gerakan ayo sekolah, sekolah adiwiyata dan smart school sebagai suatu inovasi yang mengajak sekolah dan unsur pendukungnya untuk mengidentifikasi masalah bersama. Terutama terkait pendidikan karakter, lingkungan dan wira usaha, sekaligus untuk mencari solusinya. Nilai-nilai dasar ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari nilai HAM.
"Kita harus belajar dari kesalahan masa lalu untuk terus melakukan perbaikan di masa depan. Kita harus mampu bekerjasama dengan siapa saja untuk mewujudkan hal-hal yang berguna bagi rakyat dan yang terpenting membentuk generasi muda yang terdidik untuk meraih masa depan yang cerah dan gemilang," ungkap Kang Yoto menutup sambutannya. (*/tap)
*) Disampaikan oleh Rahmad Junaidi, ditulis ulang oleh Imam Nurcahyo, awak media beritabojonegoro.com