Fajar Shodik, Communication Specialist Tripatra Engineers And Constructors
Merasa Nyaman dengan Kesederhanaan
Senin, 25 Juli 2016 14:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Bila tidak mengenal sosok satu ini, orang tidak pernah mengira jika dia adalah Communication Specialist dan juru bicara PT Tripatra Engineers And Constructors, sebuah perusahaan nasional yang saat ini hampir menyelesaikan pembangunan fasilitas pengeboran minyak milik ExxonMobile Cepu Limited (EMCL) di EPC 1 Banyu Urip Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro.
Fajar Shodik memang berbeda dengan sosok humas pada umumnya. Ciri khas yang melekat pada pria asal Pekalongan ini ketika bertemu wartawan adalah selalu memakai kaos oblong, membawa tas kecil dan bersepatu kets. Satu hal lagi, dia selalu naik sepeda motor Honda Supra X keluaran lama dan suka ngopi di warung-warung kecil di pinggir jalan bersama wartawan.
Saat ditanya wartawan beritabojonegoro.com (BBC) mengenai gaya dan dandanannya tersebut, pria yang sudah 13 tahun menjadi wartawan di media cetak dan elektronik nasional tersebut menjawab santai. ‘’Saya dari dulu ya seperti ini. Tidak ada yang berbeda,’’ ungkap Shodik.
Bagi Shodik, kesederhanaan hidup dan kesederhanaan penampilan tidak akan membuat orang menjadi rendah di hadapan orang lain, selama dia mampu menjaga sopan santun dan menghormati adat istiadat masyarakat dan teman-temannya.
‘’Saya juga bukan orang nduwuran (atasan) yang harus selalu menjaga penampilan demi prestis. Saya merasa nyaman seperti ini, bisa kumpul bareng teman-teman di warung kopi tanpa ada jarak,’’ lanjut mantan aktivis ISAI (Institute Study Arus Informasi ) dan LSPP (Lembaga Study Pers dan Pembangunan) ini.
Satu hal yang dihafal oleh wartawan ketika baru mengenalnya adalah selalu menggunakan Bahasa Jawa Halus (Kromo Inggil) ketika diajak berbicang-bincang. Hal tersebut seringkali membuat wartawan merasa pakewuh.
‘’Saya menggunakan kromo inggil (Bahasa Jawa Halus) karena saya menghargai orang yang saya ajak bicara, tanpa memandang status orang tersebut. Kalau saya menghargai orang, saya yakin saya juga suatu saat akan dihargai orang. Itu prinsip yang berusaha saya pegang,’’ ujar pria yang sampai saat ini masih lajang ini.
Dengan gaya dan penampilan yang sederhana tersebut, banyak wartawan akhirnya mengakui bisa merasa dekat dengan Fajar Shodik. Bahkan, diwaktu senggang, wartawan tidak merasa canggung untuk mengajaknya nongkrong bareng di warung kopi, meski di malam hari sekali pun.
‘’Saya juga suka nongkrong di warung kopi malam-malam, daripada jenuh sendirian. Saya orang rantau, sehingga ketika bisa ketemu dan nongkrong dengan teman-teman di warung kopi, itu sudah membahagiakan saya,’’ ungkap pria asal Pekalongan yang pernah belajar tentang Etics Journalism dari Institute for Taining and Development (ITD) Massachusetts tersebut mengakhiri perbincangan. (rul/kik)