Cicipi Sate Padang yang Aneh
Rabu, 23 November 2016 23:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Pekanbaru - Makanan bernama sate memang tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Daging Hewan yang digunakan juga banyak mulai dari ayam, kambing, kelinci, dan sapi. Kata sate identik dengan daging yang dipotong kecil-kecil kemudian ditusukkan ke lidi atau bambu kemudian dibakar. Yang memebdakan jenis sate adalah bumbunya .Bumbunya juga berbeda dengan sate yang ada di jawa yang khas dengan sate padang.
Beberapa waktu lalu, BeritaBojonegoro.com mencicipi sate padang di Pekanbaru. Dengan gerobaknya yang bertuliskan Sate Padang berwarna kuning. Suara diesel yang membelah sepi. Kursi plastik berjejer-jejer di trotar, kursi dengan lengan digunakan untuk duduk, sedangkan bangku yang tak ada lengan itu digunakan sebagai meja.
Penjual yang masih tergolong usia muda itu mengenakan kaos bergaris hitam putih. Di lehernya tersampir syal hitam penghalau dingin. Dengan bahasa Indonesia yang terlalu cepat dan artikulasi yang tidak begitu jelas, dia dengan senang hati menjawab semua pertanyaan kami. Namanya lham, usianya sekitar 28 tahun. Dia sudah selama tiga - empat tahun sudah mulai berjualan di jalan belakang kantor gubernur Riau.
Memandangi lampu-lampu di kantor Gubernur yang masih mentereng,sangat berbeda dengan kantor Perpustakaan Soeman yang gelap lantaran sudah tutup operasional sejak pukul 17.00 wib. Anggaran yang tidak ada kata petugasnya. Sungguh ironis.
Setelah ditunggu sebentar, sate pun disajikan di atas piring plastik dilapisi daun pisang. Sate padang sangat berbeda dengan sate di Jawa, mulai dari bumbu dan tekstur dagingnya. Bila sate di Jawa terkenal dengan bumbu kacang dan bumbu kecapnya, maka sate padang dikenal dengan bumbu seperti fla berwarna kuning.
Daging sapi yang kami nikmati sangat lembut di kunyah, berbeda dengan sate jawa yang mashih alot dimakan. Kemudian bumbunya terasa aneh di lidah, dengan tekstur kental terasa manis gurihnya. Meskipun rasa bumbunya sedikit tidak biasa, namun kami mampu menghabiskan sate tersebut beserta potongan ketupatnya.
"Sate padang, dagingnya lembut karena kami merebusnya terlebih dahulu. Baru dibakar dan diolesi minyak beberapa kali supaya luar dalam matang. Sehingga empuk dimakan," terang Ilham.
Dia bercerita pernah mencoba sate jawa dan merasakan alot dagingnya, bahkan masih mentah. Nenek-nenek, akan susah untuk memakannya, katanya, sambil memeragakan mengunyah sate yang alot.
"Setiap harinya saya membeli satu kilogram daging sapi dan satu kilogram daging ayam, kalau hari ini tidak laku besok diturunin jumlah modalnya," ujarnya.
Sebab Ilham tau bahwa profesinya sebagai penjual memang tidak akan memiliki pendapatan tetap. Karena setiap orang memiliki indra pengecapan yang berbeda-beda. Ada orang yang mengatakn satenya enak, adapula yang mengatakan bahwa satenya tidak enak. "Kalau jualan sudah biasa seperti itu, kan lidah orang beda-beda," katanya.
Sate padang dengan daging sapinya dia bandrol sebesar Rp12ribu per porsi. Dengan harga itu kami mendapatkan lima tusuk sate, dan ketupat yang disiram bumbu sate yang aneh itu. (ver/kik)