Bagi Pelajar, Naik Motor ke Sekolah Sudah Jadi Kebutuhan
Minggu, 25 Desember 2016 21:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Bojonegoro Kota - Bila kita mengamati kondisi jalan raya sekarang ini, pasti didominasi oleh kendaraan roda dua. Pengendaranya tidak hanya bapak-bapak, tetapi juga ibu-ibu sampai anak-anak. Terutama anak sekolah yang beradu kecepatan setiap waktu mendekati pukul 07.00 pagi.
Menyikapi tingginya angka kecelakaan lalu lintas yang melibatkan anak di bawah umur di Bojonegoro memang perlu peran semuanya. Tidak hanya penegakan peraturan tetapi kontrol dari orang tua terhadap anak-anak. Setiap waktu, kepolisian terus mensosialisasikan tertib berlalu lintas. Di antaranya untuk melarang anak-anak yang belum cukup umur untuk mengendarai sepeda motor.
Baca berita: Sepanjang 2016, Sebanyak 9 Pengendara Bawah Umur Tewas di Jalan
Namun meski sudah tau melanggar aturan, pengendara anak di bawah umur tetap tidak peduli. Setiap harinya mereka tetap menggunakan transportasi kendaraan roda dua ke sekolah, meski belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Hal ini diungkapkan oleh Munir (17), siswa salah satu SMA di Bojonegoro kepada beritabojonegoro.com, Sabtu (24/12/2016).
"Saya sudah belajar mengendarai motor sejak usia SMP kelas satu. Yang mengajari juga orang tua atau teman," ungkap Munir.
Dia mengaku, dengan mengendarai sepeda motor semua perjalanannya jadi lebih mudah. Lantaran jarak sekolah dan rumahnya cukup jauh. "Sekarang jarang anak SMA yang berangkat ke sekolah dengan sepeda pancal, apalagi kalau rumahnya jauh," katanya.
Hal serupa juga dituturkan oleh Putra, pelajar asal Parengan yang duduk di bangku SMK di Bojonegoro. Dia bahkan sudah membawa sepeda motor sejak SMP kelas dua. Tentu dia dengan ngumpet-ngumpet karena dilarang oleh sekolah. Tetapi usahanya itu kadang ketahuan oleh pihak sekolah sehingga dirinya sering mendapat hukuman.
"Kalau ketahuan, sepeda saya ditaruh di lapangan dan orang tua saya dipanggil oleh sekolah," ceritanya.
Namun demikian, Putra memiliki cara khusus untuk terhindar dari hukuman. Dia telah meminta ibunya mengatakan kepada sekolah apa yang telah dipesan. Dengan alasan sepeda pancalnya rusak, sehingga Putra bisa bersekolah dengan menggunakan sepeda motor. Sebenarnya Putra memiliki alasan yang lebih konkret kenapa dia menggunakan sepeda motor.
Jarak rumah Putra dan sekolah cukup jauh, kurang lebih 10 kilometer. Transportasi umum dari rumah menuju sekolah juga tidak mendukung. "Dari rumah hanya ada bus, kemudian berhenti di terminal. Dari terminal naik ojek. Ongkosnya mahal," katanya. (ver/tap)