Getuk Pelangi Mak Jum yang Maknyus
Jumat, 27 Januari 2017 11:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Bojonegoro Kota – Bagi Anda pecinta jajanan tradisional, ada baiknya mencoba getuk yang dijajakan Mak Jum di pasar kota Bojonegoro ini. Makanan khas berbahan dasar dari ketela pohon atau menyok ini dihadirkan dengan ragam jenis yang menggugah selera. Karena banyaknya ragam olahan, banyak orang menyebutnya getuk pelangi.
“Banyak macamnya, dan warna-warni. Ini ada 11 macam olahan getuk, kebanyakan dari menyok. Ada yang dari ketan atau terigu,” kata Jumiatin (55), kemarin, Kamis (26/01/2017).
Mak Jum adalah warga Desa Ponco Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban. Sudah 7 tahun dia dan beberapa penjual getuk lainnya buka lapak di pasar kota. Setiap hari dia memasak getuk dan pulang pergi ke pasar. Lapak getuk Mak Jum, sapaan Jumiatin, buka setiap sore pukul 16.00 WIB hingga dagangan habis.
Lapak Mak Jum bukan di area dalam pasar, melainkan di tepi jalan sebelah timur, dekat pintu masuk bagian selatan. Mak Jum mendasarkan aneka getuknya pada meja beralaskan plastik dengan hiasan batik. Dia dan getuknya dilindungi payung besar berwarna-warni. Bisa jadi juga warna payung itu yang menyebabkan menyebut Getuk Pelangi Mak Jum.
“Mungkin saja. Orang-orang yang menamai kok. Bisa juga karena getuknya yang warna-warni,” kata Mak Jum menjelaskan.
Kesebelas macam getuk Mak Jum itu antara lain getuk menyok, gobet, cenil, gendar, ketan kukul, jongkong, pleret, klepon, lindri, tiwul dan lopis. Rasanya ada yang gurih dan ada juga yang manis.
“Ini bisa dicampur kemasannya. Bisa juga beli satu-satu, tinggal pilih,” kata Mak Jum.
Agar lebih nikmat, getuk disajikan dengan bumbu kedelai lembut atau kelapa parut. Harganya tidak mahal. Rp 3.500 sudah dapat lengkap semua getuk itu, dikemas dalam bungkusan kertas minya.
Dalam sehari, dia membuat 2-4 kilo untuk masing-masing jenis getuk. Tingkat kelarisannya macam-macam, sebab orang beli sesuai selera. Ada yang doyan jenis getuk tertentu tetapi tidak suka jenis lain.
Mak Jum selalu menunggu pelanggan dengan gembira setiap sore hingga getuknya habis. Dia ditemani kerabatnya berjualan, Jarwitri, yang juga warga Desa Ponco, diteduhi payung besar warna pelangi. (her/moha)