Napi Perempuan Lapas Tuban Produktif Membuat Kerajinan Bantal
Selasa, 07 Februari 2017 07:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Tuban - Yayuk Retnowati warga Gang Sadar, Tuban merasa senang bisa membuat kerajinan bantal dan dompet. Terpidana kasus penjualan pil daftar G jenis carnophen ini ingin membuka usaha sendiri selepas keluar penjara pada Mei 2017 nanti.
Sekitar pertengahan tahun lalu, Yayuk masuk penjara. Ia diciduk polisi lantaran ikut mengedarkan pil carnophen. Namun, di balik penjara, Yayuk memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar membuat bantal, tas jinjing, dan dompet.
Bersama belasan napi perempuan lainnya, Yayuk telah menghasilkan ratusan bantal dan tas. Bantal tersebut dibuat dari bahan dakron yang bisa dicuci dan dibungkus kain bludru warna warni.
Adapun bentuk bantal dan namanya dibuat beragam, ada bantal cinta, bantal anak bulu, bantal anak biasa, bantal kursi, bantal bayi, dan bantal mobil. Selain bantal dan guling, para napi juga membuat tas jinjing dan dompet untuk souvenir.
“Saya ingin, nanti setelah keluar dari sini (penjara), bisa buka usaha sendiri. Kapok jual carnophen,” tutur Yayuk yang menguni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Tuban, Senin (06/02/2017).
Didampingi petugas Lapas perempuan, Yayuk bersama napi lainnya, Nur Indayani menunjukkan kerajinan tersebut yang dipajang di halaman bagian dalam Lapas, serta di ruang produksi kerajinan di Blok W.
Bantal dan guling dipajang di halaman dalam Lapas itu agar dilihat para pembesuk keluarga napi. Sebagian besar, keluarga napi membelikan bantal tersebut untuk keluarganya yang di penjara.
Bagi Yayuk, ketrampilan itu untuk membuka peluang usaha, sedangkan bagi Nur Indayani, kesibukannya membuat ketrampilan di dalam penjara untuk melepas penat. Kepala Desa Sawir, Kecamatan Tambakboyo yang terjerat kasus korupsi itu sudah bisa menjahit.
“Daripada waktu terbuang, saya ikut membuat ini (kerajinan)” kata Nur.
Ada dua petugas perempuan yang berjasa membina para napi perempuan. Mereka adalah Lilik Sugihartini dan Astutik Aries Suyanti. Lilik dan Astutik mulai memberdayakan para napi itu sekitar empat bulan lalu.
“Bantal ini sudah banyak terjual keluar penjara. Ada juga warga Gresik yang memesan tas jinjing dan dompet souvenir,” ujar Lilik.
Harga bantal, guling, tas, dan dompet karya para napi relatif murah dibanding di toko di luar Lapas. Harganya berkisar antara Rp 40 ribu sampai Rp 125 ribu. Kualitasnya pun kompetitif.
Untuk keuntungan hasil penjualan kerajinan tersebut, kata Lilik, sebagian digunakan untuk menambah modal dan memenuhi kebutuhan napi di lapas.
“Kami juga menerima pesanan apabila di luar (Lapas) ada yang minat,” tutur Lilik. (her/kik)