Sriyati, Pande Besi Perempuan di Desa Kedaton, Kecamatan Kapas
Dua Puluh Tahun Jadi Pande Besi, Sehari Bisa Bikin 35 Biji Pisau
Jumat, 25 September 2015 10:00 WIBOleh Mujamil E. Wahyudi
Oleh Mujamil E Wahyudi
Kapas - Siang itu udara terasa panas menyengat kulit, namun udara panas itu tak menyurutkan wartawan BBC, sapaan BeritaBojonegoro.com, menemui seorang perempuan perkasa bernama Sriyati (50), yang telah menggeluti usaha pande besi selama dua puluh tahun. Pande besi perempuan ini mampu memproduksi 25 hingga 35 buah pisau dalam sehari. Angka yang fantastis bagi seorang perempuan yang telah berusia 50 tahun.
Penasaran itu, membawa BBC pada Desa Kedaton Kecamatan Kapas Bojonegoro untuk menjumpai perempuan perkasa itu. Setelah beberapa jam BBC mengendarai sepeda motor akhirnya tiba di Desa Kedaton. Di desa tersebut tampak toko-toko kanan kiri menjual pisau, cangkul dan pisau bergagang atau arit dan lain-lain.
Setelah BBC bertanya dari satu orang ke orang lain, akhirnya ditunjukkan rumah Sriyati itu. Sesampainya di rumah Sriyati itu, terlihat tidak ada aktivitas pembuatan pisau, arit dan lain-lain. Rumah perempuan perkasa ini tepatnya di Desa Kedaton RT 02 RW 01 yang menghadap ke utara dan bersebelahan dengan area persawahan.
Kedatangan BBC disambut baik oleh Sriyati ini dan suaminya Masrun. Menurutnya, ia menekuni usaha pande besi ini sudah dua puluh tahun, kira-kira pada tahun 1995. Dalam proses pembuatan pisau, arit dan cangkul Sriyati dibantu oleh suaminya dengan peralatan sederhana. Untuk menjadikan batang besi menjadi arit, pisau dan lain-lain membutuhkan keahlian.
"Dalam pembuatannya dibutuhkan keahlian khusus, tidak boleh asal-asalan dalam memukul atau memalunya. Dan perhari kami mampu memproduksi 25 hingga 35 buah pisau," ujarnya ditemui BBC, Jumat (25/09).
Untuk pemasarannya, Sriyati mengaku mengirim barang-barangnya ke toko-toko yang ia kenal, namun banyak juga warga yang memesan langsung kepada perempuan ini. Untuk harga pisau misalnya, ia menjual dengan harga Rp 20.000 untuk orang biasa tapi kalau untuk tengkulak Sriyati mematok harga Rp 10.000.
Dalam satu hari, untuk proses pembuatan pisau, arit dan lain-lain mengahabiskan satu karung arang. Untuk omset satu hari, ia mengaku pernah mendapat uang Rp 800.000 keuntungan bersih. Namun dalam satu hari ia juga pernah tidak mendapat apa-apa. Pengiriman barang-barang produksinya hingga keluar daerah bahkan luar pulau, seperti Kabupaten Lamongan, Jawa Tengah dan Kalimantan.
"Untuk pengiriman barang-barang tembus hingga Luar Jawa atau Kalimantan. Kalau saya tidak beraktivitas malah badan pegal-pegal semua," ungkap perempuan tiga anak ini.
Tak jarang, Sriyati ini dalam melakoni usahanya mendapat gangguan dari orang-orang yang tidak suka kepadanya atau iri terhadap usahanya. Ia juga pernah mendapati buangan beras kuning di depan rumahnya, namun ia tetap sabar dan menerima. Tak hanya itu perempuan paruh baya ini juga pernah mendapat gangguan-gangguan yang lain, namun ia lagi-lagi tetap sabar.
"Ada yang memang sengaja mengganggu usaha kami, tapi kami tidak membalasnya, kami serahkan kepada yang Maha Kuasa dan tetap sabar dan menerima," terangnya sambil tersenyum. (yud/kik)