Hebat, Buruh Migran Bojonegoro di Hongkong Terbitkan Buku
Selasa, 13 Juni 2017 15:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
YANNE Karsodiharjo, seorang buruh di Hongkong asal Bojonegoro yang juga anggota Buruh Migran Indonesia (BMI) berhasil menulis buku menarik berjudul Bukan BMI Biasa, Kisah Sukses BMI Hongkong" yang diterbitkan Formaci Press.
Selain Yanne, sebenarnya sudah ada BMI yang menulis, namun mereka menulis buku secara berjemaah yaitu bertajuk "Suara Berdarah Untuk Presiden (Suara Hati BMI Hong Kong" yang ditulis oleh Nadia Cahyani dkk dan diterbitkan oleh Lini Jendela pada Desember 2010. Kemudian juga sebanyak 25 orang BMI di Taiwan menulis buku berjudul "Mengenal Sang Surya di Bumi Formosa" yang dilaunching pada 14 Mei 2017 lalu yang diterbitkan Suara Muhammadiyah.
Pemimpin Redaksi penerbit Formaci Press Ahmad Ali Zainul Sofan menyambut baik karya Yanne. "Saya menilai ini sebagai prestasi dunia. Ya, prestasi internasional lah. Penulis memang setor naskahnya bertahap mulai tahun 2016 lalu. Itu pun ada yang lewat WhatsApp dan Email. Jadi memang prosesnya hampir setahun," ujar Sofan saat launching buku di di aula Nurul Falah Ringinsari Semarang Jawa Tengah.
Sofyan mengatakan, budaya literasi harus dihidupkan sejak dini kepada dan oleh siapa saja. "Mbak Yanne ini meski bekerja sebagai BMI, namun bisa meluangkan waktu untuk menceritakan pengalaman menjadi pekerja migran, juga berbagai dinamika di luar negeri. Kalau hanya ditulis di blog, Facebook maupun Instagram, saya kira hanya jadi tulisan biasa. Tapi kalau dijadikan buku, nah itu baru prestasi namanya karena sudah dapat ISBN dari Perpusnas RI dan datanya terindeks di London," lanjut dia.
Secara teknis, kata dia, yang rekoso memang tim editor. "Ya karena naskah yang dikirim ke kami, bahasanya campuran, ada Indonesia, Jawa, Inggris dan kadang Hongkong. Tapi itu sudah dirapikan. Karena sesuai rencana, buku ini nanti akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan Hongkong," jelas dia.
Menaikkan Derajat BMI
Ia mengatakan, bahwa buku tersebut membawa oase baru. Sebab, selama ini yang dikenal adalah TKI bukan BMI atau PMI. "Jadi saya baru tahu lewat buku ini bahwa BMI itu itu Buruh Migran Indonesia dan itu lebih familiar daripada Tenaga Kerja Indonesia (TKI), Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan Pekerja Migran Indonesia (PMI)," tukas dia.
Di buku ini juga dijelaskan tips-tips sebelum dan ketika menjadi BMI, pelurusan niat menjadi BMI, lalu pengalaman pahit penulis menjadi BMI yang katanya pernah mau dijual temannya. "Sebagai sesama orang Jatim, siapa saja memang tidak ada yang mau jadi BMI, namun karena tuntutan hidup, ya mau nggak mau harus memilih,” katanya.
Dalam launching dan bedah buku itu, pesan terakhir sesuai isu buku adalah ingin mengajak BMI untuk pensiun. "Bab terakhir ini mengajak semua BMI di mana saja untuk pensiun, karena tidak mungkin selamanya menjadi BMI," beber dia.
Buku Bukan BMI Biasa, sudah dikoleksi Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Wilayah Jawa Tengah, dan sesuai rencana, akan dibedah di Hongkong, Jawa Timur, Jawa Tengah. “Kami juga akan menggelar pameran buku di kantor Kecamatan Jatirogo, Tuban pada H-7 Lebaran Idul Fitri 1438 H nanti. Buku ini nanti juga akan kami pamerkan bersama penerbit dari Jogjakarta,” beber dia.
Sementara itu, secara terpisah Yanne Karsodiharjo mengatakan sangat senang ada penerbit yang mau membantu penerbitan buku karyanya. "Awalnya mungkin mustahil, tapi ya karena saya cicil sejak 2016, sedikit demi sedikit saya kirim lewat WA, ada yang lewat email, tapi alhamdulillah bisa terkumpul jadi buku," ujar dia.
Yanne juga menandaskan, bahwa buku itu tentu masih banyak kekurangan dan butuh kritik dari pembaca. "Kalau memungkinkan nanti memang akan diterjemahkan ke Bahasa Inggris dan Hongkong. Mohon doa restunya," beber dia.
Dia berharap buku itu bisa mendorong para BMI untuk berkarya dan menaikkan derajat BMI agar tidak dipandang negatif oleh masyarakat. “Sekali ndeso tetap ndeso. Tapi kami ndeso yang punya prinsip dan harga diri,” tutup dia. (her/moha)