Ramadan di SLB PGRI Kalitidu Begitu Syahdu
Rabu, 14 Juni 2017 11:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Bojonegoro – Suasana Ramadan di Sekolah Luar Biasa (SLB) PGRI Kalitidu terasa berbeda. Selama sepekan, anak-anak penyandang tuna rungu, tuna netra, tuna daksa, dan autis mengikuti kegiatan pondok Ramadan di sekolah.
Keterbatasan yang dialami anak-anak ini tak membuat mereka berputus asa. Mereka tampak riang mengikuti berbagai kegiatan selama pondok Ramadan ini. Pada pagi hari anak-anak diajak mengikuti salat duha oleh para guru. Mereka juga diajak mengaji dan mendengarkan ceramah agama yang disampaikan oleh seorang ustad yang didatangkan ke sekolah ini.
“Mereka senang sekali mengikuti kegiatan pondok Ramadan ini. Setiap pagi salat duha dan dilanjutkan mengaji Al quran,” ujar Kepala SLB PGRI Kalitidu, Sri Purwi Handayani pada BeritaBojonegoro.com, Rabu (14/06/2017).
Menurutnya, anak-anak berkebutuhan khusus yang mengikuti kegiatan pondok Ramadan ini diharapkan semakin mengerti dan memahami agama. Pondok Ramadan ini juga dijadikan wahana untuk saling peduli dengan sesama.
Menurut Purwi, sapaannya, selain pondok Ramadan berbagai program juga telah dilakukan pihak sekolah untuk mendidik dan mengembangkan potensi anak-anak penyandang tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, dan autis. Salah satunya misalnya pihak sekolah membuat kelas terapi khusus untuk anak-anak autis.
“Selain itu, ke depan kami ingin membuat kelas keterampilan. Di kelas itu, anak-anak bisa menuangkan berbagai potensi dan keterampilan yang dimiliki. Kita harapkan mereka bisa mandiri dan tidak tergantung dengan orang lain,” ujarnya.
Saat ini, anak yang sekolah di SLB PGRI Kalitidu yakni jenjang SD sebanyak 39 anak, jenjang SMP sebanyak 15 anak, dan jenjang SMA sebanyak 13 anak. Mereka berasal dari sekitar Kecamatan Kalitidu, Malo, Ngasem, Gayam, dan juga Bojonegoro.
Menurut Purwi, kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya yang berkebutuhan khusus di wilayah barat Bojonegoro memang masih rendah. Tidak jarang, kata dia, orang tua enggan menyekolahkan anak-anaknya ke SLB. Jika sudah begitu, kata dia, tidak jarang ia memilih menjemput dan mengantarkan anak-anak itu dari rumah ke sekolah dan sebaliknya.
Dari sekian anak itu, ada beberapa anak yang sangat berbakat. Salah satunya yakni Dina Yulianti, anak kelas 6. Ia penyandang tuna daksa. Saat acara pondok Ramadan itu, ia sempat menyanyikan lagu berjudul Bunda. Suaranya sangat merdu dan ia membawakannya dengan sangat piawai. Tak pelak, orang tua yang ikut acara pondok Ramadan banyak yang meneteskan air mata. Selain itu, ada pula Khoirul Huda, penyandang tuna netra. Ia juga menyanyi dengan merdu dan sangat indah. Meski dengan segala keterbatasan, anak-anak yang belajar di SLB PGRI Kalitidu ini ternyata mempunyai potensi dan bakat luar biasa yang bisa dikembangkan. Mereka butuh kepedulian dan perhatian dari pemerintah, orang tua, dan masyarakat. (her/kik)