News Ticker
  • Hari Terakhir Libur Lebaran 2025, Stasiun Bojonegoro Layani 2.308 Penumpang
  • Diduga Epilepsi Kambuh, Seorang Nenek di Balen, Bojonegoro Ditemukan Meninggal di Sawah
  • Demo Mahasiswa Tolak Pengesahan UU TNI di Bojonegoro Diwarnai Kericuhan
  • Ratusan Mahasiswa di Bojonegoro Gelar Demo Tolak Pengesahan UU TNI
  • Tabrakan Motor di Padangan, Bojonegoro, Seorang Pemotor Warga Blora Meninggal Dunia
  • Motor Tabrak Truk Parkir di Pohwates, Bojonegoro, Pengendara Motor Meninggal di TKP
  • AMSI Jatim Kecam Tindak Kekerasan Aparat terhadap Wartawan saat Meliput Aksi Tolak UU TNI di Surabaya
  • AJI Bojonegoro Kecam Pelaku Kekerasan Terhadap Jurnalis saat Meliput Aksi Tolak UU TNI di Surabaya
  • Diduga Serangan Jantung, Petani di Sukosewu, Bojonegoro Ditemukan Meninggal di Sawah
  • 2 Peristiwa Kebakaran Terjadi di Sukosewu dan Kedungadem, Bojonegoro
  • Imbas Mobil Menemper KA Kertajaya Tambahan di Lamongan, 10 Perjalanan KA Terganggu
  • 2 Unit Bangunan Toko di Pasar Desa Wotan, Sumberrejo, Bojonegoro Terbakar
  • Tabrakan Motor vs Motor di Kalitidu, Bojonegoro, 3 Orang Luka-luka, Satu Orang Dilarikan ke Rumah Sakit
  • Tak Ada Pagar Pembatas, Pembakaran Gas di Desa Klepek, Bojonegoro Berpotensi Bahayakan Warga
  • Tak Kunjung Habis, Semburan Gas dari Sumur Bor di Desa Klepek, Bojonegoro Dibakar
  • Tenggelam di Sungai, Seorang Nenek Warga Purwosari, Bojonegoro Ditemukan Meninggal
  • Inilah Nama-nama Jemaah Umrah Indonesia yang Meninggal Akibat Kecelakaan di Arab Saudi
  • Bupati Bojonegoro Serahkan Bantuan Sosial Tunai kepada Kelompok Rentan
  • Suasana Duka Selimuti Rumah Eny Soedarwati, Jemaah Umrah asal Bojonegoro yang Meninggal di Arab Saudi
  • Sesuaikan SOTK, Bupati Blora Kukuhkan 5 Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah
  • Bus Jemaah Umrah Indonesia Kecelakaan di Arab Saudi, 2 Jemaah Asal Bojonegoro Meninggal
  • Seorang Warga Jadi Korban Semburan Api Pipa Sumur Bor di Desa Klepek, Sukosewu, Bojonegoro
  • Semburan Api Muncul dari Pipa Sumur Bor di Desa Klepek, Sukosewu, Bojonegoro
  • Bupati Blora Arief Rohman Dilantik Jadi Ketua Badan BPeK DPW PKB Jateng
Silahturahmi Saat Lebaran, Sebuah Refleksi dan Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini

Silahturahmi Saat Lebaran, Sebuah Refleksi dan Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini

*Oleh Said Edy Wibowo

LEBARAN atau Idul fitri, seringkali hanya menjadi ritual orang dewasa. Kekhusyukan atau kesyahduan berlebaran lebih banyak dirasakan oleh mereka yang sudah aqil baligh (dewasa secara agama). Idul fitri yang mengandung makna sebagai sebuah hari kembalinya ke-fitrah-an manusia, hanya dipahami dan termaknai secara baik oleh mereka yang telah memiliki kemampuan pemahaman (nalar) yang tinggi.

Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa Idul fitri yang merupakan ‘penutup’ dari rangkaian ibadah saum (puasa), adalah sebuah rangkaian ibadah dalam agama Islam, yang kerap menjadi tumpuan dan harapan setiap muslim dewasa. Hal yang paling diimpikan dari orang muslim dewasa dari Idul fitri ini adalah ketercapaian keinginannya menjadi manusia bak seorang bayi yang baru lahir, yaitu menjadi orang yang suci-bersih.

Di luar kelompok orang tersebut, secara jelas bahwa ada anak yang dibawah usia aqil baligh, yaitu anak-anak usia dini. Bagi kelompok anak-anak usia dini atau anak-anak yang masih belajar di pendidikan prasekolah dan pendidikan dasar, lebaran kurang dapat mencapai makna yang sejati. Bahkan, kita sangat yakin mereka tidak tahu arti Idul fitri dan ke-fitrah-an manusia seperti bayi yang baru lahir.

Berlebaran, bagi mereka adalah suasana hari yang tidak lebih dari kesan ‘selebritis’ semata. Arti selebritis di sini bukan kesannya mirip kesan para artis melainkan makna lebaran bagi anak-anak kita yang masih berada di tingkat usia pendidikan pra-sekolah maupun di tingkat pendidikan dasar, lebih banyak memahami dan memaknai lebaran sebagai pesta sosial, yang penuh keceriaan, gelak tawa, penuh makanan dan ramai. Bahkan, untuk tahun-tahun yang lalu, berlebaran adalah bermain petasan, kembang api dan makan ketupat, serta makan kari ayam.

Dari pengalaman seperti itu, maka nilai perayaannya (celebrite) lebih menonjol, dibandingkan dengan nilai kesyahduannya lebaran sebagai hari fitri.

Pertanyaan kita saat ini, adalah bagaimana ikhtiar kita, baik sebagai seorang kakak, seorang ayah, atau seorang ibu dapat membantu memberikan makna lebaran yang berharga bagi adik-adik kita yang masih lucu-lucu ini. Bagaimana usaha kita untuk memaknakan Lebaran sebagai hari suci kepada anak usia dini.

Bila kita lupa untuk merenungkan pertanyaan ini, maka sinyalemen di awal tulisan akan semakin terbukti, yaitu anak-anak kita yang kecil, akan lebih memaknai lebaran hanya sekadar sebuah pesta sosial belaka dan mereka kurang menemukan makna lebaran yang lebih mendalam, lebih cocok untuk pengembangan pribadinya, dibandingkan dengan memaknai lebaran sebagai pesta sosial belaka.

Oleh karena itu, mau tidak mau, dengan kemampuan yang ada dan lingkungan sosial yang kita miliki masing-masing, kita memiliki kewajiban memberikan lingkungan pembelajaran sosial kepada anak usia dini, mengenai berlebaran, sehingga anak kita mampu mengangkat ‘denyut’ makna hari suci.

Perlu ditegaskan di sini bahwa memang benar anak di usia dini, tidak mesti dan bahkan jangan sekali-kali memberikan beban pembelajaran yang tidak patut untuk diberikan kepadanya. Oleh karena itu, anak di usia dini tidak boleh dibebani dengan muatan kepentingan yang aneh-aneh. Dengan kata lain, kalau memang anak-anak kita baru mampu memahami lebaran sebagai sebuah pesta kebahagiaan, biarkanlah mereka pahami seperti apa adanya.

Jika bagi mereka makna lebaran itu adalah makan ketupat, biarkanlah berkembang seperti itu adanya. Sebab, jika mereka diceramahi tentang makna lebaran, terlebih lagi diceramahi dengan dalil agama atau kajian ilmiah, mereka akan semakin bengong, bingung dan tidak menyukai datangnya lebaran.

Hal yang paling penting bagi kita saat ini, adalah memberikan suasana lingkungan lebaran, sebagai bagian dari usaha sadar orang tua dalam membimbing dan membina tahapan perkembangan anak-anak. Inilah poin penting, dan kesadaran penting yang perlu kita garis bawahi dengan benar. Kita tidak mungkin merubah pesta sosial lebaran anak-anak. Yang akan kita lakukan, adalah memberikan sentuhan pembelajaran atau sentuhan edukatif kepada anak-anak yang sedang merayakan pesta Lebaran.

Merujuk pada pemahaman seperti itu, dapat dijelaskan kembali bahwa anak usia dini adalah anak usia dini. Mereka bukan anak dewasa yang bisa dijejali dengan sejumlah informasi atau materi pembelajaran yang berat. Karena secara psikologi, bermain, bagi seorang anak usia dini, merupakan salah satu tugas dalam tahap perkembangannya. Dengan bermain atau metode permainan itu pula, kematangan dan kedewasaan anak kita akan berkembang secara normal dan optimal.

Berkaitan dengan hal tersebut, bagi kita atau orang tua hal yang paling penting itu adalah menciptakan lingkungan sosial sebagai lingkungan belajar yang penuh suasana psikologis yang menyenangkan sesuai dengan tahap perkembangan psikologinya. Usaha ini adalah usaha yang relevan dan sangat mendukung untuk membangun lingkungan pendidikan di rumah bagi anak-anak di usia dini.

Contoh Mendasar

Hal pertama yang dapat dilakukan adalah memberikan pengalaman spiritual dan pengalaman sosial kepada anak usia dini. Dalam hal ini, kata kunci dalam usaha memaknakan lebaran kepada anak usia ini, adalah memberikan pengalaman nyata kepada anak didik. Usaha memberikan pengalaman nyata, merupakan usaha yang sangat penting bagi penciptaan lingkungan anak usia ini. Bahkan, dapat dikatakan bahwa memaknakan lebaran kepada anak usia dini, bukanlah dengan cara menceramahi, atau berdiskusi dengan anak usia dini mengenai makna lebaran, melainkan memberikan pengalaman spiritual atau pengalaman sosial kepada anak didik, mengenai suasana lebaran. Pemberian pengalaman nyata ini, dapat dilakukan ketika salat Idul fitri, bersilaturahmi dengan orang tua, sanak saudara, tetangga atau berziarah ke makam.

Rangkaian lebaran tersebut, merupakan rangkaian sosial yang strategis dan penting untuk meningkatkan penghayatan anak-anak terhadap lebaran. Dalam usaha memberikan pengalaman lebaran ini, kadangkala banyak yang khilaf.

Ada beberapa ibu muda (atau ibu yang sudah tua dan mempunyai banyak anak) kerap kali merasa malas untuk mengajak anaknya berjalan-jalan bersilaturahmi ke sanak saudara. Andai pun dirinya mau melakukan silaturahmi, anaknya kerapkali ditinggalkan di pembaringannya.

Hal yang kedua, seorang ibu atau bapak, juga kakak-kakaknya, perlu lebih banyak memberikan ruang partisipasi anak usia dini untuk mengetahui seluk-beluk atau apa yang ada di sekitar dirinya, ketika dia mengalami dan menjalani rangkaian kegiatan lebaran. Orang yang lebih dewasa, dituntut untuk banyak bercerita, menceritakan apa yang sedang terjadi, atau apa yang sedang dilakukan. Sehingga, anak kita ini bukan hanya mengalami dan menjalani rangkaian berlebaran, tetapi juga mengetahui mengenai apa yang dilakukannya.

Untuk sekadar contoh, ketika kita bersilaturahmi ke nenek-kakek, seorang ibu atau siapa pun, perlu menceritakan siapa dan mengapa bersilaturahmi ke orang tua. Ini penting, selain memberikan pembinaan mental dan pengetahuan tentang akhlakul karimah (adab yang baik) juga memberikan pengetahuan, mengenai alasan pentingnya mengunjungi ke orang tua.

Sudah barang tentu, memang bahasa yang digunakannya bukanlah bahasa seorang kiai dalam menjelaskan makna shilaturahmi, atau penjelasan seorang guru dalam menerangkan ciri-ciri anak soleh kepada orang tua. Bahasa yang digunakan, sudah barang tentu adalah bahasa yang ringan, sederhana yang sesuai dengan suasana lebaran saat itu.

Ketika berziarah pun, orang tua banyak yang malas untuk bercerita mengenai ‘silsilah keluarga’. Baik ketika di makam, maupun ketika sudah sampai ke rumah, para orang tua tidak banyak yang suka menceritakan silsilah keluarga. Padahal, usaha orang tua ketika berziarah, dapat menumbuhkan kesadaran bersaudara, baik dengan nenek-moyangnya, maupun dengan sanak saudara yang hari ini (mungkin) masih berjauhan. Dengan usaha menceritakan silsilah keluarga ini, maka anak-anak tidak akan mengalami putus hubungan kekeluaragaannya. Dengan kata lain, ziarah kubur bukan hanya bermanfaat untuk menyadarkan seseorang akan ‘hari esok’ (persiapan kematian), melainkan dapat dijadikan untuk usaha ishlah atau mengurai ulang jalinan persaudaraan atau kekerabatan sanak saudara.

Sebuah Refleksi

Memberikan pengalaman nyata dan mengajak berdialog anak usia dini, merupakan sebuah upaya meningkatkan partisipasi psikologi anak-anak dalam memahami dan memaknai kejadian hidup atau perilaku dirinya. Baik di lingkungan keluarga, persekolahan maupun di masyarakat, seorang anak perlu diajak untuk mampu menunjukkan partisipasi psikologisnya dalam memahami dan memaknai hidup.

Sekali lagi perlu dikemukakan bahwa kerap kali, orang tua banyak yang khilaf terhadap pentingnya pempartisipasian anak-anak dalam berlebaran. Orang tua banyak yang membiarkan anak-anaknya untuk berlebaran dengan gayanya masing-masing, misalnya bermain petasan atau nonton TV belaka. Sementara usaha untuk berziarah ke makam atau shilaturahmi ke tetangga dan sanak saudara, lebih banyak dilakukan oleh orang dewasa. Anak-anak mereka lebih banyak dibiarkan dalam suasana hidupnya sendiri.

Alangkah lebih baiknya, para orang tua membawa anak-anaknya untuk berkunjung ke sanak saudara, atau karib kerabat. Bahkan, akan lebih baik lagi, bila mereka bertemu dengan anak-anak yang seusianya, kemudian mereka berinteraksi dengan suasana keanak-anakan. Pertemuan antar anak-anak tersebut, akan bermanfaat bagi proses pendidikan sosial. Bahkan, lebih jauhnya lagi, pertemuan antar anak dalam suasana lebaran ini, berpotensi sebagai bagian dari proses peningkatan kecerdasan emosional anak didik. Karena dengan bertemu dengan anak seusianya, maka setiap anak akan merasakan ‘suasana hidup’ Lebaran yang lebih bermakna.

Merujuk terhadap gejala seperti itu, dapat dikatakan bahwa hari raya lebaran, pada dasarnya merupakan momentum yang tepat bagi orang tua untuk memberikan pembelajaran kecerdasan emosional kepada anak-anaknya. Sehingga, anak-anak ini benar-benar menjadi homo socius atau makhluk yang mampu memahami diri sekaligus mampu bermasyarakat dengan lingkungannya.

Dengan memahami uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahwa suasana lebaran pada dasarnya sangat potensial sebagai ‘pesta sosial’ yang dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran, pembinaan dan pembangunan karakter (character building) bagi anak-anak kita, sehingga memiliki kematangan belajar yang bisa dipercepat dan mampu menunjukkan kematangan hidupnya.

Hal yang terpenting bagi orang tua, adalah memberikan ruang pengalaman nyata, baik dengan berkomunikasi maupun dengan pempartisipasian anak dalam berbagai kegiatan lebaran, sehingga anak memiliki pengalaman berLebaran secara psikologis, kognisi dan sosial.

Semakin banyak pengalaman berlebaran anak, maka akan semakin mendukung pada usaha pemaknaan lebaran pada anak usia dini. Semakin jarang dan jauh, dari pengalaman berlebaran, maka anak-anak hanya akan mampu menangkap lebaran sebagai pesta petasan dan makan ketupat.

Tidak lebih dari itu, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H Mohon maaf Lahir Batin. (*/inc)

*) Penulis adalah Pengajar di MAN 5 Bojonegoro dan Penggiat Pramuka Bojonegoro

 

Banner Ucapan Selamat Idulfitri 1446 H
Berita Terkait

Videotorial

Peringatan Hari Menanam Pohon di Embung Babo, Desa Sidobandung, Bojonegoro

Berita Video

Peringatan Hari Menanam Pohon di Embung Babo, Desa Sidobandung, Bojonegoro

Bojonegoro - Dalam rangka peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten ...

Berita Video

Proses Evakuasi Orang Tercebur di Dalam Sumur di Ngraho, Bojonegoro

Berita Video

Proses Evakuasi Orang Tercebur di Dalam Sumur di Ngraho, Bojonegoro

Bojonegoro - Seorang laki-laki berinisial SNJ bin SPR (51) warga Dusun Tukbetung, Desa Nganti RT 047 RW 013, Kecamatan Ngraho, ...

Teras

Memasukkan Pendidikan Mitigasi Bencana dalam Kurikulum Sekolah di Bojonegoro

Menyoroti Konsep Penanggulangan Bencana di Bojonegoro

Memasukkan Pendidikan Mitigasi Bencana dalam Kurikulum Sekolah di Bojonegoro

"Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. ...

Opini

Program ‘Bojonegoro Klunting’, Sesat Pikir Tata Kelola APBD

Opini

Program ‘Bojonegoro Klunting’, Sesat Pikir Tata Kelola APBD

Bojonegoro - Jika hari ini ada beberapa kelompok menggiring opini bahwa dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bojonegoro ...

Quote

Bagaimana Ucapan Idulfitri yang Benar Sesuai Sunah Rasulullah

Bagaimana Ucapan Idulfitri yang Benar Sesuai Sunah Rasulullah

Saat datangnya Hari Raya Idulfitri, sering kita liha atau dengar ucapan: "Mohon Maaf Lahir dan Batin, seolah-olah saat IdulfFitri hanya ...

Sosok

Pratikno, di Mata Mantan Bupati Bojonegoro, Kang Yoto

Sosok

Pratikno, di Mata Mantan Bupati Bojonegoro, Kang Yoto

Bojonegoro - Salah satu putra terbaik asal Bojonegoro, Prof Dr Pratikno MSoc Sc, pada Minggu malam (20/10/2024) kembali dipilih menjadi ...

Infotorial

Pertamina EP Cepu Dorong Keberlanjutan Hutan dan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Agrosilvopastura

Pertamina EP Cepu Dorong Keberlanjutan Hutan dan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Agrosilvopastura

Bojonegoro - Pertamina EP Cepu (PEPC) melalui Program Biru Langit Jambaran Tiung Biru meluncurkan inisiatif agrosilvopastura yang mengintegrasikan pengelolaan kehutanan, ...

Berita Foto

Foto Evakuasi Serpihan Pesawat T-50i Golden Eagle TNI AU yang Jatuh di Blora

Berita Foto

Foto Evakuasi Serpihan Pesawat T-50i Golden Eagle TNI AU yang Jatuh di Blora

Blora - Petugas gabungan dari TNI, Polri, BPBD dan warga sekitar terus melakukan pencarian terhadap serpihan pesawat tempur T-50i Golden ...

Religi

Pakaian Ihram saat Haji dan Umrah, antara Syariat dan Hakikat

Pakaian Ihram saat Haji dan Umrah, antara Syariat dan Hakikat

Judul itu menjadi tema pembekalan sekaligus pengajian Rabu pagi (24/01/2024) di Masjid Nabawi al Munawaroh, Madinah, kepada jemaah umrah dari ...

Wisata

Wisata Alam Gua Terawang Ecopark Blora Kini Semakin Menarik

Wisata

Wisata Alam Gua Terawang Ecopark Blora Kini Semakin Menarik

Blora - Objek wisata Gua Terawang Ecopark, di Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah menjadi salah satu destinasi ...

Hiburan

Blora Social Media bakal Gelar Festival 'Thethek' untuk Kedua Kalinya

Blora Social Media bakal Gelar Festival 'Thethek' untuk Kedua Kalinya

Blora - Komunitas Blora Social Media (Blosmed) akan menggelar "Festival Thethek" untuk kedua kalinya. Jumat (28/03/2025) mendatang. Dengan mengambil tema ...

1744087364.6123 at start, 1744087364.7729 at end, 0.16061902046204 sec elapsed