M Samawi, Ketua HDKB
Mereka yang Mengatasi Keterbatasan
Selasa, 06 Oktober 2015 21:00 WIBOleh Ahmad Bukhori
Oleh Ahmad Bukhori
Sumberrejo - Bermula dari obrolan kecil sesama penyandang cacat saat mengikuti pelatihan elektro di Pasuruan, Muhammad Samawi memulai aksinya. Ketika itu, dia mendengarkan peserta lain dari Surabaya yang bicara ngalor-ngidul soal pemberdayaan penyandang cacat yang ada di Surabaya. Karena terinspirasi dari rekannya itu, sepulang dari pelatihan dia mulai mengajak kawan-kawannya membentuk komunitas. Ide membentuk komunitas ini juga disampaikan ke pemerintah kabupaten.
Tak menyangka, ide dan gagasannya itu diterima. Kini, komunitas rintisannya itu telah berdiri dan eksis di Bojonegoro, yakni Himpunan Disabilitas Kabupaten Bojonegoro (HDKB). Komunitas penyandang cacat yang diketuainya itu hingga kini terus eksis menjembatani para penyandang Disabilitas untuk melepaskan diri dari keputusasaan.
Pria asal Desa Lengkong, Kecamatan Balen, ini menjelaskan bahwa HDKB adalah komunitas para penyandang Disabilitas yang ada di Bojonegoro. HDKB yang sudah berumur hampir dua tahun ini, tiap dua bulan sekali mengadakan pertemuan bersama para anggotanya. "Itu adalah agenda rutinnya," katanya. Belakangan ini, lanjut Samawi, HDKB juga telah selesai mengadakan pelatihan kerja.
HDKB bergerak aktif menumbuhkan rasa percaya diri serta wadah pengembangan diri bagi para Disabel ini. Di umur yang masih muda, sebagaimana dikatakan Samawi, baru 14 Maret 2014 diresmikan, sepak terjangnya bisa dibilang cukup berhasil. Pihaknya telah mengentaskan beberapa penyandang Disabilitas. Kata dia, mereka telah berpenghasilan, meski ada organ tubuhnya yang kurang.
"Ada beberapa anggota yang kini telah sukses dan sudah berpenghasilan melalui keterampilannya dari hasil pelatihan yang dilakukan HDKB," terangnya.
Terbukti sebagaimana dialami oleh Sukamto (40), asal Desa/ Kecamatan Kedungadem. Dia menjelaskan, pada mulanya, ia tidak yakin dengan kondisi fisiknya yang terbatas itu. Apakah mungkin ia dapat berkarya dengan kondisi salah satu organ tubuh, yaitu tangan kirinya terputus? Begitu dia sering bertanya dulu.
Namun, Kata Kamto, rasa ragu itu perlahan lenyap dari benaknya setelah ia aktif mengikuti pelatihan-pelatihan dan pertemuan sesama penyandang cacat di HDKB. Ia melanjutkan, ilmu keterampilan menjahit yang didapatkan dari pelatihan di HDKB itu kini menjadi profesinya dan hasilnya dapat mencukupi kebutuhan keluarganya.
"Karena percaya diri dan semangat, saya dapat bekerja di rumah sebagai penjahit untuk mencukupi kebutuhan keluarga," terangnya saat ditemui BBC, sebutan beritabojonegoro.com, Selasa (06/10).
Muhammad Samawi melanjutkan, meski mendapatkan predikat dan pengakuan dari masyarakat bahwa HDKB sangatlah bagus dan bermanfaat, pihaknya tetap akan terus melakukan evaluasi dan terus bergiat guna memberdayakan para penyandang Disabilatas agar mampu berkarya layaknya orang-orang yang normal fisiknya,
"HDKB bakal terus melakoni kegiatan. Dan harus mampu menjadi solusi bagi para penyandang cacat di Bojonegoro dari keputusasaan karena keterbatasan," pungkasnya. (ori/ moha)