Musim Kemarau, Banyak Petani di Bojonegoro Mengadu Peruntungan Tanam Tembakau
Kamis, 19 Juli 2018 17:00 WIBOleh Muliyanto
Oleh Muliyanto
Bojonegoro - Musim kemarau tahun ini, banyak warga Desa Panemon Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro yang memilih menanam tembakau dari pada menanam palawija. Alasanya cukup masuk akal, dengan kondisi cuaca musim kemarau dengan terik matahari yang cukup panas dan curah hujan yang rendah, sangat cocok untuk tanaman tembakau.
Namun demikian, para petani tersebut masih saja dihantui perasaan cemas, mengingat kondisi cuaca bisa berubah setiap saat. Selain itu tidak adanya kepastian harga daun tembakau saat musim panen, juga menjadi momok bagi petani.
Totok (50), salah satu warga desa setempat saat ditemui awak media ini mengatakan bahwa dirinya menanam tembakau kurang lebih 7000 batang, dengan jenis tembakau Jawa.
Totok berharap tahun ini harga daun tembakau bisa mahal, tidak seperti tahun lalu. Dirinya juga berharap pada pemerintah agar lebih banyak berperan dan berpihak pada para petani tembakau.
“Semoga banyak gudang-gudang yang buka , sehingga nanti pas panen tembakau laku dijual dengan harga yang berpihak pada petani agar petani tidak merugi,” ungkap Totok.
Menurut Totok, menanam tembakau ibarat berjudi. Dibutuhkan modal yang cukup besar, mulai dari pembelian bibit, pupuk dan tenaga untuk perawatan tanaman tembakau. Merawat tembakau itu seperti merawat bayi. Tiap hari harus disiram air, harus dilihat apakah diserang hama atau tidak. Belum lagi faktor cuaca, jika sewaktu-waktu turuh hujan, maka mutu daun tembakau akan turun bahkan jika hujan turun terus menerus, maka daun tembakau akan tidak laku.
“Kami seperti berjudi mas. Kalau waktu panen turun hujan, bukannya untung tapi malah buntung,” tukasnya.
Secara terpisah, Kepala Bidang Tanaman dan Perkebunan, Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro Imam Wahyudi SP, kepada awak media ini mengungkapkan bahwa target musim tanam tembakau di Bojonegoro terbilang mundur, dikarenakan kondisi cuaca pada bulan Mei 2018 kemarin kadang hujan kadang tidak.
“Apalagi bertepatan dengan bulan puasa, para petani banyak yang enggan menanam temabaku,” jelasnya.
Menurut Imam Wahyudi, terget luas tanaman tembakau di Bojonegoro tahun ini sekitar 9 ribu hektare, sementara saat ini baru terrealisai sekitar 4 ribu hektare. Sehingga prospek tanaman tembakau di Bojonegoro masih cukup baik.
“Kami tetap optimis target luas lahan tanaman tembakau bisa tercapai,” ujarnya.
Bojonegoro adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang mempunyai sejarah panjang tentang tembakau di Indonesia. Pada masa jayanya, ribuan hektare lahan tembakau di Bojonegoro telah menghidupi banyak petani. Tembakau Virginia Flue Cured (VFC) tembakau Virginia Voor Oogst (VO), Virginia Rajangan Amil RAM dan tembakau Jawa, banyak dihasilkan dari Bojonegoro.
Selain di Bojonegoro, pusat-pusat penanaman tembakau di Jawa Timur tersebar mulai dari daerah Madura, Kabupaten Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Lumajang, Situbondo, Probolinggo, Jombang dan Ngawi, di mana tiap-tiap daerah menghasilkan jenis tembakau dengan ciri khasnya masing-masing. (mol/imm)