Kekeringan Landa Bojonegoro, Ribuah Hektar Padi Gagal Panen
Kamis, 18 Juli 2019 12:00 WIBOleh Muliyanto Editor Imam Nurcahyo
Bojonegoro - Musim kemarau membuat belasan sungai di Wilayah Kabupaten Bojonegoro kering kerontang. Kondisi tersebut membuat lebih dari 1.700 hektare tanaman padi gagal panen, lantaran kekurangan pasokan air.
Berdasarkan pantauan awak media ini pada Kamis (18/07/2019), salah satu sungai avoor yang berada di Desa Bakalan Kecamatan Kapas Bojonegoro, kondisinya terlihat kering. Menurut petani setempat, kondisi tersebut sudah berlangsung sejak dua bulan terahir.
Salah satu sungai avoor yang berada di Desa Bakalan Kecamatan Kapas Bojonegoro, kondisinya terlihat kering. Kamis (18/07/2019).
Kepala Bidang (Kabid) Operasi dan Pemeliharaan Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Kabupaten Bojonegoro, Ir Masahid MM, mengatakan bahwa tidak hanya sungai avoor yang berada di Desa Bakalan Kecamatan Kapas saja yang saat ini mengalami kekeringan,
"Dari 18 sungai yang ada di Kabupaten Bojonegoro, hanya ada 2 yang masih ada airnya. Sementara 16 sungai lainya sudah kering," tuturnya.
Secara terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian Kabupaen Bojonegoro, Zaenal Fanani SPi MP mengatakan bahwa dampak keringnya belasan sungai tersebut membuat ribuan hektar padi gagal panen, akibat kekurangan pasokan air. Menurutnya, data di Dinas Pertanian Bojonegoro, tercatat ada 1.737 hektare lahan padi yang gagal panen.
"Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah, mengingat masih banyak lahan pertanian yang belum terdata," katan Zaenal Fanani.
Rohim, petani asal Kecamatan Sumberrejo yang mengalami gagal panen dan memilih mengambil padi miliknya yang kering untuk dijadikan pakan ternak. Kamis (18/07/2019).
Kekeringan juga melanda sawah milik petani di Kecamatan Sumberrejo. Salah satunya Rohim, petani asal Kecamatan Sumberrejo yang mengalami gagal panen. Menurutnya kurang lebih sejak dua bulan lalu, di wilayah Kecamatan Sumberrejo nyaris tidak pernah turun hujan, sehingga tanaman padi miliknya mengalami kekeringan.
"Sudah sejak tanam tidak ada hujan," katanya.
Sementara dirinya hanya bisa pasrah dan memilih untuk mengambil padi yang kering untuk dijadikan pakan ternak. Ia mengaku untuk satu hektar padi, biaya tanam dan perawatan yang dikeluarkan bisa mencapai lebih dari Ro 10 juta. "Ini diambil untuk pakan lembu," tuturnya. (mol/imm)