Tradisi Nyadran di Desa Napis Tambakrejo Bojonegoro, Kearifan Lokal yang Masih Dilestarikan
Jumat, 07 Februari 2020 12:00 WIBOleh Dan Kuswan SPd Editor Imam Nurcahyo
Bojonegoro - Sebagian masyarakat Desa Napis Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro pada Jumat (07/02/2020) pagi, menggelar tradisi Nyadran atau Manganan, dengan menggelar tahlil dan berdoa bersama di makam atau pepunden Mbah Sorgino di desa setempat, yang dipercaya sebagai tokoh atau leluhur Desa Napis.
Kegiatan tahlil dan doa bersama tersebut bertujuan untuk mendoakan Mbah Sorgino dan tokoh-tokoh desa lainnya, yang dipercaya sebagai nenek moyang warga setempat, sekaligus untuk memohon doa kepada Allah SWT.
Nyadran atau Manganan, di Desa Napis Kecamatan Tambakrejo ini setiap tahun digelar 2 kali, yaitu saat memasuki musim hujan atau masa tanam padi (labohan) dan saat panen raya.
Untuk nyadran atau manganan yang digelar warga kali ini, digelar untuk berdoa memohon kepada Allah SWT, agar tanaman padi yang ditanam warga tumbuh subur dan dilindungi dari segala hama, sehingga nantinya panennya melimpah. Sementara untuk Nyadran yang digelar usai panen raya, digelar sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah SWT, karena telah diberkahi dengan hasil panen padi yang ditanam warga.
Masyarakat Desa Napis Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro saat menggelar tradisi Nyadran atau Manganan, di makam Mbah Sorgino di desa setempat. Jumat (07/02/2020)
Dari pantauan awak media ini, tampak ratusan warga, baik laki-laki maupun perempuan, tak ketinggalan pula perangkat desa, BPD, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat, berkumpul dan terlihat sibuk menyiapkan segala sesuatu yang akan digunakan untuk menyongsong tradisi nyadranan atau manganan, di area pepunden Mbah Sorgino tersebut.
Para warga datang ke tempat tersebut dengan membawa berbagai macam makanan dan jajanan tradisional, seperti cucur, jadah, tape, rengginang, dan tumpeng. Sementara Kepala Desa setempat, menyediakan jajanan dalam jodang yang dibawa dengan dipikul dan tumpeng, untuk disantap bersama di lokasi pepunden tersebut.
Kepala Desa Napis Kecamatan Tambakrejo, Mulyono kepada awak media ini menjelaskan bahwa tradisi nyadran atau manganan di desanya tersebut sudah menjadi agenda tahunan warga di desanya dan setiap tahunnya di gelar dua kali, yaitu jelang musim tanam dan saat panen raya.
"Nyadran ini dilakukan masyarakat tidak hanya pada saat musim tanam saja, setelah panen pun acara nyadranan ini juga kami lakukan." kata Mulyono.
Mulyono menerangkan bahwa tradisi nyadran di desanya tersebut sudah ada sejak zaman nenek moyang dan hingga saat ini masih tetap lestarikan atau dipertahankan oleh warga di desanya. Sementara, untuk acara nyadran kali ini, dihadiri kurang lebih 500 orang warga setempat.
"Semoga apa yang dilakukan masyarakat Desa Napis dengan tahlil dan doa bersama ini nantinya dikabulan oleh Alloh SWT. Tanaman padinya subur dan dilindungi dari segala hama, serta nantinya panennya melimpah." kata Mulyono
Mulyono menjelaskan bahwa di makam atau pesarean Mbah Sorgino, atau yang nama aslinya Mbah Suroguno tersebut juga menjadi tempat dimakamkannya para tokoh dan pemimpin Desa Napis serta makam umum masyarakat setempat.
"Kegiatan tahlil dan doa bersama ini juga untuk mendoakan Mbah Sorgino dan tokoh-tokoh lain, selaku nenek moyang warga di sini." kata Mulyono.
Camat Tambakrejo, Hari Kristanto SSTP MM (baju biru, sarung putih), saat hadiri tradisi Nyadran atau Manganan, di makam Mbah Sorgino di Desa Napis Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro. Jumat (07/02/2020)
Sementara itu Camat Tambakrejo, Hari Kristanto SSTP MM, yang turut hadir dalam acara tersebut kepada awak media ini menuturkan bahwa salah satu tujuan dari pada manganan atau nyadran masyarakat Desa Napis tersebut adalah untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT.
Selain itu berdoa untuk keselamatan dan supaya tanaman padi yang ditanam warga tumbuh subur dan memperoleh hasil yang melimpah.
"Dan yang terahir adalah ini sebagai bentuk kearifan lokal masyarakat Desa Napis dalam menghargai dan menghormati tradisi leluhur agar tetap lestari." kata Hari Kristanto. (dan/imm)