Ekonomi Kreatif dan UMKM
Perempuan Asal Sukosewu, Bojonegoro, Tekuni Usaha Kerajinan Rajut
Kamis, 04 Maret 2021 19:30 WIBOleh Vera Astanti Editor Imam Nurcahyo
Bojonegoro - Mengawali bisnis tidak selalu membutuhkan modal besar. Bahkan dari hobi pun bisa. Seperti yang dilakukan oleh ibu rumah tangga asal Desa Klepek, Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro. Lilis (41) memulai usaha dari hobi merajut.
Keinginan Lilis muncul saat dirinya tidak diizinkan bekerja di luar rumah oleh suaminya, sehingga ia berusaha mengembangkan hobi merajutnya menjadi sesuatu yang menghasilkan, tanpa harus bekerja di kantoran.
Selain itu, dari merajut Lilis juga ingin mengajak perempuan lain, khususnya para tetangganya, agar bisa ikut bekerja dan mendapat tambahan penghasilan.
"Usaha saya ini berawal dari hobi dan untuk mengisi waktu senggang karena sebagai ibu rumah tangga saya tidak mendapat ijin dari suami untuk bekerja di luar rumah atau kerja kantoran," kata Lilis kepada awak media ini. Kamis (04/03/2021)
Maka Lilis pun membuat produk kerajinan dari rajutan. Selain itu dia juga bekerja sama mengadakan pelatihan dengan beberapa instansi pemerintah, sekolah, lembaga sosial, dan organisasi masyarakat lainnya. Lilis juga memanfaatkan sebagian ruang di rumah kami sebagai workshop sekaligus showroom untuk memajang karyanya.
"Kami mempunyai tujuan mengembangkan produk handmade agar lebih dikenal dan diminati. Alhamdulillah sekarang ada beberapa karyawan lepas yang membantu usaha kami," kata Lilis.
Lilis, ibu rumah tangga asal Desa Klepek, Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro, dengan kerajinan rajut produksinya. (foto: vera/beritabojonegoro)
Nama usaha milik Lilis yaitu Bhinelish yang berdiri sejak 22 Desember 2011. Produk yang dihasilkan yaitu aneka kreasi rajut seperti tas, dompet, tas sling bag, sarung bantal, kotak tisu, gantungan kunci, magnet kulkas, sepatu, taplak meja, pakaian, dan juga kerajinan lainnya sesuai permintaan pelanggan.
Dalam sehari, Lilis bisa membuat tas HP sebanyak 10 buah. Konektor rajut bisa 3 lusin. Bila dibantu dengan karyawan lepas jumlah produksi bisa bertambah banyak. Harga produknya beragam, mulai dari Rp 5.000 sampai Rp 500 ribu.
"Untuk pesanan, kami selalu mengusahakan menyelesaikannya dalam satu minggu. Selain itu juga membuat produk untuk persediaan," kata Lilis.
Dari usaha rajutan ini, Lilis mampu meraup omzet sekitar Rp 5 juta per bulan. Namun setelah adanya pandemi, penjualan produk pun menurun. Lilis berupaya dengan mengganti jenis rajutan. Dia lebih fokus pada masker rajut.
"Alhamdulillah permintaan konsumen cukup banyak untuk konektor atau penyambung masker," kata Lilis.
Sayangnya hal itu berlangsung lama. Menurut Lilis, untuk sekarang ini penjualan produknya menurun drastis. Pesanan hanya beberapa saja dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sedangkan karyawan lepas atau tenaga borong sudah jarang mendapat pekerjaan darinya.
Kendala lainnya bahan yang digunakan harus beli dari luar kota. Maka dia membutuhkan dana untuk membeli stok benang agar tidak kelamaan seandainya ada pesanan. Beberapa waktu lalu dia memang mendapat Bantuan UMKM, sebesar Rp 2,4 juta, melalui Program Bantuan Presiden (Banpres) Produktif untuk Usaha Mikro. Dana tersebut dia gunakan untuk membeli benang rajut.
Dalam memasarkan produknya, Lilis dibantu oleh Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Bojonegoro, sehingga produknya ada di pasar modern Bojonegoro. Selain itu Lilis aktif promosi melalui daring (online).
Koleksi rajutan Lilis bisa dilihat di akun Instagram (IG): Bhinelishrajut-bjn, Facebook: Lilis Bhinelish Rajut, atau dapat memesan melalu nomor WhatsApp: +62 813-5734-8932. (ver/imm)