Sutrisno, Perajin Kayu yang Kebanjiran Order Menjelang Natal
Rabu, 16 Desember 2015 19:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kota - Menjelang Natal, lelaki itu selalu kebanjiran order. Rumahnya di Gg. Yakob Nomor 8 sering kedatangan tamu. Para tamu itu mengenal dan percaya bahwa dia bisa diandalkan. Yakni dalam urusan kesenian ukir dan kerajinan kayu. Ya, Sutrisno, nama lelaki itu, adalah perajin kayu handal menjelang Natal, untuk tidak mengatakan satu-satunya, di Bojonegoro.
Ketika BeritaBojonegoro.com (BBC) mengunjungi Sutrisno di rumah produksinya, dia sedang menemui para pelanggannya. Dia nampak serius dan ramah menjelaskan sesuatu tentang apa yang bisa dikerjakan dan bagaimana produk karyanya. Beberapa saat kemudian, baru dia bisa menemui kedatangan BBC.
“Saya tertarik dalam usaha meubel ini karena bahan baku di Bojonegoro sangat melimpah,” terang Sutrisno memulai ceritanya.
Sebelum membuka usaha sendiri, Sutrisno mengaku ikut kerja orang di perusahaan meubel di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota Bojonegoro. Di sana dia mendapat pengalaman banyak yang menguntungkannya saat ini. Dia mengungkapkan bahwa kayu besar di sini (Bojonegoro, ed) cenderung selalu dibikin meja dan perabotan lainnya. “Padahal kayu besar itu bisa dibikin bentuk lain. Hanya tinggal diberi sentuhan ajaib,” katanya.
Karena itulah, pada tahun 2002, Sutrisno memulai kreativitasnya sendiri meski sambil masih bekerja di Sukorejo. Dia saat itu bisa menghasilkan membuat patung kuda dan harimau dan ada yang meminatinya. Dia jadi lebih semangat namun belum menemukan keberanian untuk unjuk diri. “Baru setelah memahami pasar, saya mulai membuat patung Yesus dan Bunda Maria,” katanya sambil menerangkan pasar itu tiba saat menjelang Natal seperti saat ini. Maka lambat laun, dikenallah Sutrisno sebagai spesialis karya pahat bertemakan gereja.
Surtisno mengaku bukan hanya dari Bojonegoro saja yang memesan karya kepadanya, bahkan pemesan datang dari luar Jawa seperti Medan, Manado, Nusa Tenggara Timur dan Makassar. Mereka kebanyakan memesan ornamen gereja, dan yang berbentuk Yesus dan Bunda Maria.
“Yang paling banyak adalah yang model Perjamuan. Paling sering pesan dari Manado,” katanya sambil menunjukkan pahatannya yang dimaksud dengan Perjamuan tadi. Perjamuan yang dimaksud oleh Sutrisno adalah salah satu adegan saat Yesus bersama para muridnya. Karya itu menyerupai lukisan terkenal karya Leonardo Da Vinci, pelukis legendaris dari Parencis yang hidup di abad 15 itu.
Sutrisno mengaku bahwa dirinya tidak mengerjakan ornamen gereja dan patung saja, tetapi juga meja, kursi, dan lain-lain. “Kalau patung saja, tidak kuat,” katanya.
Sutrisno mengerjakan juga misalnya kaligrafi, relief pedesaan, Jaka Tarub, Walisongo dan Ramayana. “Ada juga yang pesanan mantan Kasat Lantas Bojonegoro,” katanya.
Saat ditanya berapa omset Sutrisno sebulan, Sutrisno menjawab dengan menerangkan bagaimana dia mematok harga karya-karyanya. Dia memberi contoh karyanya yang berbentuk altar gereja lengkap dengan ornamennya ukuran 150 cm x 120 cm seharga Rp 90 juta. “Para pejabat yang biasa memesan ke saya selalu minta bahan baku yang bagus. Mereka biasanya tidak masalah harganya mahal yang penting kualitas bahan dan karyanya bagus,” terangnya.
Sekarang Sutrisno tidak bekerja sendiri. Dia mempekerjakan karyawan sebanyak 18 orang. Setiap bulannya, Sutrisno mengaku bisa mendapat omset penjualan hingga ratusan juta rupiah. Untuk modal Sutrisno mengaku mengambil pinjaman lunak ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bojonegoro.(*)