Ratemi, Setengah Abad Jualan Lontong Keliling
Jumat, 15 Januari 2016 08:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Kota - Usia senja semestinya tidak lantas menghalangi seseorang untuk produktif. Entah karena panggilan jiwa atau desakan ekonomi, seseorang bisa terus bertahan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Demikian potret singkat seorang nenek penjual lontong keliling yang sudah berusia 70 tahun.
Ratemi, warga Desa Ngulanan, Kecamatan Dander, pada Jumat (15/01) pagi sesekali harus membasuh peluh yang menetes di mukanya. Raut muka dan kulitnya sudah keriput. Sementara tubuhnya juga sudah sedikit bongkok. Dengan tangan sedikit gemetar dia menghidangkan irisan lontong dan sayur lodeh pada pelanggannya.
Semua barang dagangannya diletakkan di dalam rinjing. Dengan sepotong kain, dia gendong rinjing tersebut di wilayah Kota Bojonegoro. Sesekali juga keliling wilayah Pungpungan dan Kalitidu. Di dalam rinjing itu dia juga membawa kerupuk, pisang dan tahu goreng. Selain itu ada pula panci berisi sayur lodeh, pelengkap lontong dagangannya.
"Biasanya juga bawa telur kampung. Pokoknya apapun yang kiranya bisa laku terjual saya bawa," ungkap Ratemi lirih.
Selama berdagang keliling, Ratemi mengaku telah kenyang dengan peristiwa tak terduga. Pernah di hadapannya terjadi kecelakaan hingga korban meninggal seketika. Pernah pula berada di tengah-tengah kerusuhan. Dan yang paling membuat dia sedih adalah pernah kehilangan dompet beserta isinya. Meski tidak mahal dompet itu sangat berarti baginya.
Dia mengaku berangkat dari rumah dengan naik kendaraan umum. Sampai di kota baru ia turun, kemudian menjajakan dagangannya. Menurutnya pelanggan yang paling sering didatangi adalah di sekolah-sekolah. Selain itu juga di depan gedung Sampoerna di mana banyak karyawan rokok yang senang menikmati lontong buatannya.
Anak dan cucu, tambah dia, sebetulnya sudah melarang untuk berjualan lagi. Namun karena semangat kemandirian, dia tidak ingin membebani anak dan cucunya. Di samping itu dia merasa masih kuat untuk menghidupi dirinya sendiri.
"Biasanya sampai sore jam 15.00 WIB. Kalau tidak ada halangan cucu saya juga yang jemput," pungkas Ratemi seraya menggendong kembali rinjingnya. (rul/kik)