Warga Ledok Wetan Akrab dengan Banjir Luapan Bengawan Solo
Rabu, 10 Februari 2016 10:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Kota – Banjir setinggi lutut orang dewasa terlihat menggenang di lorong-lorong perkampungan di Kelurahan Ledok Wetan, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro Selasa (09/02) kemarin. Meski begitu, bocah laki-laki dan perempuan tampak riang bermain di tengah genangan banjir. Ada yang bermain ban bekas dan ada pula yang bermain batang pohon pisang yang dibuat sebagai perahu yang disebut perahu getek.
Banjir luapan Sungai Bengawan Solo bukan hanya menggenangi jalan lorong perkampungan padat penduduk itu namun juga masuk ke dalam rumah dan dapur. Warga sibuk menaikkan barang dan perabotan rumah tangga ke tempat yang agak tinggi. Sementara untuk keluar masuk ke perkampungan itu, warga memakai perahu kayu berukuran kecil yaitu sepanjang 6 meter dengan lebar 2 meter. Perahu itu juga dipakai untuk mengangkut barang-barang yang diungsikan ke tanggul.
Rumah warga yang tergenang banjir luapan Bengawan Solo yaitu di lingkungan RT 01, RT 02, RT 03, RT 04, RT 05, RT 06 hingga RT 07, RW 01, Kelurahan Ledok Wetan. Sedikitnya ada 350 kepala keluarga (KK) di perkampungan ini yang tergenang banjir.
Perkampungan Ledok Wetan ini berada di sisi luar tanggul Bengawan Solo. Jarak perkampungan ini dengan bibir Sungai Bengawan Solo hanya sekitar 50-100 meter. Tak pelak, pada saat air Bengawan Solo pasang maka air bah langsung menggenangi perkampungan ini. Sebenarnya perkampungan Ledok Wetan ini berada di daerah perkotaan. Jaraknya dengan pendapa Pemkab Bojonegoro hanya sekitar satu kilometer.
Rikanah, 72, warga RT 07 RW 01, Kelurahan Ledok Wetan, menuturkan, banjir luapan Bengawan Solo mulai terjadi sejak Senin (08/02) petang. Semula air terlihat hanya setinggi mata kaki kemudian lambat laun semakin meninggi hingga selutut orang dewasa.
“Melihat air datang, saya langsung membersihkan dan mengangkat barang-barang di dalam rumah dan ditaruh di atas,” ujarnya.
Rikanah mengaku sudah terbiasa menghadapi banjir luapan Bengawan Solo. Ia sudah tinggal di perkampungan ini sejak 72 tahun silam. Setiap kali musim hujan, perkampungan ini selalu menjadi langganan banjir.
Rikanah menuturkan, banjir luapan Bengawan Solo paling parah terakhir terjadi pada tahun 1997 silam. Kala itu, kata dia, ia terpaksa mengungsi di tanggul bersama kedua cucunya selama seminggu lebih. Saat itu, ribuan warga di daerah bantaran Bengawan Solo juga mengungsi di tanggul dan gedung Serba Guna Bojonegoro. Banjir Bengawan Solo saat itu menggenangi kawasan perkotaan Bojonegoro.
Rikanah menuturkan, saat ketinggian air banjir masih selutut orang dewasa ia dan warga lainnya mengaku belum mengungsi. Warga lainnya, kata dia, juga biasa bekerja menjadi pedagang di Pasar Besar Bojonegoro atau menjalani pekerjaan lainnya. Namun, warga terus memantau perkembangan ketinggian air Bengawan Solo.
“Kalau sekarang kelihatannya air Bengawan Solo surut sehingga kami tidak mengungsi,” tutur Rikanah yang juga bekerja sebagai pedagang sembako di Pasar Besar Bojonegoro ini.
Sementara itu menurut warga lainnya, Budi Prayitno, 49, perkampungan Ledok Wetan ini memang selalu menjadi langganan banjir luapan Sungai Bengawan Solo. Oleh karena itu, kata dia, sebagian warga yang mampu secara ekonomi membangun rumah tingkat. Dengan begitu, apabila ada banjir warga menaruh atau menyimpan barang-barang seperti kasur, kursi, dan barang lainnya di rumah tingkat tersebut.
“Sejak dulu perkampungan Ledok Wetan ini selalu jadi langganan banjir,” tutur Budi Prayitno yang sehari-hari berjualan pentol tersebut.
Ia menuturkan, sebenarnya warga tidak ingin selalu menjadi korban banjir luapan Bengawan Solo. Akan tetapi, kata dia, harta yang dimiliki hanyalah rumah dan tanah yang berada di daerah bantaran sungai tersebut.
“Kalau mau pindah tidak punya biaya untuk membeli tanah atau membangun rumah lagi,” tuturnya.
Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Sukirno, menuturkan, warga yang tinggal di daerah bantaran Bengawan Solo telah diimbau agar senantiasa waspada banjir pada saat musim hujan.
“Kelurahan Ledok Wetan, Ledok Kulon, Jetak dan Banjarjo itu setiap tahun selalu jadi langganan banjir. Warga sudah terbiasa dengan banjir. Meski begitu, mereka tetap kami imbau selalu siaga dan waspada banjir agar tidak ada korban jiwa,” ujarnya. (rul/kik)