Bela Negara Lintas Generasi Bojonegoro untuk Indonesia
Sabtu, 07 Mei 2016 20:00 WIBOleh Rahmat Junaidi
Oleh Rahmat Junaidi
MALAM kemarin saya berkumpul bersama 500 an pemuda generasi Y dan generasi milenia. Generasi Y adalah yang lahir pada 1977 – 1994. Sementara yang lahir 1994 dan seterusnya disebut generasi milenial.
Selama hampir 3 jam kegiatan, saya memperhatikan mereka. Tingkah laku mereka, jika saya bandingkan dengan kondisi saat saya berumur sama pada beberapa tahun yang lalu, tentu tidak sama. Begitulah zaman terus berkembang seiring dengan berputarnya bumi. Dunia semakin modern, dunia semakin maju dan diwarnai teknologi, yang sudah pasti mewarnai kehidupan tiap kelompok generasinya.
Saya lalu berpikir bagaimana kalau tidak ada sekat-sekat pemerintahan atau negara di dunia ini? Dunia hanya dipimpin satu orang presiden/pemimpin negara global (one nation), yang bertugas menyejahterakan seluruh umat manusia hingga kiamat kelak. Tapi itu hanya khayalan. Kenyataanya, sekarang kita terbelah dalam banyak negara, bahkan dalam satu negara banyak pemimpin di daerah yang sama-sama berkehendak untuk memajukan daerahnya. Atas nama rakyat mereka ingin memberikan kesejahteraan.
Mestinya jika tidak ada negara global tadi, maka negara/daerah saling bekerjasama. Tetapi alih-alih bekerjasama, yang ada hanyalah persaingan yang menuju peperangan. Pertikaian atau peperangan antar negara sudah pasti akan terjadi. Karena, sudah sifat dasar setiap pemimpin negara akan bertahan demi nama negara, bangsa dan rakyatnya. Sehingga, prinsip bela negara harus ada pada tiap dada rakyat suatu negara, termasuk pada jiwa dan watak kaum generasi Y dan millenia tersebut. Termasuk yang ada di Indonesia. Termasuk Bojonegoro.
Kembali ke persoalan kepemimpinan masa depan bela negara yang akan melibatkan peran generasi Y dan millenia, dengan sifat kritisnya yang luar biasa, awarenessnya yang sangat tinggi terhadap passion, dan rasa ingin tahunya yang lebih tinggi dari generasi-generasi sebelumnya. Generasi Y dan millenia ini bisa menjadi asset berharga negeri ini yang bisa diandalkan dalam menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan di negeri ini. Mengapa saya katakan generasi Y dan millenia merupakan asset yang berharga?
Pertama, karena mereka masih memiliki rentang hidup rata-rata yang masih panjang dan merupakan calon-calon pemimpin negeri ini 10-20 tahun lagi. Alasan yang kedua adalah karena sejak dini mereka memiliki kesempatan mengakses teknologi yang begitu luas. Otomatis kemampuan akses mereka terhadap beragam informasi juga cukup besar dan bisa mereka peroleh sejak dini. Imbasnya dengan keragaman infomasi yang mereka peroleh, sebagian besar dari mereka pada umumnya tumbuh menjadi figur-figur yang kreatif dan bisa berpikir out of the box. Cara berpikir yang kreatif dan out of the box inilah yang diharapkan bisa kita andalkan dari generasi ini dalam membantu negeri ini menyelesaikan permasalahan-permaslahannya dan bahkan membawa negeri ini untuk lebih maju dan lebih makmur.
Kedua, karakter unik lainnya dari generasi Y dan millenia adalah rasa narsisnya yang lebih tinggi dibandingkan generasi lainnya dan juga kebutuhan eksistensinya yang tinggi. Jika saya mengambil sampel karya sastra sebagai salah satu indikator untuk membaca karakter sebuah generasi, kita bisa melihat ada perubahan cara hidup dan cara pandang pada generasi Y dan millenia dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mengapa saya mencoba mengambil sampel karya sastra? Karena karya sastra adalah salah satu bentuk aktualisasi budaya sebagai konsep berpikir sebuah masyarakat. Fenomena dalam karya sastra ini bisa dijadikan salah satu bukti yang sahih jika generasi Y dan millenia merupakan sebuah generasi yang memiliki kebutuhan eksistensi yang tinggi dalam melakukan aktualisasi diri.
Apel Bela Negara ala Bojonegoro
Tadi malam kami disatukan oleh keinginan dan kepentingan serta sifat dasar kami, generasi Y dan millenia. Dan tampak beberapa generasi sebelumnya, yaitu baby boom dan generasi X yang masih menjadi pemimpin saat ini.
Pada 17 Mei 2016 nanti, bertepatan dengan Hari Kebangbangkitan Nasional, akan ada pernyataan sikap sekaligus Apel Bela Negara yang akan dilaksanakan di Bojonegoro. Apel dipandu oleh generasi baby boom dan generasi X (di sini direncanakan pejabat dari Pemerintah Pusat, Provinsi Jatim dan tentu dari Bojonegoro yang dipimpin oleh Bupati Suyoto), yang menghadirkan generasi Y dan millenia. Menurut saya, ini merupakan hal yang sangat postif dan bijaksana. Antar generasi saling menjaga dan mengingatkan untuk bela negara merupakan sikap dan perilaku yang dijiwai oleh kecintaan kepada negara demi kelangsungan hidup bangsa dan negara merupakan pengertian bela negara. Sebagai wujud pengabdian kepada bangsa dan negara, pembelaan negara dilakukan dengan penuh tanggung jawab, tanpa pamrih, dan rela berkorban dan dialog yang penuh makna.
Rakyat Bojonegoro bersatu untuk Indonesia merupakan salah satu unsur utama bagi keberadaan Indonesia. Untuk itulah masyarakat Bojonegoro mempunyai kewajiban membela negara. Apa yang akan kalian lakukan jika rumah tempat tinggal kalian dirusak oleh orang lain? Mestinya kalian akan mempertahankan agar tempat tinggal kalian tidak dirusak orang lain. Demikian juga sebagai warga negara yang baik, tentu kita akan bersikap sama jika negara kita diserang oleh negara lain. Hak dan kewajiban warga negara dalam upaya bela negara termuat dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (3). Pasal tersebut menyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Hal ini berarti bahwa sebagai warga negara, kita memiliki hak sekaligus kewajiban untuk membela negara.
Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup suatu negara. Jika suatu negara tidak mampu mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar negeri dan atau dari dalam negeri, maka suatu negara tidak akan dapat mempertahankan keberadaannya. Demikian pula, negara Indonesia yang bertekad bulat untuk mempertahankan kemerdekaan serta kedaulatan.
Mari kita hadir bersama pada Apel Bela Negara tanggal 17 Mei 2016 untuk menyambut bersatunya empat generasi yang akan melahirkan pemimpin besar negeri Indonesia yang berasal dari Bojonegoro. (RJ/moha)
Penulis adalah Kabid Sosial Budaya Bappeda Bojonegoro. Bukunya Blessing Inspiration diterbitkan Djanggleng Institute, 2014 lalu