Sugianti, Siswi MTs Miftahul Huda Kecamatan Padangan
Anak Buruh Tani Meraih Juara Satu Lomba Lari Tingkat Nasional
Jumat, 28 Agustus 2015 12:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Padangan - Siapa sangka gadis bertubuh mungil, Sugianti, mampu menjadi juara pertama lomba lari tingkat nasional di Palembang. Selain secara fisik tidak menyakinkan, sifatnya yang ramah dan lemah lembut membuatnya tampak seperti penyiar radio. Guru-guru, keluarga, bahkan dirinya sendiri mengaku tak pernah mengira dapat meraih prestasi membanggakan tersebut.
Sugianti adalah siswa kelas VIII MTs Miftahul Huda Kecamatan Padangan. Saat ini dia tinggal di pelosok Desa Purworejo, Kecamatan Padangan. Bisa pergi ke Palembang untuk mengikuti kejuaraan lari pada Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah (Aksioma) yang diselenggarakan Kemenag, awalnya hanya sebuah angan baginya.
“Tentu saya sangat senang, bisa pergi ke luar pulau,” tuturnya polos.
Gadis kelahiran 7 September 2001 yang akrab disapa Yanti tersebut mengaku, pengalaman paling berkesannya selama di Palembang selama beberapa hari mengikuti kejuaraan lari tersebut bukan atmosfir kejuaraan maupun dengung sorak sorai dukungan dari penonton. Melainkan keindahan jembatan Ampera yang dilihatnya di sana. Baginya, jembatan ampera yang sebelumnya hanya bisa dia lihat di televisi, waktu itu benar-benar menyambut kehadirannya di sana.
“Di sana saya suka melihat jembatan dan tugu-tugu,” sambungnya sambil malu-malu.
Yanti mengaku, sebenarnya sejak kecil dia tidak pernah dekat-dekat dengan hal-hal yang berhubungan dengan olah raga, apalagi atletik. Dia menekuni atletik sejak mengikuti lomba lari antar sekolah tingkat SMP.
Anak kedua dari tiga bersaudara itu mengaku tidak pernah melakukan latihan secara khusus untuk menunjang lomba yang akan dia hadapi. Dia berlatih ketika hendak mengikuti lomba saja.
Namun begitu, satu hal yang menjadi kebiasaan positif dan mungkin menjadi pemicu dia menjadi pelari handal adalah kebiasaannya berjalan kaki dari rumah menuju sekolah. Menurutnya, berjalan kaki adalah hal yang paling dia sukai saat berangkat ke sekolah.
“Kalau jalan kaki, hanya 15 menit menuju sekolah,” gadis yang juga hobi naik sepeda itu.
Selain rasa senangnya bisa melihat Kota Palembang, dia juga bersyukur karena mampu membuat kedua orang tuanya merasa bahagia. Sebab, selain kedua orang tuanya bangga karena memiliki anak yang menjadi juara, setidaknya dia mampu memberikan kambing untuk dipelihara orang tua. Sebab, orang tuanya hanya buruh tani biasa.
Selama lima hari berada di Palembang, dia juga bertemu beberapa pelari dari daerah lain. Beberapa pelari yang sempat dia kenali meliputi dari Gorontalo, NTB, Lampung, Sulawesi Tengah. Mengetahui banyak atlet dari luar daerah membuatnya sempat minder. Namun, karena dia merasa menjadi satu-satunya wakil Jawa Timur di sana, membuatnya harus merasa percaya diri dengan sesegera mungkin.
Dia menambahkan, saat pulang, ada kejadian yang membuatnya akan selalu teringat. Yakni sambutan dari keluarga dan sekolah. Mengetahui bahwa dia menjadi juara 1 lari tingkat nasional, selain keluarga dan seluruh warga sekolah meliputi guru dan teman-temannya, para Muspika Padangan pun menjemputnya di kecamatan untuk diarak menuju sekolah yang berjarak sekitar 5 kilometer.
“Senang banget deh, pokokya ruame. Sebab semua siswa dari tsanawiah dan aliyah ikut menjemput,” kenangnya. (rul/kik)