Diabetes Dalam Ramadan
Selasa, 24 Mei 2016 08:00 WIBOleh Dr H Achmad Budi Karyono
Oleh Dr H Achmad Budi Karyono
DIABETES Mellitus masuk dalam 10 besar penyakit penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Apalagi dengan kemudahan akses berobat seperti saat ini, semakin banyak ditemukan kasus diabetes ini. Seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan, khususnya para penyandang Diabetes, beberapa di antara mereka telah membentuk sebuah komunitas ‘Bergaul dengan Diabetes’.
Sementara ini kegiatan mereka ‘hanya’ ngerumpi seputar Diabetes, saya ajak diskusi seputar diabet, konsultasi dengan ahli gizi, atau senam Diabetes bersama instruktur senam. Sejauh ini kegiatan mereka baru mengurus tentang kemandiriannya sebagai Diabetisi. Saya tanamkan kepada komunitas, bahwa Diabetes merupakan bagian masyarakat yang ‘spesial’, terutama dalam hal memilih makanan dalam sebuah pesta misalnya, agar tidak menyantap makanan sembarangan.
Sebagian besar dalam komunitas Bergaul dengan Diabetes ini muslim, yang dalam waktu dekat ini akan memasuki bulan puasa Ramadan 1437 H. Mereka telah faham bahwa melaksanakan ibadah puasa dalam bulan Ramadan merupakan suatu kewajiban, sebagaimana perintah Allah SWT: "Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa". (QS Al Baqarah 183).
Mereka harus menyiapkan diri sehubungan dengan keistimewaan metabolisme kadar gula darahnya yang fluktuatif serta mempunyai pola makan tersendiri, dan inilah salah satu ‘spesialnya’ mereka, sehingga harus mempunyai kiat tersediri dalam melaksanakan ibadah puasa.
Sebenarnya mereka ‘bisa terbebas’ dari puasa seperti yang terdapat dalam firman Allah SWT dalam QS Al Baqarah 184, karena ‘sakit’. Namun pada akhir ayat itu menyebutkan: ".....dan puasamu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui". Oleh karena itu sebagian besar di antara mereka akan menjalankan ibadah wajib di bulan penuh berkah ini.
Berdasarkan ilmu kedokteran, seseorang yang mengalami Diabetes masih diperbolehkan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadan sejauh memenuhi aturan-aturan tertentu yang disesuaikan dengan kondisi diabetesnya. Puasa bagi orang Diabetes jika tidak dipersiapkan dengan baik, selain dapat membahayakan jiwa, juga dapat mengganggu kekhusyukan ibadah itu sendiri. Oleh karena itu penting sekali bagi orang yang mengalami Diabetes Melitus yang ingin berpuasa untuk memahami kondisi yang memungkinkannya untuk berpuasa secara aman.
Dalam kondisi puasa, tubuh manusia dapat berfungsi dengan baik, karena terdapat berbagai macam hormon dalam tubuh yang mengatur keseimbangan kerja organ-organ tubuh. Diabetes Mellitus merupakan salah satu contoh dari kondisi dimana tubuh kekurangan salah satu hormon yang dinamakan insulin. Hormon ini berfungsi untuk menurunkan kadar gula dalam darah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Diabetes Melitus merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh kurangnya jumlah dan kerja insulin dalam tubuh.
Bahaya yang mungkin timbul akibat berpuasa bagi diabetisi tanpa persiapan yang tepat di antaranya adalah hipoglikemi, hiperglikemi, ketoasidosis, dehidrasi dan trombosis.
Hipoglikemi berarti menurunnya kadar gula dalam darah. Tanda dan gejala yang umum terjadi selama hipoglikemia adalah rasa lapar, lemas, gemetaran, keluar keringat dingin, penglihatan menjadi kabur, pusing, mengantuk, dan sulit berkonsentrasi. Kadar gula darah pada orang yang mengalami hipoglikemi kurang dari 60 mg/dl.
Dalam keadaan puasa, hipoglikemi dapat terjadi akibat dari kurangnya makanan yang masuk ke dalam tubuh. Selain menimbulkan tanda dan gejala seperti yang disebutkan tadi, jika terlambat mendapatkan pertolongan dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Hipoglikemi lebih mudah terjadi pada orang diabetes yang mendapatkan terapi obat-obatan golongan Sulfonilurea dibandingkan dengan yang mendapatkan terapi obat-obatan seperti Metformin.
Dalam keadaan berpuasa, dehidrasi (kurang cairan tubuh) dapat terjadi karena kurangnya asupan air. Di negara yang beriklim tropis seperti Indonesia, dimana kelembaban udara sangat tinggi, maka pengeluaran keringat akan meningkat, sehingga memungkinkan terjadinya dehidrasi selama berpuasa. Pada orang diabetes dengan kadar gula darah yang masih tinggi akan mengeluarkan urin dalam jumlah yang berlebihan sehingga menyebabkan dehidrasi.
Kurangnya cairan dalam tubuh akan menyebabkan penurunan tekanan darah. Selain itu, dehidrasi akan meningkatkan kekentalan darah yang selanjutnya menyebabkan menurunnya kecepatan aliran darah dan menyebabkan peningkatan proses penggumpalan darah dalam tubuh yang akan meningkatkan resiko timbulnya sumbatan dalam pembuluh darah (trombosis) seperti pada pembuluh darah mata, ginjal, atau pembuluh darah pada otak sekalipun.
Seringkali seseorang dengan Diabetes sangat terpengaruh oleh cerita tentang pengalaman orang lain yang juga mengalami diabetes bahwa dengan menjalani puasa Ramadan orang tersebut akan merasa lebih sehat dari sebelumnya. Pengalaman orang lain tersebut, selayaknya harus disikapi secara bijaksana oleh para diabetisi. Keputusan untuk tetap menjalankan ibadah puasa pada akhirnya memang merupakan keputusan pribadi. Namun seringkali disayangkan karena pada umumnya keputusan tesebut semata-mata diambil atas dasar keinginan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadan tanpa dilengkapi dengan pemahaman mengenai bahaya yang mungkin timbul selama berpuasa.
Kemungkinan timbulnya resiko tersebut memang sangat tergantung dari kondisi kesehatan individu, seperti tinggi rendahnya kadar gula darah, pengobatan Diabetes yang digunakan atau pun adanya penyakit lain yang mungkin menyertai. Oleh karena itu pemeriksaan secara medis sangat diperlukan bagi diabetisi sebelum memutuskan untuk berpuasa.
Setiap diabetisi memiliki kondisi Diabetes secara individual sehingga sangat berbahaya untuk menerapkan pengalaman berpuasa orang lain kepada diri sendiri. Perbedaan pengobatan yang dijalani oleh diabetisi merupakan salah satu contoh individualitas tersebut. Oleh karena itu penting bagi diabetisi untuk memahami obat-obatan apa yang digunakan selama ini, bagaimana sekilas cara kerjanya dan efeknya termasuk pengaruh obat tersebut selama berpuasa. Memeriksa gula darah lebih sering untuk tujuan pemantauan resiko adanya hipoglikemi dan hiperglikemi selama puasa.
Pada prinsipnya diet selama bulan puasa harus sama dengan diet sehari-hari, yaitu diet dengan menu seimbang dengan perhitungan kalori yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Juga disarankan untuk banyak minum pada malam hari dan memastikan bahwa makan sahur dilakukan seakhir atau selambat mungkin sebelum imsyak tiba.
Aktivitas normal sehari-hari perlu diperhatikan. Bagi diabetisi, kegiatan fisik yang berlebihan selama berpuasa dapat menyebabkan hipoglikemi sehingga harus dihindari. Salat Taraweh merupakan salah satu contoh tambahan kegiatan fisik yang dilakukan selama bulan puasa dan perlu diwaspadai dapat menyebabkan timbulnya hipoglikemi. Oleh karena itu disarankan untuk makan seimbang sebelum salat Taraweh.
Diabetisi yang berpuasa harus segera membatalkan puasanya jika merasakan adanya gejala hipoglikemi. Disarankan agar diabetisi selalu menyediakan bekal makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat sederhana (karbohidrat yang dapat diolah secara cepat menjadi gula di dalam tubuh, misalnya air yang mengandung gula, jus, atau permen) untuk segera dikonsumsi saat merasakan gejala hipoglikemi atau segera membatalkan puasa pada saat Maghrib tiba. Hal ini sesuai dengan seruan Nabi yang bersabda, “Senantiasa manusia itu dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka". (HR Bukhori dan Muslim)
Sebaiknya semua diabetisi yang berkeinginan untuk tetap berpuasa selama bulan Ramadan sangat disarankan untuk menjalani pemeriksaan dan berkonsultasi kepada dokter keluarga atau ahli diabetes. Dokter terutama akan memeriksa, dan dokter akan melakukan penyesuaian dosis dan waktu penggunaan obat-obatan dan insulin untuk mengurangi resiko akibat berpuasa.
Melalui pemeriksaan dan konsultasi, akan diketahui besarnya risiko dan kemungkinan resiko apa yang mungkin dapat terjadi. Selain itu, konsultasi akan membantu orang yang mengalami Diabetes untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai cara berpuasa secara aman, seperti mengatur makanan dan aktivitas fisik sehari-hari, memantau gula darah, menggunakan obat-obatan dan insulin yang waktu dan dosisnya akan disesuaikan untuk keamanan berpuasa.
Persiapan puasa Ramadan untuk setiap orang Diabetes harus dirancang sesuai dengan kebutuhan individu. Selanjutnya juga diperlukan pemantauan selama menjalankan ibadah puasa untuk mendeteksi secara dini dan mencegah resiko akibat berpuasa. Dan kita harus selalu yakin pada firman Allah di atas: ".....dan puasamu lebih bagimu jika kamu mengetahui". Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan 1437 H secara khusyuk dan aman. Semoga kita selalu sehat. (*/tap)
*) Ilustrasi dari www.rs-sejahterabhakti.com