Bubur Suro, Hidangan Takjil Sejak Zaman Sunan Bonang
Rabu, 08 Juni 2016 09:00 WIBOleh Betty Aulia
Oleh Betty Aulia
Tuban - Setiap bulan Ramadan tiba takjil merupakan makanan yang sering dikonsumsi pada saat buka puasa. Salah satu takjil legendaris yang masih dibikin saat Ramadan yaitu bubur suro. Setiap bulan Ramadan pengurus Yayasan Sunan Bonang memasak bubur suro itu. Bubur itu untuk takjil yang dibagikan kepada orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadan di kawasan makam Sunan Bonang, Kabupaten Tuban.
Para juru masak bubur sudah mempersiapkan beragam bumbu kare. Sebagian lagi memeras parutan kelapa yang mengeluarkan santan. Di samping para perempuan itu, ada empat orang laki-laki mempersiapkan perapian menggunakan kayu.
Mereka memasak di bawah payungan seng di pojok halaman masjid Bonang. Ada dua wajan besar terbuat dari kuningan yang akan digunakan memasak bubur. Untuk memasak bubur itu, mereka membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam sampai 3 jam.
Menurut keterangan Ihwan Hadi selaku pengurus Yayasan Sunan Bonang mengungkapkan bahwa bubur suro ini sudah ada semenjak zaman Sunan Bonang dulu dan sekarang sudah menjadi sebuah tradisi yang memiliki nilai perjuangan. Selain itu ia juga mengungkapkan perbedaan anatar bubur suro pada zaman Sunan Bonang dan sekarang. Bahan yang digunakan untuk membuat bubur tidak jauh beda, yakni beras seberat 12 kilogram, dulunya menggunakan balungan dan daging kambing namun sekarang menggunakan balungan daging sapi dan daging sapi yang sudah dicacah, dan santan kelapa.
“Bubur ini merupakan tradisi sejak zaman Sunan Bonang hidup dan memiliki nilai perjuangan. Bedanya, dulu bubur dicampur daging kambing, sekarang menggunakan daging sapi,” tutur Ihwan kepada beritabojonegoro.com (BBC), Rabu (08/06).
Selaim itu ia juga menuturkan alasan bubur lezat tersebut dinamakan dengan bubur suro, ia menjelaskan bahwa bubur suro itu diambil dari kata nama bulan dari bahasa Jawa, sedangkan bahasa arabnya Muharram. Ihwan menyebut, nama bubur suro digunakan merujuk pada kebiasaan orang Jawa yang selalu memasak bubur pada bulan suro.
Ihwan mengungkapkan, dari cerita para pendahulu, bubur suro ala Bonang awalnya diberikan kepada orang-orang tidak mampu yang ada di sekitar Tuban sembari para wali memberikan dakwah. Memasaknya ringkas, bisa dimakan secara bersama-sama. “Makan sedikit saja sudah enak,” kata Ihwan yang sudah menjadi pengurus yayasan 18 tahun.
Sementara itu, seorang pengunjung yang seringkali mencari takjil bubur suro ala Bonang, Rohman mengaku, aroma bubur seperti makanan ala Timur Tengah. Bumbu kare dan dagingnya terasa nyentak di lidah.
"Makan sedikit sudah mengenyangkan perut saya,” kata Rohman warga asli Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban ini. (ety/kik)