Berbuka Puasa dengan Kolak Waluh, Sehat dan Nikmat
Jumat, 10 Juni 2016 07:00 WIBOleh drAchmad Budi Karyono
Oleh dr Achmad Budi Karyono
Bulan Ramadan identik dengan takjil, makanan pembuka sebagai pembatal puasa, seiring dengan anjuran Rasulullah SAW yang artinya, “Umatku senantiasa dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka”.
Dan memang sudah kita pahami harus segera berbuka agar kondisi yang lapar ini segera terisi dan pulih kembali, namun tentu saja perlu semacam pemanasan,tidak mengkonsumsi dalam jumlah porsi besar. Rasulullah SAW mencontohkan dengan 3 butir kurma atau dengan minuman manis, sebagai makanan pembuka setelah sekian jam pencernaan kita istirahat, perlu pemanasan dan pada umumnya diistilahkan sebagai takjil.
Takjil merupakan makanan pembuka puasa yang bersifat identik dengan kurma, dengan porsi tidak mengenyangkan, manis, sebagai penyemangat bisa menyegarkan tubuh dalam sesaat. Makanan yang tidak asing lagi di telinga kita dan sudah familier dimana mana adalah kolak. Kolak yang paling sering disajikan antara lain ada unsur waluh, yang ternyata waluh merupakan salah satu bahan makanan yang menyehatkan dengan kandungan gizi banyak diperlukan tubuh baik untuk memperbaiki stamina maupun untuk memerangi penyakit.
Waluh tentu sudah kita kenal buahnya. Di negara barat buah yang disebut pumpkin ini biasa dijadikan simbol pesta haloween. Buah waluh yang ukurannya cukup besar ini dilubang lubang membentuk mata hidung dan mulut kemudian diisi dengan lilin pada malam hari. Waluh ini cukup enak rasanya, biasanya dibuat kolak oleh ibu-ibu, atau campuran sayuran. Bahkan sekarang banyak tersedia kue dengan bahan dasar dari buah waluh yang lezat rasanya.
Daging buah waluh berwarna kuning kemerahan karena banyak mengandung beta karotena. Daging buahnya berasa manis asam. Daun muda waluh juga dapat dibuat sebagai sayuran.
Berbagai unsur gizi yang terkandung dalam waluh antara lain memiliki serat yang cukup baik, vitamin, dan karbohidrat yang menghasilkan kalori dan sedikit lemak, serta beberapa mineral, sehingga waluh sangat baik dikonsumsi oleh anak-anak maupun orang tua, karena kandungan gizi yang terdapat didalamnya sangat baik untuk kesehatan tubuh. Pada anak-anak dapat digunakan untuk menambah nafsu makan dan sebagai obat cacingan. Lycopen terdapat juga dalam waluh. Juga terdapat beberapa mineral seperti zat besi, seng dan selenium yang berkhasiat meningkatkan kesuburan pada laki-laki.
Menurut ahli gizi waluh lebih cocok bagi penderita diabetes melitus karena dikenal mempunyai indeks glikemik yang sangat rendah. Waluh cukup mampu memperbaiki fungsi pankreas yang memproduksi insulin dan mengurangi jaringan yang dirusak oleh diabetes. Bila pankreas tidak berfungsi dengan baik, maka pankreas akan mengalami kesulitan untuk memproduksi insulin, padahal insulin sangat dibutuhkan tubuh untuk memecah glukosa dalam tubuh.
Dengan rajin mengonsumsi buah waluh menurut beberapa ahli, proses penyakit dapat diredam seperti diabetes mellitus, arterosklerosis (penyempitan pembuluh darah), jantung koroner, tekanan darah tinggi, bahkan bisa pula memerangi kanker karena antioksidannya tinggi.
Selain buahnya biji waluh juga sangat bermanfaat, menurut pendapat beberapa ahli biji waluh terdapat sejenis hormon yang berfungsi aktif dan bisa menekan pembesaran kelenjar prostat.
Itulah salah satu keunggulan para orang tua kita dahulu dalam memilih atau menentukan sesuatu walau tanpa penyelidikan, percobaan ataupun penelitian yang ilmiah, namun kalau ditelusuri serta diadakan studi ilmiah, tentunya dengan tahapan tertentu pula, akan membawa hasil atau membuktikan kebenarannya. Begitu pun pemilihan waluh sebagai takjil juga salah satu kelihaian para orang tua kita yang patut kita hormati. Kita sebagai generasi penerus seharusnya lebih mengkaji apa yang diwariskan para orang tua kita dan membuka khasanah ilmiah lebih lebar.
Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan 1437 H, taqobbalallahu minna wa minkum. Semoga kita selalu sehat.
Ilustrasi foto www.kulinersehat.com