Berkah Untuk Warinem, Nenek Pencari Rombeng
Awalnya Bingung Melihat Polisi, Akhirnya Malah Memeluk Kapolres
Jumat, 01 Juli 2016 15:00 WIBOleh Linda Estiyanti
Oleh Linda Estiyanti
NENEK berusia kepala tujuh ini tidak menyangka akan mendapatkan berkah dari kelelahan dan kebingungannya di tengah hiruk-pikuk di depan markas komando Polres Bojonegoro, Jalan MH Thamrin. Ia terkejut ketika seorang perwira polisi datang menghampirinya dan menanyai apa yang sedang dilakukan di tengah keramaian hari jadi polisi tersebut.
Di tengah padat arus lalu lintas dan keramaian orang berlalu-lalang mengunjungi Pasar Murah Bhayangkari Polres Bojonegoro, seorang nenek tua bernama Warinem (74), warga Dusun Genuk Desa Padang Kecamatan Trucuk, tengah duduk bersimpuh di sudut trotoar pertigaan samping Mapolres. Hingga kemudian, Kapolres Bojonegoro AKBP Wahyu Sri Bintoro, menemukannya dan menaruh perhatian kepadanya.
Ceritanya, ketika itu Jumat (01/07) pagi, sekira pukul 10.00 WIB, usai upacara HUT Bhayangkara ke-70, Kapolres Bojonegoro AKBP Wahyu Sri Bintoro bersama istrinya, Ny Sistri Wahyu Sri Bintoro, berjalan dari Mapolres menuju stan pasar murah di sebelah utara Mapolres. Di situlah kemudian, di sudut trotoar, sekitar 50 meter dari stan bazar, Kapolres dan istri menemukan Warinem tengah bersimpuh di balik tanaman hias kota.
Saat ditanya apa yang sedang dilakukan, Warinem, si nenek tua itu mengaku sedang kebingungan karena melihat banyak orang berseragam polisi berjaga dan berlalu lalang di jalanan. Kakinya yang saat itu sudah merasa lelah setelah berjalan kurang lebih 10 kilometer, memaksanya beristirahat di balik pohon di atas trotoar itu.
"Bingung ada orang banyak. Kakinya juga linu Pak, habis nambang berjalan ke sini mau cari rombengan, tapi sekarang ikut istirahat sebentar di sini," ucap Warinem dengan nada lemah sembari tangannya yang keriput memeluk kedua lututnya.
Mendengar ucapan tersebut, Kapolres merasa simpatik dan tertarik dengan kehidupan Warinem. Kemudian ia memerintahkan anggotanya untuk membawa nenek tua pencari rombeng tersebut masuk ke ruang lobi Mapolres.
Warinem, nenek yang sudah lama menjanda tersebut adalah seorang pencari rombeng (rongsokan). Setiap hari ia berjalan dari rumahnya di Dusun Genuk, Desa Padang, Kecamatan Trucuk, menuju tambangan dan menaiki perahu, kemudian berkeliling kota Bojonegoro untuk mencari barang bekas yang bisa dirombeng. Sesekali ketika kakinya sudah sangat lelah ia memutuskan merogoh uangnya yang pas-pasan untuk naik mobil angkutan.
"Harus kerja karena di rumah merawat orang tua, ibunya almarhum suami," cerita nenek tua itu.
Keadaan ekonomi Warinem cukup memilukan. Anak keenam dari sepuluh bersaudara itu ditinggal mati sang suami sejak usia muda. Meski anak keenam, tetapi ia mempunyai umur lebih panjang daripada kesembilan saudaranya yang lain. Saudara-saudaranya sudah pada meninggal. "Suami juga sudah meninggal lama, terkadang kalau kangen suami, saya pandangi fotonya," tuturnya sambil menunjukkan foto KTP almarhum suaminya.
Warinem juga mempunyai anak lelaki yang sudah berkeluarga. Usianya sudah berkepala empat, bekerja serabutan, dan tinggal serumah dengannya. Sayangnya, anak lelakinya itu belum bisa memberinya seorang cucu. Namun keadaan itu membuat ia tetap merasa cukup. Hingga kini ia dan anaknya bekerja serabutan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
"Malah sumpek kalau tidak bekerja, jadi ya begini mencari rombengan, kadang-kadang koran bekas, kadang juga karak (nasi akik)," beber Warinem.
Warinem mengaku, ia tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya. Meski kadang saking lelahnya berjalan sejauh 10 kilometer tu membuat kakinya linu. Ia bersyukur dengan pekerjaannya berkeliling Kota Bojonegoro. "Saya juga sering berjalan ke Pendapa agar bisa bertemu Bu Yoto. Saya ingin tahu wajah Bu Yoto langsung," ungkap nenek tua itu.
Dalam perbincangan yang berlangsung di ruang lobi Mapolres Bojonegoro, tergambar suasana keakraban yang dibangun dari perjumpaan tak sengaja antara Warinem dengan Kapolres Bojonegoro. Perbincangan mengalir begitu saja, hingga kemudian Kapolres memberikan beberapa bingkisan dan bantuan untuk meringankan beban nenek tua itu.
Dengan gerak polosnya, Warinem memeluk Kapolres. Kapolres pun mengizinkan nenek itu menciumi kedua pipinya. Lalu, beranjak pulang dengan senyum merekah di antara dua pipi yang sudah mulai keriput. (lyn/tap)