Jejak Politik Ibadah Haji dan Umrah
Selasa, 13 September 2016 07:00 WIBOleh Liya Yuliana *)
*Oleh Liya Yuliana
Dua peradaban besar Romawi dan Persia tengah berkuasa kala itu. Mekah, daerah yang jauh tertinggal dari dua peradaban besar tersebut. Mekah, tempat yang dipilih oleh Allah terlahirnya manusia yang terbebas dari dosa itu (Rasulullah). Daerah yang tandus sehingga berdagang menjadi mata pencahariannya. Tidak sedikit masyarakatnya buta huruf. Rasulpun saat wahyu pertama turun belum mampu membaca. Dengan kondisi masyarakat yang sedemikian jahiliyahnya, tidak menjadikan pribadi Rasulullah Muhammad SAW terkontaminasi.
Dalam segala aktivitas, Allah memberikan keteladanan melalui Rasulullah Muhammad SAW. Apa yang menjadi sikap dan perbuatannya selalu benar. Sebagai orang muslim diwajibkan menjalankan rukun Islam (kecuali haji hanya bagi yang mampu). Dan pelaksanaannya sebagaimana yang telah dicontohkan.
Haji, rukun Islam yang kelima. Ibadah yang hanya dilakukan sekali dalam setahun. Yakni bulan Dzulhijjah saja. Rasulpun dalam seumur hidup dengan izin Allah diberikan kesempatan beribadah haji hanya sekali yakni haji Wada dan kala itu Rasul bersama rombongan sebanyak 100.000 jamaah. Ada riwayat yang mengatakan bersama 140.000 jamaah. Kebanyakan kaum muslim memandang ibadah haji dan umrah hanya sekedar ibadah ritual seorang hamba kepada Rabb-Nya. Namun setelah dikaji lebih lanjut, haji dan umrah juga memiliki jejak politik.
Ketika memasuki kota Mekah maka pandangan tertuju pada tempat kelahiran Rasulullah Muhammad SAW. Kota bersejarah dimana Rasul mulai mendakwahkan Islam. Tiga belas tahun lamanya perjuangan di kota ini. Tak lebih dari seribu sahabat yang masuk Islam sepanjang perjalanan tersebut. Aneka macam rasa dan cobaan dilaluinya. Bahkan hingga kotoran pun pernah dilemparkan kepada beliau. Masjidil Haram dan sekitarnya telah menjadi saksi dakwah dan perjuangan baginda bersama para sahabatnya. Ketika thawaf sambil membaca, "Bismillahi Wallahu Akbar.” Dahulu mereka tidak boleh mengucapkan kalimat seperti itu. Mereka juga tidak bisa melakukan thawaf dengan leluasa sebab musuh siap menyiksanya.
Hijir Ismail, tempat dimana Urwah bin Zubair, Mus’ab bin Zubair, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Umar berdoa dan dengan izin Allah doa mereka terkabul. Di luar sana, lurus dengan Hijir Ismail terdapat Darun Nadwah, tempat yang menjadi markas kaum Kafir merancang strategi untuk menentang dan mengalahkan Rasulullah Muhammad SAW.
Pada saat umrah Qadha tahun ke-7H mereka berharap serta mendoakan rombongan umrah Rasulullah diserang virus Yatsrib. Kecerdasan nabi yang luar biasa sehingga menginstruksikan kepada rombongan untuk tidak menampakkan sakitnya dan menampakkan kekuatannya. Dengan cara apa? Yakni dengan berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama. Hal ini dilakukan untuk menampakkan kekuatan kaum muslim kepada kaum kafir dimana persepsi kaum kafir kala itu adalah orang Madinah lemah dan sakit-sakitan. Begitulah kaum muslim harus senantiasa menampakkan kekuatan kepada para musuh. Bukan menampakkan kelemahan.
Ketika Sai dari Safa ke Marwa kita diingatkan pada jejak pembinaan yang dilakukan Rasulullah untuk pertama kali. Yakni di rumah Al Arqam bin Abi Al Arqam. Safa dan Marwa telah menjadi saksi perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Di sebelah kanan antara Safa dan Marwa terdapat lembah, yang dikenal dengan nama Syi'b Abu Thalib. Di lembah inilah, Nabi bersama isteri tercintanya, Khadijah, serta Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthallib diboikot kaum Kafir Quraisy selama sekitar 3 tahun. Tanpa ada akses makanan dan minuman yang dapat bebas keluar masuk.
Selepas meninggalkan Makkah menuju ke Mina dan Arafah melintasi Jabal Tsur. Gunung yang menjadi saksi perjalanan hijrah Nabi bersama Abu Bakar. Sebuah gua yang berukuran kecil cukup untuk menjadi tempat persembunyian Rasulullah SAW dan Abu Bakar selama tiga hari ketika hijrah. Dengan izin Allah sarang laba-laba hinggap di mulut gua menjadikan kaum kafir tak menjangkau tempat tersebut. Pengorbanan Abu Bakar beserta keluarganya (Asma binti Abu Bakar, Abdullah bin Abu Bakar, Amir bin Fuhairah pembantu Abu Bakar) luar biasa. Kala itu Asma dalam usia 12 tahun mengandung bayi Zubair bin Awwam mengantarkan makanan menuju gua Tsur. Abdullah yang senantiasa mengirimkan kabar dari Mekah menuju gua Tsur untuk Rasulullah. Amir bin Fuhairah menggembalakan kambing disekitar gua bertujuan menghilangkan jejak kaki Abdullah dan susunya dapat diambil Rasul dan Abu Bakar. Ular pun mematok Abu Bakar. Sementara Rasulullah sedang tidur di pangkuan Abu Bakar. Karena khawatir Rasulullah SAW terbangun, Abu Bakar menahan sakitnya hingga meneteskan air mata dan Rasul pun terbangun oleh air mata tersebut. Sungguh luar biasa pengorbanan beliau As Siddiq.
Di Mina Rasulullah SAW bermalam tanggal 8 Dzulhijjah. Di Mina pula tepatnya di Aqabah, ada saksi sejarah yang hingga kini masih ada. Masjid Bai'at, masjid yang dibangun di Zaman 'Abbasiyyah untuk mengabadikan momentum pembaiatan Nabi oleh kaum Anshar.
Ketika di Arafah tanggal 9 Dzulhijjah, Masjid Namirah yang dibangun untuk mengabadikan tempat Nabi khutbah Wukuf serta salat Dhuhur dan Ashar, dengan dijamak taqdim-qashar. Di Masjid Namirah Rasulullah berkhutbah sebagai kepala negara.
Setelah itu, di lereng Jabal Rahmah, Nabi mendapatkan wahyu Surat Al Maidah ayat 3. Saat ayat ini turun, seluruh sahabat bergembira, kecuali Abu Bakar. Dia menangis terisak-isak. Para sahabat pun bertanya, "Gerangan apakah yang membuatnya sedih, di saat yang lain menyambutnya dengan suka cita?" Abu Bakar menjawab dengan retorik, "Tidakkah sesuatu setelah sempurna, berarti yang membawanya akan meninggalkan kita?" Artinya, sebentar lagi orang yang paling mereka cintai (Rasulullah) akan segera meninggalkan mereka.
Seolah tidak yakin dengan jawaban Abu Bakar, mereka pun datang memastikan kepada Nabi, dan Nabi pun menjawab, "Apa yang dikatakan Abu Bakar itu benar." Sontak mereka pun menangis. Takut kehilangan manusia yang paling mereka cintai melebihi apapun yang mereka miliki. Dengan mengetahui sisi potitis ibadah haji/umrah semoga menjadikan hamba yang semakin rindu beribadah di tanah suci, mampu mengambil ibrah setiap tahapannya dan ibadah haji/umrah pun semakin bermakna. Allahu A’lam.
ilustrasi foto www.kaskus.co.id