Nandir, Warga Dusun Tenggor, Desa Sudu, Kecamatan Gayam
Pulang dari Jakarta, Menekuni Usaha Membuat Panci dan Kap Lampu
Sabtu, 12 September 2015 07:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Gayam - Usaha kerajinan membuat panci dan kap lampu di Bojonegoro masih sangat jarang. Padahal, panci dan kap lampu selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Melihat peluang itulah Nandir, 35, warga Dusun Tenggor, Desa Sudu, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, tekun menekuni usaha kerajinan membuat panci dan kap lampu di rumahnya dibantu beberapa pemuda setempat.
Nandir mulai merintis usaha kerajinan panci dan kap lampu ini sejak tahun 2010. Sebelumnya ia dan adiknya, Syaifudin Rofik, 25, pernah bekerja membuat panci dan kap lampu di sebuah rumah industri di Jakarta selama lima belas tahun. Ia lalu memutuskan pulang kampung dan merintis usaha kerajinan serupa di rumah.
“Saya waktu itu nekat saja mulai merintis usaha ini. Istilahnya mulai dari nol,” ujar Nandir saat ditemui di rumahnya.
Modal awal yang diperlukan saat itu lumayan banyak terutama untuk membuat mesin rakitan yang dipakai memotong dan membentuk panci atau kap lampu. Modal untuk membuat mesin itu senilai Rp100 juta. Tetapi beruntung ia mendapatkan bantuan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Bojonegoro.
Nandir menuturkan, setelah mempunyai mesin ia lalu membeli bahan baku alumunium dari Surabaya. Satu lembar alumunium itu seharga Rp140.000. Setelah diolah satu lembar alumunium itu bisa menghasilkan 25 panci atau 15 kap lampu.
Dalam sehari Nandir bersama empat temannya mampu membuat 200 sampai 250 panci berbagai ukuran. Selanjutnya panci yang sudah jadi itu langsung dikirim ke daerah Cepu, Ngawi, Surabaya dan sekitar Bojonegoro. “Permintaan panci dan kap lampu ini cukup tinggi. Bahkan, saya kewalahan melayani pemesanan,” ungkapnya.
Panci yang dibuatnya dijual bervariasi yakni mulai Rp8.500 hingga Rp15.000 per buah. Sedangkan, harga jual kap lampu mulai Rp5.000 hingga Rp8.000 per buah.
Namun, Nandir mengakui banyak kesulitan yang ditemui dalam menjalankan usaha kerajinan panci ini. Di antaranya mengenai permodalan dan produksi. Setiap kali produksi ia membutuhkan modal untuk membeli bahan baku sekitar Rp3,5 juta sampai Rp4 juta.
Selain itu, ia mengakui adanya kendala produksi karena tenaga kerja yang ada belum mampu memenuhi pemesanan pelanggan. Ia mengaku telah beberapa kali melatih para pemuda sekitar untuk belajar membuat panci dan kap lampu. Namun, mereka cepat mudah patah semangat dan lebih tertarik bekerja di proyek minyak dan gas bumi (migas) Banyu Urip Blok Cepu di Bojonegoro.
Meski begitu, Nandir tak pernah patah arang. Ia terus menekuni usaha kerajinan panci dan kap lampu ini. Bersama dengan beberapa pemuda setempat ia mengaku akan mendirikan koperasi yang menaungi para perajin kap lampu dan panci ini.
“Saya ingin kerajinan panci dan kap lampu di Sudu ini dikenal bukan hanya di Bojonegoro tetapi juga sampai ke luar daerah,” ujarnya. (rul/kik)