Manfaatkan Limbah, Mebel dan Kerajinan Kayu Blora Tembus Pasar Ekspor Korea
Kamis, 25 Agustus 2022 19:00 WIBOleh Priyo SPd
Blora- Sempat terpuruk akibat dihantam pandemi COVID-19, ekspor mebel dan kerajinan kayu dari Kabupaten Blora, Jawa Tengah kembali menggeliat.
Industri mebel dan kerajinan kayu di wilayah "Sunrise of Central Java", nama lain Kabupaten Blora, ini pun mulai bangkit. Para perajin secara perlahan terus meningkatkan produksi dengan kualitas ekspor.
Salah satu pemilik industri mebel dan kerajinan kayu di wilayah Desa Tempellemahbang, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Roisah (45), mengaku saat ini industri mebel dan kerajinan kayu yang ia miliki dalam setahun mampu mengekspor hingga 12 kontainer.
“Ya bisa dibilang sebulan satu kontainer untuk diekspor,” tutur Roisah. Kamis (25/08/2022).
Usaha mebel dan kerajinan kayu milik Roisah (45), di Desa Tempellemahbang, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. Kamis (25/08/2022). (foto: dok istimewa)
Menurutnya, industri mebel dan kerajinan kayu yang ia miliki ini memanfaatkan limbah kayu jati maupun kayu jenis lain yang di jual masyarakat sekitar industri yang ia miliki.
“Kayu jenis apa aja bisa masuk. Memang memanfaatkan limbah, karena yang kayu besar-besar jarang laku, mereka (warga luar indonesia) lebih suka yang kecil,” kata Roisah.
Menurut Roisah, kerajinan kayu yang sering ia ekspor di antaranya ayunan, kisprai, tatakan bunga, meja dan kursi. Selain kerajinan tersebut, ada juga sejumlah kerajinan lain sesuai pesanan.
“Ya sesuai pesanan. Untuk saat ini ekspor yang dilakukan baru ke Korea. Belum ke negara lain,” ucap Roisah.
Bupati Blora Arief Rohman saat mengunjungi usaha mebel dan kerajinan kayu milik Roisah (45), di Desa Tempellemahbang, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. Kamis (25/08/2022). (foto: dok istimewa)
Dirinya mengaku, untuk harga kerajian mebel dan kerajinan kayu bervariasi. Tentunya dengan harga yang berbeda, harga di Indonesia dan untuk yang diekspor.
“Harga kalau di sini 500 ribu rupiah sampai sana bisa sejuta rupiah. Bahkan bisa lebih, tergantung kualitas,” tutur Roisah mengimbuhkan.
Ia juga mengaku saat ini tidak ada kendala yang berarti dalam menjalankan bisnisnya, baik dari bahan baku maupun segi lainnya.
“Paling kendalanya saat finishing saja, kendala lain tidak ada,” kata Roisah..
Saat ini industri mebel dan kayu miliknya setidaknya memiliki kurang lebih 20 karyawan yang merupakan warga desa setempat dan sekitarnya.
“Kami juga berdayakan warga sekitar, untuk bekerja di sini,” tutur Roisah. (teg/imm)
Reporter: Priyo SPd
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo