Potret Masyarakat Modern dalam Jaga Malem
Sabtu, 20 Januari 2018 18:00 WIBOleh Angga Reza
Oleh Angga Reza
Bojonegoro (Kota) – Teknologi semakin maju, namun tidak dengan manusianya. Manusia sampai lupa dengan kehidupan orang lain, kurang peka terhadap penderitaan sesama. Kemerosotan moral itu justru disumbang oleh kemajuan teknologi itu sendiri dengan jejalan iklan dan informasi yang bahkan orang tidak punya kehendak untuk mendapatkannya. Kondisi demikian bisa juga disebut perkosaan.
Gambaran itu bisa ditangkap dari pementasan teater semalam dengan judul Jaga Malem oleh Teater Parkir IKIP PGRI Bojonegoro, Jumat (19/01/2018) bertempat di halaman kampus IAI Sunan Giri.
Panitia acara, Impong, menjelaskan bahwa Jaga Malem sendiri adalah naskah yang ditulis almarhum Joko Bibit Santoso, seniman asal Surakarta yang karya-karyanya tidak habis untuk dibaca, diperbincangkan, direnungi dan dipraktikan hingga sekarang. Karya Joko Bibit banyak yang realis dan menyuarakan kondisi menurunnya moral masyarakat di era modern.
Tokoh-tokoh dalam Jaga Malem mewakili masyarakat dewasa ini yang tidak menyadari gerak hidup berlalu cepat dan orang dipaksa menerima perubahan-perubahan tanpa persiapan sama sekali. Sesekali orang boleh mengeluh, kesal dan melancarkan umpatan.
“Jadi kita mengembangkan karya naskah dari Joko Bibit, yaitu menceritakan sebuah ungkapan kekesalan yang kita ubah dengan kata benda," ujar Impong.
Bukan hanya Jaga Malem saja, ada satu lakon lagi yang dipentaskan, yakni pantomim berjudul Ning Ndi Neh karya Takin Kok Gito-Gito.
Lebih dari 50 pelajar dan mahasiswa menyaksikan pertunjukan ini. Mereka nampak sesekali terpingkal-pingkal saat muncul adegan atau dialog yang lucu di kedua lakon. Hanya dengan membeli tiket seharga Rp10 ribu untuk umum dan Rp5 ribu untuk pelajar, mereka bisa menyaksikan pertunjukan ini. Hasil penjualan tiket ini digunakan untuk pembangunan sanggar Sayap Jendela. (ang/kik)