Gangguan Pertanian di Bojonegoro Ke Depan yakni Pencemaran Lingkungan
Sabtu, 17 Februari 2018 14:00 WIBOleh Muliyanto
Oleh Muliyanto
Bojonegoro - Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro memprediksi ke depan gangguan pertanian bukan lagi soal hama dan kondisi cuaca. Namun lebih pada kondisi pencemaran lingkungan.
Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura, Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro, Zaenal Fanani mengatakan yang perlu diperhatikan dalam permasalahan petani ke depan yakni meningkatnya kadar CO 2 (karbondioksida).
"Hal itu disebabkan efek samping produk dari pencemaran pengelolaan minyak, karbondioksida harus ditangani dengan baik," ujarnya kepada beritabojonegoro.com, Sabtu (17/02/2018).
Pihaknya, menyimpulkan secara teoritis peningkatan CO2 ini bisa menimbulkan peningkatkan suhu udara hingga dua derajat celcius. Dalam kondisi normal, kadar CO2 hanya 0,03 persen. Sehingga jika suhu sudah pada titik 37 derajat celcius akan merusak enzim fotosintesa pada tanaman.
Peningkatan suhu udara mengakibatkan banyaknya hama penyakit, penurunan produksi, penurunan kualitas nutrisi dari buah tanaman dan terjadi penguapan cukup tinggi sehingga kebutuhan air cukup besar.
Selain itu, kata dia, lahan pertanian padi di Kabupaten Bojonegoro setiap tahun juga terus mengalami penurunan. Sepanjang tahun 2017, ada sekitar 77 ribu hektar lahan pertanian mengalami penyusutan sebesar 600 hektar lebih untuk Lapangan Banyuurip, Blok Cepu, serta 25.317 meter persegi untuk pengembangan perumahan.
"Penyusutan dikarenakan adanya industri migas dan perumahan yang terus berkembang," ungkapnya.
Sehingga jumlah produksi padi juga turun. Sebelumnya, produksi padi di Bojonegoro sebanyak 1.050.000 ton, sekarang menjadi 998.500 ton. Meski mengalami penurunan, kata dia, masih cukup untuk kebutuhan pangan di Bojonegoro.
"Kebutuhan gabah kering giling 500.000 ton per tahun, sedangkan kebutuhan beras di Bojonegoro hanya 300.000 ton. Jadi masih cukup," pungkasnya. (mol/kik)