Bupati Blora Dukung Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan untuk Difabel
Kamis, 15 Maret 2018 15:00 WIBOleh Priyo Spd
Oleh Priyo Spd
Blora - Kementerian Sosial (Kemensos) akan melaksanakan Program Workshop Peduli Penyandang Disabilitas Intelektual (Tuna Grahita) melalui Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita (BBRSBG) Kartini, Temanggung di Desa Tinapan dan Desa Kedungwungu Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora. Dimana di dua desa ini ada 21 orang penyandang disabilitas (tuna grahita).
Bupati Djoko Nugroho menyatakan dukungannya terhadap program yang baik untuk memberdayakan saudara-saudara yang memiliki kekurangan agar tetap bisa berkarya dan menghasilkan.
“Kita akui memang sulit melatih keterampilan kaum disabilitas tuna grahita. Namun jika berhasil itu merupakan sebuah keberkahan yang luar biasa. Pemkab akan mendukung dan saya minta OPD terkait untuk membantu BBRSBG,” ucap Bupati Djoko Nugroho Kamis (15/3/2018).
Menurutnya, banyaknya penyandang disabilitas di Desa Tinapan dan Desa Kedungwungu memang menjadi perhatian pemerintah. Pihaknya ingin para difabel tidak merasa dikesampingkan dan memiliki kesempatan yang sama seperti orang normal dalam bekerja dan menghasilkan karya.
“Seperti di Kamolan sudah ada komunitas Difabel Blora yang mampu menghasilkan karya berupa batik. Alhamdulillah bisa untuk menopang perekonomian mereka. Saya harap pelatihan dari BBRSBG ini nantinya bisa seperti itu,” lanjutnya.
Kepala BBRSBG Kartini Temanggung Dra. Murhardjani, MP yang datang didampingi Kepala Bidang Program dan Advokasi Sosial Drs. Suwahyono dan Kepala Seksi Kerjasama Mustofa, S.Pd. menerangkan bahwa program pelatihan yang akan dikemas dalam Workshop Peduli Penyandang Disabilitas Intelektual (Tuna Grahita) ini merupakan kegiatan dari Kemensos.
“Kami dari BBRSBG Kartini Temanggung milik Kemensos ditugasi untuk membantu pemberdayaan kaum difabel yang ada di Jawa Tengah. Kali ini akan menyentuh saudara yang ada di Desa Tinapan dan Kedungwungu yang jumlahnya ada 21 orang. Program yang akan diberikan adalah ketrampilan membuat batik ciprat dengan teknik sederhana namun bernilai seni tinggi,” ucapnya
Dra. Murhardjani, MP beranggapan bahwa pelatihan batik ciprat tidak memerlukan keahlian khusus dalam pembuatannya dan tidak memerlukan pemikiran yang sulit sehingga cocok diterapkan kepada kaum difabel.
“Saat ini kami datang ke Bupati untuk meminta dukungan dan alhamdulillah Pak Bupati sangat respect dan menyemangati kami untuk terus melangkah ke tahapan berikutnya,” lanjut Murhardjani.
Jumlah difabel yang sebanyak 21 orang itu akan dibentuk dalam dua kelompok berdasarkan asal desanya. Nantinya setelah diberikan pelatihan pembuatan batik ciprat, juga akan dibantu dalam hal pemasaran dan pengemasannya.
“yang jelas pemasaran juga kami bantu sehingga nantinya masyarakat umum tahu produk buatan para kaum di fabel,” terangnya. (teg/kik)