Ali Mansyur, Sosok Dibalik Mangrove Center Tuban
Mengabdikan Jiwa dan Raga untuk Kelestarian Alam
Senin, 16 November 2015 10:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Tuban - Bibit pohon mangrove setinggi setengah meter hingga satu meter berjejer dengan rapi di kebun itu. Di sekelilingnya ada berbagai jenis pohon mangrove yang tumbuh dengan subur dan rindang di dekat kolam. Hawa di tengah kebun itu sejuk dan nyaman. Di tengah kebun ada jalan setapak yang lebarnya cukup dilewati mobil.
Di bawah pohon yang agak rindang, anak-anak kecil yang memakai kaus olah raga terlihat bermain dengan riang ditemani oleh gurunya. Tidak jauh dari situ, debur ombak terlihat bergulung-gulung lalu pecah ketika menghantam karang dan akar pohon mangrove. Iya, kebun itu terletak persis di pesisir pantai utara Tuban. Kebun itulah yang disebut Mangrove Center yang didirikan oleh Ali Mansyur, warga RT 02 RW 01 Desa/Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Ali Mansyur pada 5 Juni 2012 menerima penghargaan Kalpataru kategori perintis lingkungan yang diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta.
Kebun seluas 56 hektare itu dilengkapi kantor, musala, dan tempat penginapan. Siang itu, Ali Mansyur terlihat berada di kantor Mangrove Center. Penampilannya sederhana hanya memakai kaus dan celana pendek. Ia duduk di kursi panjang. Piala Kalpataru diletakkan di meja khusus di pojok ruangan. Foto-foto berbagai kegiatan menanam pohon dipajang di dinding ruangan.
“Setiap hari saya melakukan aktivitas di kebun Mangrove Center ini,” ucap Ali Mansyur ramah.
Kebun Mangrove Center ini salah satu hasil jerih payah Ali Mansyur bersama teman-temannya. Kebun ini sekarang dimanfaatkan untuk pembibitan pohon mangrove, konservasi keanekaragamayan hayati, dan sekaligus tempat pendidikan lingkungan hidup.
Perjuangan Ali Mansyur dimulai pada tahun 1981. Ketika itu, pesisir pantai utara Tuban banyak yang mengalami abrasi dan rusak karena diterjang ombak. Pohon dan tanaman di tepi pantai kerontang dan tidak ada yang peduli.
Melihat itu, Ali Mansyur prihatin dan jiwanya terpanggil. Dengan usaha dan dana pribadi ia lalu mengambil bibit pohon mangrove dari daerah Lamongan dan Gresik lalu ditanam di pesisir pantai utara Tuban itu. Mula-mula ia menanam di dekat rumahnya. Setiap hari ia berusaha menanam dan merawat pohon mangrove.
Merasa gerakan peduli lingkungan itu tidak bisa dilakukan sendiri, Ali Mansyur lalu mengajak orang-orang di sekitarnya untuk ikut menanam pohon mangrove. Gerakan menanam pohon mangrove secara swadaya itu membuahkan hasil. Pohon mangrove mulai banyak terlihat di sepanjang pesisir pantai utara Tuban.
Sekitar tahun 1997, Ali Mansyur bersama teman-temannya membentuk kelompok tani Wana Bahari. Kebanyakan anggotanya adalah nelayan dari Desa Jenu dan sekitarnya. Gerakan menanam pohon mangrove dan kepedulian lingkungan yang dilakukan secara kelompok ini cukup berhasil.
Pada tahun 2000 sudah ada 12 kelompok tani yang ikut gerakan menanam pohon mangrove tersebut. Lalu pada tahun 2001 dibentuklah Forum Komunikasi Peduli Lingkungan Pesisir Pantai Tuban. Anggotanya adalah para petani dan nelayan di sepanjang pesisir pantai Tuban.
Ali Mansyur dan kelompok peduli lingkungan itu lalu mendirikan Mangrove Center pada tahun 2005 di pesisir pantai Tuban tersebut. Tanah yang dipakai adalah tanah kas desa, tanah anggota kelompok, dan juga tanah pribadi milik Ali Mansyur.
Keikhlasan dan kepedulian yang begitu besar pada lingkungan yang dilakukan oleh Ali Mansyur akhirnya mendapat perhatian. Banyak dukungan baik dari kalangan pemerintah maupun swasta yang memberikan bantuan pada gerakan menanam pohon mangrove yang dirintis oleh Ali Mansyur. Ia pun akhirnya mendapat penghargaan Kalpataru yang diserahkan langsung oleh Presiden SBY.
“Saya abdikan jiwa raga untuk kelestarian alam. Saya melakukannya dengan ikhlas sehingga terasa ringan,” ucapnya.
Gerakan menanam pohon mangrove yang dirintis oleh Ali Mansyur meluas. Kini sedikitnya ada 134,9 hektare daerah pesisir pantai di Tuban yang ditanami pohon mangrove. Jumlah pohon mangrove yang ditanam sebanyak 1,5 juta pohon.
Namun, Ali Mansyur tak ingin berhenti. Ia terus mengajak siapa saja untuk peduli terhadap lingkungan sekitar. Ia menilai bukan hanya kegiatan menanam saja yang perlu didorong, tetapi pendidikan tentang lingkungan hidup juga perlu terus ditanamkan pada generasi penerus.
“Kalau generasi penerus tidak peduli pada lingkungan, maka tidak akan lama alam akan rusak karena keserakahan manusia,” ucapnya.
Selain aktif sebagai penggerak peduli lingkungan, Ali Mansyur masih aktif sebagai guru di MAN Bail Futuh Beji, Tuban. Pria kelahiran 15 Agustus 1958 ini mengajar mata pelajaran Biologi di sekolah. Ia kini tinggal di RT 02 RW 01 Desa/Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Ia dan istrinya, Siti Maslikah, dikarunia dua anak. (ver/kik)