Menengok Perajin Sasak Bambu di Desa Pojok, Kecamatan Purwosari
Turun Temurun Menekuni Kerajinan Sasak Bambu
Rabu, 02 Desember 2015 11:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Purwosari – Puluhan warga di Desa Pojok, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro menekuni usaha kerajinan sasak bambu. Mereka dikenal sebagai perajin sasak bambu yang cukup piawai. Hasil kerajinan sasak bambu itu diminati oleh warga Bojonegoro hingga luar daerah.
Sudah puluhan tahun warga Desa Pojok menekuni kerajinan sasak bambu ini. Mereka membuat kerajinan sasak bambu atau biasa disebut kepang, gedek, dan keribikan itu di dalam rumahnya masing-masing. Pengerjaan membuat sasak bambu dilakukan oleh semua anggota keluarga mulai bapak, ibu, hingga anak-anaknya.
Salah satu perajin sasak bambu yakni pasangan suami-istri Sabiri, 40, dan Sumini, 38. Dengan tekun mereka membelah bambu lalu dipotong dengan ukuran-ukuran tertentu. Potongan bambu itu lalu diiris tipis sehingga mudah untuk dibuat sasak bambu. Mereka melakukan semua itu di sekitar rumah.
“Kami sudah puluhan tahun menekuni kerajinan sasak bambu ini,” ungkap Sabiri sambil membuat sasak bambu.
Ia menuturkan, kerajinan sasak bambu ini ditekuni oleh warga secara turun temurun. Dulu orang tua mereka terinspirasi dari banyaknya pohon bambu yang tumbuh di sekitar pekarangan rumah. Dengan bahan baku bambu yang melimpah itu, warga kemudian membuat kerajinan sasak bambu itu.
“Usaha kerajinan sasak bambu ini dulunya ditekuni orang tua kami, kemudian kami melanjutkan,” ujar Sabiri.
Namun, seiring waktu bahan baku bambu yang dulu melimpah kini telah banyak berkurang. Untuk bahan baku bambu Sabiri mengaku membeli dari warga lain dengan harga per potong bambu Rp10.000.
Sabiri dan Sumini dalam sehari dapat membuat 4-5 lembar sasak bambu. Harga per lembar sasak bambu itu Rp15.000. Sedangkan, harga per lembar gedek Rp100.000 dan harga per lembar keribikan Rp160.000. Harga gedek dan keribikan lebih mahal lantaran bahan bambunya lebih tebal dan proses pembuatannya lebih sulit.
Sabiri menuturkan, kerajinan sasak bambu di Desa Pojok sudah cukup kondang. Sasak bambu dapat digunakan untuk dinding rumah dan lainnya. Selama ini para perajin sasak bambu tidak pernah menjual hasil kerajinannya keliling atau ke pasar tradisional. Para perajin cukup memajang hasil kerajinan berupa sasak bambu, gedek, dan keribikan itu di depan rumahnya masing-masing. Kebetulan para perajin sasak bambu ini tinggal di dekat jalur Kecamatan Purwosari dengan Kecamatan Ngambon.
“Para pembeli datang sendiri ke rumah dan membeli hasil kerajinan sasak bambu ini,” ujar Sabiri.
Hasil kerajinan sasak bambu ini mampu menopang kehidupan ekonomi keluarga Sabiri. Dalam sebulan, Sabiri dan Sumini bisa mendapatkan penghasilan dari kerajinan sasak bambu ini sekitar Rp1,5 juta hingga Rp2 juta. Penghasilan itu cukup untuk biaya sekolah dua anaknya dan kebutuhan sehari-hari.
Meski sudah puluhan tahun usaha kerajinan sasak bambu ini berjalan, hingga kini belum pernah ada perhatian dari pemerintah daerah setempat. Sabiri mengaku, para perajin selama ini bekerja dan memasarkan sendiri hasil kerajinan sasak bambu ini.
“Sasak bambu dari Desa Pojok ini sudah dikenal hingga Blora dan Ngawi. Tetapi, kami belum pernah dapat perhatian dari pemerintah daerah. Misalnya, untuk pemasaran atau promosi belum pernah dibantu dari pemerintah daerah,” ujarnya. (rul/kik)