Kutemukan Inspirasi Dalam Wisata Hati
Rabu, 30 Desember 2015 21:00 WIBOleh Liya Yuliana
Oleh Liya Yuliana
Teringat sebuah kisah yang menceritakan masyaikh Arab sekaligus rektor di Universitas Arab Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Bin Baz. Dalam sebuah perjalanan agenda dakwah, sampailah di daerah Thaif (daerah yang memiliki pesona keindahan yang menawan). Dua orang menemani beliau guna membacakan buku kepadanya agar dijelaskan maksud yang terkandung di dalamnya (mengingat masyaikh diuji oleh Allah dalam penglihatan). Terpesona oleh pemandangan Thaif, tiba-tiba mereka terdiam menikmati pemandangan alam. Masyaikh pun berkata: "Mengapa kalian terdiam, ada apakah kiranya?"
"Melihat keindahan pemangan alam masyaikh" jawab pembaca buku
Masyaikh lalu berkata kepada dua orang yang ditugasi membacakan buku "Laahaulawalaaquwwataillabillah. Relakah kalian mengorbankan kepentingan umat hanya demi melihat keindahan pemandangan alam ini? Baiklah jika kalian menginginkan demikian, tolong bacakan bukunya bergantian. Salah satu kalian membacakan buku, salah satunya melihat pemandangan alam. Kalian lakukan secara bergantian". Allahu Akbar demikian hebatnya para ulama dalam memanfaatkan waktu. Tak ada waktu yang terbuang dalam ketersiaan. Tak ada niatan sedetikpun melewatinya tanpa amalan salih. Lalu bagaimana dengan kita?
Tak ada gading yang tak retak. Tak ada yang sempurna melainkan pribadi Rasulullah yang bebas dari salah dan dosa. Dan sebaik-baik yang bersalah adalah yang memohon ampunan dan tidak mengulangi hal yang sama untuk kedua kalinya. Senantiasa mengambil ibrah atas kejadian tanpa ada kata mengeluh dan mencela sedikitpun.
Dalam tulisan ini hanya ingin berbagi kisah apa yang didapat dari kisah pendahulu dan yang pernah terjadi di sekitar. Semoga dapat diambil manfaatnya terutama bagi para traveller.Travelling, sesuatu yang sangat dinantikan kebanyakan orang meski tak keseluruhan orang merindukan. Sangat dibutuhkan persiapan yang matang. Baik materi maupun hati.
Terkadang dan bahkan bisa jadi sering diantara kita menyiakan waktu. Terlebih saat liburan/travelling menyapa. Sebagai contoh saat perjalanan musik yang diputar adalah musik jahiliyah, berdiam diri tanpa mengingat Allah dan melupakan berdoa kepada-Nya atau bahkan terkadang terbawa suasana ghibah.
Selain itu dalam perjalanan wisata bisa jadi terdapat hal yang terjadi diluar prediksi. Semisal kita telah mempersiapkan hiburan yang mendidik melalui tayangan video yang diharapkan menginspirasi para penumpang namun ternyata data yang tersimpan tak mampu dikoneksikan.Saat hal ini terjadi tentunya kecewa sudah pasti ada. Namun tak layak marah dan mencela. Menerimanya dengan lapang dada sembari mengingatkannya jauh lebih baik. Lalu apakah harus menayangkan musik yang ada? Sementara yang tersedia musik jahiliyah? Tentu seorang muslim yang takut kepada Allah memilih kesunyian tanpa hiburan daripada mengotori hati dengan tayangan yang tidak mendidik.
Berlibur ke tempat wisata yang memiliki pesona keindahan alam tidaklah terlarang. Selama tetap mematuhi rambu-rambu syariat. Tentunya tidak berwisata ke tempat maksiat. Dalam rangka menjalin ukhuwah bersama keluarga dari guru, karyawan serta pimpinan, liburan kali ini keluarga besar SD Muhammadiyah 2 Bojonegoro berwisata ke kota Malang. Tepatnya Taman Wisata Sengkaling dan Museum Angkut. Tidak seperti kebanyakan perjalanan pada umumnya. Wisata ini bukanlah sekedar ajang bersenang-senang akan tetapi menjadi ajang mengecharge spirit dan semangat dalam memberi manfaat. Didampingi motivator hebat, semangat pun hadir di setiap relung hati. Sesampainya di Taman Sengkaling, acara diawali dengan pembinaan oleh pimpinan Muhammadiyah Bojonegoro. Dalam nasihatnya, Bapak Auffar menyampaikan pentingnya sebuah komitmen. Tanpa komitmen yang kuat akan sulit melahirkan generasi hebat. Melakukan sesuatu tak cukup dalam batas standart bahkan di bawah standart karena hal itu tanda manusia yang kurang bersyukur. Lakukanlah sesuatu di atas standart kebanyakan orang. Seorang guru harus memiliki kepedulian yang tinggi kepada anak didiknya. Menjadikannya generasi yang salih/ah pada akhirnya akan menolong kita saat ajal menyapa melalui doa yang terlantun dari mereka.
Beliau juga menyampaikan tipe guru yang baik adalah yang memiliki kemampuan dan kemauan. Kemampuan tanpa kemauan hasilnya tidak maksimal. Kemauan tanpa kemampuan masih memiliki peluang semakin baik. Namun jika ternyata seorang guru tidak memiliki kemauan dan kemampuan maka dapat terancam keberadaannya. Untuk menjalankan semuanya butuh dukungan dari semua pihak terutama keluarga. Semoga tulisan ini dapat diambil manfaatnya. Aamiin.
Penulis guru SD Muhammadiyah 2 Bojonegoro